Calon Suamiku

1183 Words
Jakarta, 2 Januari 2023 Gendis Cahyaningtyas. Gadis manis berusia dua puluh tiga tahun itu baru pertama kali menginjakkan kaki di ibukota Jakarta. ia begitu terpukau melihat pemandangan indah, menatap banyaknya bangunan tinggi yang menjulang langit. pemandangan yang baru pertama kali Gendis lihat sebab di kampung halamannya hanya ada banyak pepohonan yang rindang. Perlahan tapi pasti, Gendis pun mulai mengayunkan langkah kakinya. Memasuki gedung percetakan terbesar yang ada di Jakarta. Hari ini Gendis akan melakukan sesi interview kepada bagian Manager HRD. Wanita manis berambut hitam panjang sebahu itu langsung mendudukkan dirinya di sofa berwarna merah bersama para pencari kerja lainnya, hingga dua puluh menit pun berlalu nama Gendis akhirnya dipanggil. Daun pintu berwarna coklat muda itu pun terbuka, Gendis perlahan melangkahkan kakinya mendekat kearah meja HRD. disana terlihat seorang pria yang tengah fokus membaca lembaran berkas di mejanya. "Silahkan duduk!" ucap pria itu mempersilahkan calon karyawannya untuk duduk. Gendis pun mengangguk, ia lalu mendudukan dirinya di kursi yang berada tepat di depan pria itu, keduanya hanya terpisah oleh meja berukuran besar itu. "Baik, Pak," ucap Gendis dengan sopan. Ini adalah pengalaman pertama Gendis melamar pekerjaan di perusahaan besar seperti ini. Detak jantung gadis manis itu pun sejak tadi mulai berdegup lebih kencang. Gendis cemas, grogi dan merasa sedikit insecure. Gendis pun takut, jika ia tidak bisa menjawab sesi interview ini dengan baik dan nantinya mengakibatkan dirinya gagal mendapat pekerjaan. Jika begitu pasti nanti ibunya di kampung akan kecewa sebab hanya Gendis lah satu-satunya harapan untuk bisa mengangkat derajat keluarganya. "Gendis Cahyaningtyas, S.E. lulusan Universitas Gadjah Mada dengan IPK 2.50 benar begitu?" tanya pria itu memastikan sekali lagi setelah selesai membaca berkas yang ada di atas mejanya. Gendis yang awalnya tertunduk pun langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara bariton yang terdengar begitu merdu di telinganya. DEG! Jantung Gendis pun tambah berdegup kencang saat menatap pria tampan di depannya ini. "Calon imamku." ucap Gendis refleks saat menatap wajah tampan pria bule itu. Gendis lalu meletakkan kedua tanganya didada sambil tersenyum manis. "Maksud, Anda?" tanya pria itu lalu mengangkat sebelah alis matanya. "Nama Anda, Gendis kan?" tanya pria itu memastikan sekali lagi. "Apa yang, Anda lalukan?" tegur pria itu saat melihat tingkah Gendis yang cukup aneh di matanya. Gendis pun langsung mengerjapkan matanya pelan, kala mendengar pria yang menjabat sebagai Manager HRD itu memanggil namanya lagi. "Ma--maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Gendis malah balik bertanya dengan tergugup. Ia tidak bisa berkata-kata lebih jelas lagi karena sejak beberapa menit yang lalu fokus Gendis hanya pada ciptaan Tuhan yang tampan ini. "Ya Allah, aku mau dikasih jodoh yang kayak gini," gumam Gendis berdoa dalam hati. Bahkan sampai detik ini pun pandangan matanya tak beralih sedikitpun menatap pria bule itu. Melihat tidak ada keseriusan dari calon karyawannya. Manager HRD pun menjadi kesal. "Anda niat bekerja disini atau tidak?" tanya pria itu menatap tajam gadis yang berada di depannya ini. "Jika tidak. Anda bisa keluar dari sini sekarang juga!" titah pria itu dengan tegas, melihat gadis di depannya ini yang sedari tadi hanya melamun saja membuat manager HRD itu tidak yakin bahwa Gendis akan bisa bekerja dengan baik di perusahaan ini. Seketika itu juga kesadaran Gendis kembali, ia ingat tujuan utamanya adalah mencari pekerjaan. Gendis tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan matanya kali ini. "Maaf, Pak, saya kurang fokus." ucap Gendis lirih, ia lalu menundukan kepalanya sopan. "Anda?" tunjuk pria bule itu yang diketahui bernama Guido Melvin Orlando, pada sosok gadis manis yang duduk di depannya. "Dengan IPK 2.50 kamu bisa lolos sampai tahap interview di perusahaan ini? bagaimana bisa?" tanya Melvin sambil menggelengkan kepalanya heran. Pasalnya standar perekrutan karyawan pada perusahaan ini adalah seorang sarjana yang mempunyai IPK minimal 2.75 tapi gadis ini bahkan IPK nya jauh di bawah standar dan bisa lolos sampai tahap interview, sungguh suatu membinggungkan. Begitu pikir Melvin dalam hati. "Karena saya bejo, Pak." sahut Gendis cepat. Ya, dirinya sendiri pun bingung mengapa ia bisa lolos masuk ke perusahaan sebesar ini padahal notabene ia bukan termasuk kedalam golongan mahasiswa berprestasi di kampusnya. "Bejo?" Melvin pun mengerutkan keningnya bingung. "Apa itu bejo?" tanya pria itu kembali menautkan kedua tangannya di atas meja. Gendis pun mengangguk mantap. "Bejo alias beruntung, Pak." ucap gadis itu menjelaskan tak lupa di sela-sela penjelasannya Gendis selalu menampilkan senyuman terbaiknya, siapa tahu bule itu terpikat padanya. begitu pikir Gendis dalam hati. Melvin memijit hidungnya pelan, jawaban yang tidak menyakinkan. Dan bagaimana bisa gadis itu nantinya bekerja di perusahaan dengan nilai IPK segitu? Melvin pun menggelengkan kepalanya heran sepertinya kali ini pria itu tidak bisa meloloskan calon karyawan yang satu ini. Pekerjaannya sebagai manager HRD mengharuskan dirinya benar-benar teliti saat menilai para calon karyawannya karena Melvin tak mau menanggung resiko jika nanti karyawannya itu malas bekerja dan merugikan perusahaan otomatis dia yang akan menanggung akibatnya. Melvin tak mau karena kecerobohannya salah memilih karyawan nanti malah membuat karirnya terancam. "Ini pengalaman pertama, Anda bekerja?" tebak Melvin lalu menatap penuh selidik manik mata gadis didepannya ini. Gendis pun menganggukan kepalanya, memang benar ini pengalaman pertama Gendis bekerja di perusahaan sebesar ini karena dulu Gendis hanya sempat bekerja sebagai staff administrasi di kantor kecamatan di desanya. "Iya Pak, tapi dulu saya pernah bekerja di kantor kecamatan," jelas Gendis dengan jujur. "Jadi apa saya di terima bekerja di perusahaan ini Pak?" tanya Gendis to the point, tanpa basa basi. Dalam hati ia terus berdoa dan berharap bisa di terima di perusahaan ini. "Anda bisa menceritakan lebih dulu. Apa kelebihan dan kekurangan dalam diri, Anda?" titah Melvin, ia ingin melihat dan mendengar secara langsung bagaimana kepribadian calon karyawannya itu. Gendis pun mengangguk, ia lalu menceritakan beberapa kelebihan yang ia miliki, seperti kemampuan dalam olahraga bulutangkis, memasak dan yang terpenting Gendis bisa berbahasa inggris dengan lancar. Ia bangga karena kemampuan bahasa inggrisnya ini ia pelajari secara otodidak bukan ikut les pelajaran seperti mahasiswa pada umumnya, serta kekurangan Gendis yang amat sangat mengganggu dirinya selama ini yaitu mudah tertidur saat perutnya terasa kenyang karena itulah tiga bulan yang lalu Gendis diberhentikan dari kantor kecamatan karena tertidur di jam kerja. Padahal waktu itu Pak camat tengah melakukan kunjungan mendadak dan melakukan sidak guna mengamati gerak-gerik para karyawannya di jam kerja di saat beliau tak ada ditempat. "Anda dipecat gara-gara tertidur di jam kerja? benar begitu?" tanya Melvin memastikan sekali lagi bahwa pendengaran tidak salah. Lagi-lagi Gendis pun mengangguk yakin, alih-alih berbohong gadis itu malah berkata jujur tentang apa saja kekurangan yang ada dalam dirinya. Gendis hanya berharap dengan sikap jujur nya ini ia bisa di terima kerja di perusahaan ini, setidaknya ada satu lagi nilai plus dalam dirinya yaitu rasa kejujuran yang ia miliki. "Jadi bagaimana, Pak? apa saya diterima?" tanya Gendis tidak sabaran. Rasanya Gendis sudah tidak sabar ingin bekerja di perusahaan ini, bayang-bayang jumlah gaji yang begitu besar membuatnya semangat dan semakin yakin cepat atau lambat ia bisa mengangkat derajat kedua orangtuanya. Melvin mengangguk paham saat mendengar Gendis baru saja selesai menjelaskan tentang dirinya, pria itu lalu kembali mengamati penampilan Gendis dari atas sampai bawah secara berulang. Mencoba menilai bagaimana karakter dan kepribadian gadis di depannya ini. Sebagai seorang manajer HRD skill inilah yang ditonjolkan karena Melvin tak mau salah dalam merekrut para calon karyawannya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD