Bab 15

1385 Words
“Menyingkir dari diriku” Rhea mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara itu. Suara pelan yang dalam. Serak dan seksi. Tapi menampakkan dengan jelas emosi yang sedang dirasakan. “Menyingkir dari diriku, Rhea” Lagi. suara Darel kembali terdengar. Membuat Rhea tidak mengerti lagi. Pria itu memang menyudahi semuanya tepat ketika Alea keluar dari kamar. Rhea akhirnya bangkit berdiri. Menatap Darel yang berjalan menuju ranjang. “Katakan padaku, apa ada yang salah?” Rhea bertanya sambil mendekati Darel. Berusaha untuk menyentuh pria itu ketika dengan cepat Darel menyingkirkan tangan Rhea. Benar, Rhea memang hanya memiliki waktu 5 menit. Setelah itu, setelah Alea keluar, Rhea juga selesai. “Tidak ada” Jawaban Darel semakin membuat Rhea penasaran. Jadi, dia hanya dijadikan mainan ketika ada Alea di depan mereka. Huh, sebenarnya permainan apa yang sedang terjadi? Rhea sama sekali tidak mengerti. “Kamu hanya akan menyentuhku ketika ada Alea?” Tanya Rhea. Wanita itu tidak lagi berusaha mendekati Darel. Dia lebih memilih untuk mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Memeriksa beberapa pesan yang ternyata masuk dari Lina. Apa yang diinginkan oleh wanita itu? Tidak seharusnya dia mengirimkan pesan ketika Rhea sedang menjalankan misi. Tapi satu pesan pertama yang dibaca oleh rhea membuat perempuan itu tidak lagi berpikir jernih. Hanya ada satu hal yang terlintas di pikirannya. Putrinya.. putrinya sedang demam tinggi. Lina memberi kabar itu. Tidak, Tidak. Rhea memang tidak bisa sembarangan mendatangi putrinya. Apalagi Darel sudah ada di rumah. Tapi putrinya sedang demam. Rhea tidak mungkin.. Sial! Lina membuat posisinya sangat sulit. Jika nekat mendatangi putrinya, itu akan lebih berbahaya. Rhea tidak akan membiarkan putrinya berada di dalam bahaya. Tapi.. Rhea juga ingin melihat keadaan putri kecilnya. Dengan cepat Rhea membalas pesan Lina. Menanyakan bagaimana keadaan putrinya yang sesungguhnya. Mencoba untuk tetap tenang sekalipun saat ini jantung Rhea jadi berdetak cepat. “Kamu mendengarku, Rhea?” Rhea bahkan sampai menjatuhkan ponselnya karena merasa kaget ketika suara Darel terdengar sangat dekat dengannya. Berdiri tepat di sampingnya dan menatap dengan penuh tanya ketika melihat ponsel Rhea terjatuh. Rhea menundukkan kepalanya, meraih ponselnya yang terjatuh. Lalu kembali menatap Darel yang kali ini mengulurkan sebuah dokumen. Rhea memang tidak mengerti, tapi wanita itu meraih dokumen yang Darel sodorkan begitu saja. Berpura-pura duduk di sofa hitam dengan santai padahal saat ini dia sedang sangat khawatir. Dengan tangan gemetar Rhea membuka dokumen itu. Melihat dengan jelas jika itu adalah dokumen kontrak mereka. “Baca dokumen penting sebelum kamu memberikan tanda tangan” Hanya itu yang diucapkan oleh Darel sebelum pria itu berjalan keluar dari kamar. Meninggalkan Rhea begitu saja. *** Rhea menghela napas dengan lega ketika Lina memberi kabar mengenai putrinya. Baiklah, untuk saat ini Rhea memang tidak bisa datang melihat putrinya, tapi setidaknya foto yang dikirimkan oleh Lina sudah membuat hatinya sedikit lebih tenang. Putrinya memang sempat demam tapi kata Lina dia sudah lebih baik setelah dibawa ke dokter. Wanita tua itu memang menepati janjinya untuk merawat putrinya dengan baik di rumah besarnya. Setidaknya Rhea bisa merasa sedikit lebih tenang sekarang. Satu masalah selesai. Tapi lihatlah bagaimana masalah lain datang. Ini mengenai kontrak yang dia lakukan dengan Darel. Rhea tidak membacanya dengan jelas ketika menanda tangani dokumen itu. Rhea hanya melihat jika mereka akan tinggal bersama selama kontrak itu berlaku. Ya, hanya itu saja. Sayang sekali tertulis di kontak ini jika selama mereka tinggal di sana, Darel tidak akan pernah melakukan hal yang lebih dari sentuhan fisik yang normal. Mereka mungkin hanya akan saling menyentuh dan berciuman. Tapi tidak sampai b********h. Hei, perjanjian macam apa ini? sangat tidak masuk akal. Rhea tidak yakin jika memang ini dokumen yang dia tanda tangani. Tapi tidak masalah. Darel hanya pria biasa. Rhea bahkan bisa merasakan dengan jelas bagaimana gairah pria itu tergambar di matanya. Tidak masalah jika memang di perjanjian ini Darel tidak mau melakukan hal yang lebih. Tidak masalah. Rhea akan melakukan itu di luar perjanjian. Lagi pula, selama ini Rhea bisa memikat semua pria tanpa adanya perjanjian konyol seperti yang Darel sodorkan padanya. Dan Rhea tahu dengan jelas.. dia membutuhkan bantuan Alea. Hanya wanita itu yang bisa Rhea gunakan untuk menggoda Darel. Baiklah.. saatnya melakukan dosa besar. *** Rhea melangkahkan kakinya dengan pelan ketika menuruni tangga. Wow, Rhea bisa melihat dengan jelas jika ada ukiran emas di pegangan tangga. Terlihat sangat mewah dan berkelas dengan pola rumit yang mengagumkan. Sangat cocok dengan lantai hitam yang terlihat berkilauan. Mungkin di rumah ini ada puluhan pelayan yang setiap hari akan membersihkan lantai dan dinding rumah ini. Rhea tidak menemukan satupun debu yang menempel di kulitnya. Seakan memang debu saja tidak di izinkan masuk ke rumah ini. “w************n yang menjijikkan!” Rhea menengokkan kepalanya. Melihat Alea yang ternyata ada di tangga yang lain. Menatapnya dengan penuh kebencian ketika wanita itu juga sedang menuruni tangga. Rumah ini memiliki dua tangan yang indah. Ya, itu lebih baik dari pada Rhea harus berjalan di tangga yang sama dengan wanita itu. Rhea hanya tidak ingin Alea bertindak nekat dengan mendorongnya dari belakang sehingga membuat dia jatuh. Well, wanita itu memang sangat nekat. Rhea tidak tahu apa saja yang bisa dia lakukan mengingat Alea berani menghantamkan gelas ke kepalanya. Rhea tersenyum dengan tenang. Jika tidak ada Darel, Alea memang lebih sering menggunakan kata-k********r. Oh, dia wanita yang sangat menyedihkan mengingat suaminya sendiri malam menyentuh tubuhnya. Begitulah kehidupan. Alea mungkin mendapat semua perhatian dari orang lain. Dia di puja layaknya dewi kecantikan. Tapi lihat apa yang dia dapatkan dari suaminya.. hinaan yang menyakitkan. “Wanita menjijikkan ini tinggal di kamar suamimu, Alea” Rhea membalas dengan santai. Kembali menyusuri tangga dengan langkah pelan. Menjadi wanita rendahan. Ya, itu yang selalu Rhea lakukan. “Kamu tidak malu karena telah merusak rumah tangga orang?” Rhea kembali tersenyum. Sepertinya tanpa dia datang rumah tangga ini juga sudah rusak. Apa yang dikatakan oleh Alea? Rumah tangganya sudah rusak sejak dulu. “Kapan rumah tanggamu tidak rusak?” Hanya kalimat singkat yang langsung membuat Alea diam. Wanita itu berjalan menuruni tangga dengan cepat. Membiarkan Rhea jadi semakin tersenyum puas. Setidaknya di misi kali ini dia mendapat mainan yang sebelumnya tidak pernah dia miliki. Mengganggu Alea, membuat model terkenal itu merasa kalah di bawah kakinya. Mungkin Rhea akan menikmati misi yang ini. Sambil tersenyum Rhea berjalan menuruni tangga, mencoba mengingat lorong mana yang akan membawanya ke meja makan. Rumah besar ini terlalu membingungkan untuk Rhea. Dia tidak ingat jalan mana yang bisa membawanya ke ruang makan. Huh, ini sudah saatnya makan malam. Rhea harus segera datang sebelum dia terlambat. Menggoda Darel hanya bisa dia lakukan di hadapan Alea. Dan momen makan ini adalah salah satu kesempatan yang Rhea miliki. Tidak, Rhea tidak akan membiarkan rencananya kacau hanya karena dia tidak bisa menemukan ruang makan. Ketika Rhea sedang menatap penuh kebingungan, matanya menangkap Darel yang sedang berjalan di salah satu sisi ruangan. Membuar Rhea jadi berlari untuk menggapainya. Berdiri di samping Darel lalu mengikuti langkahnya. “Kita akan makan malam, bukan?” Darel menolehkan kepalanya. Menatap Rhea yang sekarang jadi ada di sampingnya. Pria itu bergumam singkat untuk memberikan jawabannya.  “Pergilah ke meja makan. Aku akan menyusulmu” Kata Darel sambil melangkah cepat meninggalkan Rhea. Huh, Rhea jadi mengeryitkan dahinya. Kenapa pria itu terlihat menghindari dirinya? “Darel?” Rhea kembali mengejar langkah Darel. Berusaha untuk memperpanjang langkah kakinya karena Darel berjalan terlalu cepat. “Aku tidak tahu letak ruang makan karena tadi pagi aku datang ke sana bersamamu” Tepat ketika Darel akan melangkahkan kakinya untuk naik ke lantai dua, Rhea menggapai tangan Darel. Menghentikan langkah pria itu. Membuat Darel jadi menolehkan kepalanya. “Tanya saja pada pelayan. Mereka akan mengantarmu..” Rhea tidak kehabisan ide. Tidak, tidak.. Rhea harus terus menempel pada Darel untuk membuat pria itu terbiasa dengan kehadirannya. Well, jika diingat-ingat.. mereka akan menghabiskan waktu bersama selama sepanjang hari. menjadi sekretaris di siang hari dan menjadi simpanan di malam hari. Itu memang hal yang sangat menakjubkan. Bagaimana mungkin Lina bisa membuat dia diterima di perusahaan raksasa itu sementara Rhea tidak memiliki pengalaman apapun? Lina memalsukan segala dokumennya. Membuat Rhea bisa mendapat gelar tinggi dari salah satu universitas ternama. Membuat tipuan yang ternyata bisa dia gunakan untung mengelabuhi perusahaan besar itu. “Tidak. Alea bisa melakukan sesuatu jika aku muncul di sana tanpa dirimu. Aku baru bertemu dengannya dan dia sudah melukai kepalaku, dia bahkan menamparku tadi ketika kamu belum selesai mandi” Lagi, Rhea mencoba untuk menahan Darel. Menyentuh lengan pria itu untuk ditarik menuju ruang makan yang masih juga belum Rhea ketahui tempatnya. Ah, beginilah sulitnya menjadi orang pelupa. Rhea sama sekali tidak ingat lorong mana yang akan membawanya ke meja makan karena semua lorong di rumah ini sama saja. Bernuansa hitam dengan aksen emas dimana-mana. Tampak sangat mewah dan menakjubkan sekalipun di saat yang sama juga sangat membingungkan. “Lepaskan tanganku. Aku akan mengantarmu..” Akhirnya Rhea tersenyum puas. Lihat saja apa yang akan Rhea lakukan di ruang makan. Rhea akan membuat Alea terkena serangan jantung ketika melihat perbuatannya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD