“Apa kamu bilang? Cerai?!”
"Iya, Bu. Sepertinya Naura tidak lama lagi akan menceraikan saya," jawab Rubi pada ibunya. Ekspresinya jelas menunjukkan kesedihan yang teramat dalam.
Tentunya sang ibu langsung terkejut. Kedatangan Rubi malam-malam begini saja sudah membuatnya terkejut, ditambah putranya itu mengatakan tentang perceraian. Padahal setahunya rumah tangga Rubi dengan Naura baik-baik saja. Mereka sangat harmonis.
"Jika yang kamu katakan adalah candaan...."
"Ini bukan candaan, Bu.”
"Beri tahu ibu, kenapa Naura akan menceraikanmu sedangkan terakhir dia berkunjung ke sini ... ibu melihat kalian sangat harmonis," tanya ibunya. "Kamu selingkuh lalu ketahuan?"
"Tidak, Bu. Saya tidak selingkuh."
"Kamu melakukan KDRT? Atau apa? Beri tahu ibu alasannya."
"Saya ... divonis mandul oleh dokter."
"Apa?!"
"Ya, saya tidak bisa menghamili Naura. Artinya ibu tidak akan bisa punya cucu dari saya sampai kapan pun."
"Jangan sembarangan. Ibu yakin dokternya salah."
"Setelah divonis mandul, saya melakukan serangkaian tes di dua tempat yang berbeda hanya demi menegakkan diagnosis itu. Saya berharap itu salah, tapi ternyata semuanya mendapatkan hasil yang sama. Saya benar-benar mandul, Bu."
Jangan ditanya betapa sedihnya Rubi saat mengatakannya. Namun, pria itu berusaha menutupi kesedihannya sehingga terlihat baik-baik saja.
"Coba bicarakan ini dengan Naura. Dia sangat mencintaimu dan ibu yakin ... kalian bisa mendapatkan keturunan dengan cara lain, adopsi misalnya."
"Naura sangat ingin hamil, Bu. Selama tiga tahun kami menikah ... dia selalu berdoa agar Tuhan menitipkan malaikat kecil di rahimnya. Sebagai suaminya … saya merasa gagal."
"Ibu yakin, dia bisa menerimamu apa adanya. Ibu bisa melihat se-cinta apa dia padamu. Sekarang pulanglah dan bicarakan ini dengannya. Tolong jangan mengambil kesimpulan sendiri."
***
Baiklah, Rubi setuju pada ibunya bahwa sebaiknya ia jangan mengambil kesimpulan sendiri. Itu sebabnya sekarang juga pria itu pulang ke rumah yang selama tiga tahun ini ditempatinya bersama Naura semenjak mereka menikah.
Setelah memarkirkan mobilnya, Rubi masuk dan mendapati rumah yang hanya mereka berdua tempati itu sangat sepi. Ya, mereka hanya tinggal berdua karena ART yang bekerja di rumah ini pulang-pergi alias tidak menginap.
Rubi membuka pintu kamar dan pria itu langsung disambut Naura yang saat ini sedang menari dengan gerakan sensual. Istrinya itu bahkan sudah memakai lingerie seksi sehingga menampilkan tubuh sempurnanya yang putih mulus dan tentu saja sangat menggoda.
“Ada apa ini?”
“Ah, jangan pura-pura bodoh. Jelas-jelas aku mengajakmu berolahraga,” balas Naura yang kini sengaja merapatkan tubuhnya pada Rubi. “Mood-ku sangat bagus hari ini. Jadi, ayolah kita bersenang-senang, Mas. Aku ingin kamu memuaskanku seperti biasa.”
Rubi pasrah jika ini kali terakhirnya melakukan hubungan selayaknya suami-istri dengan Naura, karena pria itu sudah berjanji akan memberi tahu sang istri tentang hasil tes kesuburannya malam ini juga.
Tanpa ba-bi-bu, Rubi langsung mencium bibir Naura tanpa ampun. Kalau kata Naura, Rubi adalah seorang good kisser. Memang benar adanya. Tak hanya itu, Rubi juga sangat jago di ranjang dan selama mereka menikah … tidak pernah satu kali pun Naura merasa tidak puas.
Sampai pada akhirnya, Rubi menggiring tubuh mereka ke ranjang yang siap menjadi saksi percintaan panas yang rutin mereka lakukan hampir setiap hari.
Walaupun sudah tiga tahun menikah, tak bisa dimungkiri kalau mereka masih seperti pengantin baru. Mungkin karena belum ada anak di antara mereka. Anak yang sangat mereka berdua dambakan.
Selama beberapa saat Rubi melakukan pemanasan seperti biasa. Ia menyentuh, memainkan bahkan menikmati titik-titik yang istrinya sukai. Bahkan, Rubi seolah menjelma menjadi bayi yang kehausan, berpindah dari bulatan yang satu ke bulatan satunya. Membuat Naura menggila saking merasakan nikmat yang luar biasa. Hasrat mereka pun semakin terpacu untuk segera masuk ke permainan utama.
Sampai kemudian, keduanya sudah sama-sama siap untuk melakukan petualangan panas yang nikmat dan menggebu-gebu. Rubi menyatukan tubuh mereka dan setelah itu ... yang terdengar hanyalah erangan, desahan, jeritan bahkan kata-kata dewasa yang keluar dari mulut mereka.
“Mas, setelah ini … ah.” Naura tak kuasa menahan nikmat lantaran suaminya yang terus bergerak maju mundur.
“Setelah ini apa?” tanya Rubi kemudian.
“Setelah ini, aku punya kabar gembira.”
Rubi juga punya kabar, tapi kabar buruk!
“Kabar gembira apa?” tanya Rubi kemudian.
“Percepat gerakanmu sampai kita keluar bersama, barulah aku memberi tahu kabar gembiranya. Aah….”
Setelah mereka meraih puncak kenikmatan yang hampir bersamaan, Naura segera berkata, “Aku hamil, Mas.”
Jangan ditanya betapa terkejutnya Rubi.
“Hamil?” tanya pria itu setelah melepaskan diri dan berguling ke kasur lalu rebahan di samping istrinya.
“Ya, usianya masih empat pekan. Berhubung sekarang adalah bulan Januari, kata dokter HPL-nya bulan September. Tepatnya 12 September! Aaaa, aku happy banget, Mas. Setelah penantian yang penuh kesabaran, akhirnya sebentar lagi kita punya anak.” Naura benar-benar antusias, berbeda dengan suaminya yang sangat syok.
Tunggu, hamil?
Masalahnya, itu anak siapa?