Bab 7. Ingin lari

1059 Words
Yasmin menarik napasnya dalam teringat kejadian tadi di meja makan. Ingin sekali Yasmin pergi meninggalkan rumah yang sedikit bagai neraka itu. Apalagi Yasmin merasa sangat sulit mengenali Mike yang sikapnya masih berubah-ubah. "Ya Allah, haruskah aku pergi saja?" lirih Yasmin dengan tatapan bingungnya. Kreaat ... Dengan cepat Yasmin menoleh pada arah pintu yang terbuka. Badan Yasmin hampir selalu bergetar jika melihat wajah pria bengis itu. Apalagi seperti tak ada perasaan iba-ibanya saat menyiksa Yasmin. Mike masuk ke kamar itu, lalu mengambil barang miliknya tanpa ingin mengatakan sepatah kata pun pada Yasmin. Setelah mengambil barang miliknya, Mike pun kembali keluar. Lagi-lagi tak ada kata yang keluar dari mulut pria itu yang tentunya semakin membuat Yasmin bingung. Yasmin hanya kembali menghela nafasnya. "Huuff ... haaah, bismillah kuat, Yasmin." Yasmin pun ke luar dari kamarnya ingin mencairkan suasana hatinya yang tak karuan itu. "Bibi, apa yang tengah Bibi lakukan?" Jumi menghentikan langkahnya. "Saya mau membersihkan kamar Tuan Besar, Nyonya. Katanya beliau mau menginap satu malam di sini." Yasmin tersenyum senang. "Ooh, alhamdulilah deh. Boleh aku bantu, Bi?" "Apa tidak merepotkan, Nyonya? Ini pekerjaan saya." "Aku bosan, Bi. Boleh, ya!" Jumi terdiam sejenak memikirkan keinginan Yasmin. Jumi tentu saja mengerti bagaimana perasaan Yasmin. Seandainya sudah punya anak, mungkin Yasmin tidak akan merasa kesepian seperti itu. "Ya sudah, tapi Nyonya hanya menemani saja ya." "Terserah Bibi saja deh. Yang penting aku ada temen, he he," ujar Yasmin merasa senang, mereka pun menuju ke kamar milik Lewis. Raut wajah Yasmin seketika berubah saat melihat Mike berjalan dengan Lewis. Dengan cepat Yasmin menyembunyikan tubuhnya di sisi Jumi agar Mike atau Lewis tidak melihatnya. Jumi yang melihat sikap Yasmin pun begitu iba karena Yasmin sampai ingin menyembunyikan dirinya karena takut melihat Mike. "Nyonya, tenanglah. Selama ada Tuan Lewis di sini, saya pastikan Nyonya aman." Yasmin meremas jari-jarinya cemas. "Cuma satu malam kan ya, Bi?" Jumi menghentikan aktivitasnya kembali menoleh pada Yasmin. "Tuan Lewis ini orang sibuk. Jadi, dia tidak bisa menetap di satu tempat. Bahkan beliau langsung terbang dari Singapura ke Indonesia saat mendengar Tuan Mike menyakiti Anda." Mata Yasmin sedikit terbelalak kaget mendengar ucapan Jumi. "Masya Allah, apa seperti itu, Bi? Tapi, tapi kenapa harus begitu?" Jumi tersenyum tipis melihat reaksi dari Yasmin. "Karena beliau tahu siapa Tuan Mike. Dan beliau juga menyayangi Anda. Apa Nyonya ingat ucapan Tuan Lewis tadi di meja makan? Tidak akan ada Nyonya kedua di keluarga Lewis." Kening Yasmin mengernyit mengingat ucapan sang kakek tadi. "Iya, Bi. Apa itu artinya, Bi?" "Itu artinya Anda akan tetap menjadi Nyonya di rumah ini walaupun Tuan Mike tidak menginginkannya." Yasmin menatap Jumi dengan berbagai pikiran bingung. Entah harus senang karena itu artinya Yasmin diterima di keluarga itu, atau sebaliknya karena itu artinya Yasmin tidak bisa lari dari Mike. Dan mungkin Yasmin harus tetap bertahan hidup dalam kejahatan Mike. Jumi merangkul tangan Yasmin. "Nyonya, Seperti yang saya katakan sejak awal. Saya mohon bertahanlah Nyonya, buat Tuan Mike mencintai Anda. Karena sesungguhnya dia orang baik." Yasmin menghela napasnya bingung dengan ungkapan Jumi yang mengatakan jika Mike adalah orang baik. Bagaimana mungkin Mike orang baik, setiap kali Yasmin hanya melakukan kesalahan kecil saja harus berakhir dengan penyiksaan dari Mike, pikir Yasmin. Kenapa sesungguhnya pria itu begitu kejam pada Yasmin? Yasmin masih memiliki tanda tanya besar dalam pertanyaan itu. "Aku akan berusaha, Bi. Tapi Aku tidak yakin aku kuat." Jumi tersenyum lebar mendengar ucapan Yasmin. "Saya yakin Anda kuat, Nyonya. Semoga Anda cepat dikaruniai anak agar Anda tidak kesepian, ya." Deg! "Anak?" Jantung Yasmin berdetak semakin kencang mengingat dirinya tidak memakai alat kontrasepsi sejak pertama kali Mike menyentuhnya. Apalagi Mike sudah beberapa kali menyentuh Yasmin dan menyemburkan benihnya di rahim Yasmin. "Bagaimana jika aku sungguhan hamil?" Yasmin terduduk lesu di sisi tembok, lalu meraba perutnya. "Bagaimana jika aku hamil, dan ternyata dia tidak menginginkannya, Bi?" Jumi malah tersenyum lebar mendengar ucapan Yasmin. "Apa Tuan Mike membuangnya di ... em, di dalam?" Yasmin mengangguk mengiyakan walau merasa malu. "Iya, Bi. Aku juga tidak menggunakan alat kontrasepsi. Bibi, gimana kalau aku sungguhan hamil?" "Semoga dengan Nyonya hamil, Tuan Mike bisa menerima Nyonya dengan baik, itu harapan kita. Saya yakin, tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, begitu pun dengan Tuan Mike." Yasmin hanya bisa pasrah dan berharap jika apa yang diucapkan oleh Jumi itu benar. Tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya. Setidaknya, Mike mau menerima anak yang dikandung Yasmin nanti. Walau pun mungkin belum menerima dan mencintai Yasmin seutuhnya. Menit demi menit terus berlalu. Hari pun sudah kembali malam. Hati Yasmin kembali resah ketika malam tiba. Gadis itu takut jika hanya berdua di kamar dengan Mike. Namun demikian Yasmin tidak punya pilihan selain hanya pasrah dengan apa yang akan dilakukan Mike padanya. Kreaat ... Pintu kembali terbuka. d**a Yasmin sudah kembali berdetak kencang melihat wajah pria yang berstatus suaminya itu memasuki kamar. Mike menoleh pada Yasmin sekilas, lalu beranjak memasuki kamar mandi. Yasmin menarik napasnya dalam. Tahu jika suaminya hendak mandi, Yasmin bersiap menyiapkan baju tidur Mike. Walau bagaimanapun Mike tetap suaminya. "Semoga yang ini suka." Yasmin mengambil sepasang baju tidur yang menurutnya cocok dengan Mike. "Bismillah ya Allah semoga dia suka." Dengan ragu, Yasmin menyimpan baju tidur itu di sisi ranjang. Tak lama Mike keluar dari kamar mandi, sejenak Mike menatap baju yang sudah disiapkan oleh Yasmin. Namun, bukannya mengambil baju itu, Mike malah menarik tubuh Yasmin dan mendorongnya ke tempat tidur. Dengan ganas Mike mengecupi leher dan tubuh Yasmin tanpa henti. Yasmin sedikit memberontak, tapi nyatanya Mike tidak membiarkan Yasmin lepas. Ingin sekali Yasmin berteriak meminta tolong agar bisa membawanya pergi dari genggaman Mike. Sejenak Mike menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Yasmin yang kini sudah terisak. "Kenapa? Bukankah kamu ingin mengandung anakku?" Yasmin tak menyahuti ucapan Mike. Gadis itu hanya terisak menangisi nasibnya karena merasa dirinya seperti seorang j4lang yang tak ada artinya bagi Mike selain hanya untuk pelampisan akan amarah dan n4fsu pria itu. Sedikit pun Mike tidak memperlakukan Yasmin dengan lembut, Mike hanya memikirkan kepuasannya saja. "Jangan menangis karena aku tetap tidak akan lepaskanmu, Yasmin! Kamu sudah membuat hidupku semakin rumit, jadi kamu harus bertanggung jawab akan itu," ucap Mike dengan langsung kembali mengecupi Yasmin dengan kasar. Yasmin menggelengkan kepalanya tak mengerti akan maksud ucapan Mike. Namun, lagi-lagi Yasmin tak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah ketika Mike kembali menyentuhnya dengan kasar. Sungguh, Yasmin ingin lari dan pergi saat itu juga dari pria kejam itu karena sakit yang Yasmin rasakan meliputi lahir dan bathinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD