Yasmin menatap dirinya di cermin. "Aku memang harus sadar diri siapa aku. Mana mungkin Bang Mike menyukaiku, kan?"
Tok! Tok! Tok!
Yasmin menoleh pada arah pintu yang sudah terbuka. "Bibi."
Jumi ikut menatap Yasmin di cermin. "Nyonya itu cantik. Saya yakin Tuan Mike bisa jatuh cinta jika saja Nyonya mau bersabar sedikit lagi."
Yasmin menatap Jumi dari pantulan cermin itu dengan seringai mengejek dirinya sendiri. "Bibi tidak perlu berbohong hanya karena agar aku tidak sedih. Aku sadar diri ko, Bi."
Jumi merangkul pundak Yasmin, lalu mengusap pipi sang Nyonya dan memintanya menatap wajah itu di cermin. "Apa Nyonya tidak percaya jika Nyonya ini cantik?"
Jumi terlihat mengambil sesuatu dari laci meja. "Nyonya itu sebenarnya cantik. Hanya saja, masih tertutup oleh keraguan dari diri Nyonya."
Jumi mencoba menyisir rambut Yasmin. Lalu mengoleskan sedikit warna pada pipi sang nyonya. Kemudian memberikan warna juga pada bibir pucat Yasmin.
"Lihatlah, baru dandan begini saja Nyonya sudah terlihat sangat cantik. Bagaimana jika Nyonya benar-benar berdandan seperti halnya Nyonya Sintya? Saya yakin Tuan Mike semakin klepek-klepek, he he."
Mendengar ucapan Jumi, Yasmin merasa geli sendiri. "He he he, Bibi bisa aja. Masa cuma begini sudah buat Bang Mike klepek-klepek sih, Bi? Bibi ngawur, ah, he he."
Jumi tersenyum lebar melihat senyum merekah dari bibir Yasmin. "Nyonya memang begitu cantik, apalagi kalau Nyonya tersenyum."
Yasmin tersipu malu mendengar pujian dari Jumi. "Bibi bisa aja. Apa kira-kira Bang Mike suka aku dandan, Bi?"
Jumi terdiam sejenak. "Sepertinya Nyonya bisa mencobanya, saya yakin Nyonya bisa lebih cantik di mata Tuan Mike dari Nyonya Sintya atau pun dari wanita lainnya."
Yasmin mengangguk menyemangati dirinya. "Aku akan coba, Bi. Terima kasih."
Entah mengapa Yasmin merasa tidak ingin kalah dari Sintya. Yasmin berpikir dirinya berhak mempertahankan pernikahan itu dari wanita-w*************a seperti Sintya. Setelah malam indah kemarin, Yasmin bertekad untuk berusaha membuat Mike mencintainya dengan tulus. Wanita muda itu merasa ada hal yang harus dirinya singkap dari diri Mike seperti yang Jumi katakan sebelumnya.
Malam pun tiba. Akan tetapi, Yasmin belum melihat tanda-tanda kepulangan Mike. Sebenarnya Yasmin masih takut jika Mike kembali dalam keadaan marah seperti sebelumnya. Namun, karena kini dirinya sudah menjadi istri Mike, Yasmin merasa dirinya harus bisa bersabar dengan sikap itu.
Suara langkah kaki terdengar mendekati pintu kamar. Jantung Yasmin tiba-tiba berdetak kencang mendengar langkah kaki itu. Duduknya seolah tak beraturan karena gugup melihat reaksi Mike melihat Yasmin berdandan tak seperti biasanya.
Kreaat ...
Yasmin beranjak dari duduknya. "Abang sudah pulang?"
Sejenak Mike menatap Yasmin dalam diamnya. Matanya seperti tak teralihkan menatap penampilan Yasmin yang sedikit berbeda. Melihat hal itu, Yasmin malah semakin takut akan reaksi Mike.
"Aku mau mandi." Mike berjalan menuju kamar mandi tanpa mempedulikan Yasmin.
"Tunggu, Bang!" Yasmin pun segera menghampiri Mike dan mengambil tangan sang suami dan mengecupnya begitu ta'dhim. "Silahkan, Bang. Apa Abang sudah makan, aku akan siapkan."
Lagi-lagi Mike hanya terdiam menatap Yasmin. Entah apa yang ada dipikiran pria dingin itu. Matanya hanya menatap dan mengamati tubuh serta wajah Yasmin tanpa ingin mengatakan apapun.
"Sudah, aku sudah makan di kantor." Mike kembali teringat pada ucapan sahabatnya di kantor.
"Cobalah berdamai dengan takdir, Mike. Susan sudah tiada dan dia tidak akan pernah kembali padamu. Mungkin dia sudah bahagia di alam sana bersama orang-orang yang mencintai dan dicintainya, sedang kamu masih terjebak dalam cinta masa lalu itu. Mungkin Yasmin adalah pengganti Susan."
Itulah kata-kata yang diucapkan oleh sahabat sekaligus asistennya di kantor. Mike tahu Susan tidak akan pernah kembali. Mike masih terjebak dalam buih cinta yang penuh penyesalan. Menyesal karena tidak bisa menyelamatkan sang kekasih di hari datangnya maut itu.
"Apa kamu sudah makan, Yasmin?" tanya balik Mike.
"Belum. Aku pikir aku akan menunggu Abang, pulang."
Terdengar helaan napas panjang dari Mike. "Maaf aku tidak menghubungimu untuk tidak menungguku."
Yasmin tersenyum bahagia mendengar ucapan lembut dari Mike. "Enggak apa-apa kok, Bang. Nanti aku bisa makan sendiri."
Mike menoleh pada arah jam dinding. Dengan cepat Mike meraih tangan Yasmin dan membawanya ke meja makan. Mike bahkan mengambilkan nasi dan lauk untuk Yasmin.
Yasmin masih tertegun melihat apa yang dilakukan oleh Mike. "Bang, bukankah Abang mau mandi?"
"Mandinya bisa nanti, sekarang kamu makan dulu, Yasmin."
Yasmin menelan saliva antara ragu dan terharu. "Bang, biar aku saja. Abang bisa duduk jika tidak ingin makan lagi."
Mike menyadari apa yang dilakukannya. "Kamu jangan terlalu ke geeran, Yasmin. Aku hanya tidak ingin kamu sakit dan nantinya hanya akan merepotkan ku."
Yasmin hanya mengangguki dalihan Mike. Walau begitu, Yasmin tetap lega karena Mike kembali bersikap lembut padanya. Bagi wanita muda itu, dengan Mike bersikap lembut saja, sudah membuatnya begitu bersyukur. Apalagi jika dirinya berhasil membuat Mike mencintainya dengan tulus.
"Aku yakin Bang Mike itu pria baik. Ya Robb, mudah kan jalanku membuatnya mencintaiku," lirih Yasmin dalam hatinya dengan haru karena Mike bahkan rela menunda waktu mandi hanya untuk menemani Yasmin makan.
Di balik tembok, Jumi pun tersenyum bahagia melihat itu. "Semoga Tuan Mike segera mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Tuan David, insya Allah putra Anda sudah mendapatkan jodohnya. Saya mohon bantu doanya agar Tuan Mike bisa mencintai Nyonya Yasmin, Tuan. Saya yakin mereka pasangan serasi, saya bahagia melihatnya, Tuan."
Jumi menyeka air mata harunya yang tiba-tiba menetes melihat sikap Mike pada Yasmin. Walau bagaimanapun Jumi tahu betul kehidupan pahit Mike. Mike kecil yang tidak mendapatkan perhatian khusus dari sang ibu karena perselingkuhan yang dilakukannya, membuat Mike kecil sedikit berbeda memandang wanita.
Mike menganggap wanita itu hanyalah seorang pel4cur tempat pel4mpiasan n4fsu pria. Satu-satunya wanita yang mampu membuat hati Mike menerima wanita adalah Susan. Sayang, takdir berkata lain. Wanita yang selalu Mike percaya itu malah pergi untuk selamanya.
"Aku sudah selesai, Bang."
Mike dan Yasmin kembali ke kamar. Mike melanjutkan niat awalnya yaitu mandi. Yasmin sendiri menuju ke walk in closet untuk mengambil baju Mike.
Sungguh Yasmin terkagum dengan tumpukan baju yang ditata rapi di dalamnya. "Masya Allah ... ini mengagumkan."
Yasmin pun mengambil baju yang menurutnya cocok untuk Mike. Namun, pandangannya tertuju pada sebuah foto yang terselip di sisi baju itu. Yasmin tertegun melihat wanita cantik yang ada di foto itu. Apalagi melihat tulisan dibelakangnya yang tertulis 'my heart'.
"Siapa lagi ini, ya Allah?" Kening Yasmin berasa kembali berat memikirkan wanita-wanita yang mengelilingi Mike.
Sejenak semangat Yasmin kembali ciut untuk bisa membuat Mike mencintainya. Apalagi tahu jika wanita-wanita milik Mike sebelumnya begitu cantik dan seksi. Tentu berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya seorang gadis desa tak tahu model.