Bab 6

996 Words
Rhea mengemasi beberapa barang penting miliknya yang masih berada di ruangan ini. hanya beberapa baju dan sepatu. Juga peralatan make up miliknya yang hanya berjumlah beberapa saja. Rhea bukan tipe wanita yang akan selalu berdandan tebal setiap hari. Dia bahkan sangat jarang menggunakan riasan jika tidak di dalam pekerjaan penting. Sejujurnya Rhea merasa jika dirinya jadi tampak lebih tua ketika menggunakan riasan tebal dan lipstik merah menyala. Sayangnya, hanya dandanan itu yang kebanyakan disukai oleh pria dewasa. Huh, sebagai pekerja seharusnya Rhea memang mengikuti selera pasar. Jika pria menyukai riasan tebal yang tampak lebih dewasa, maka Rhea akan melakukan itu. Mungkin masih ada beberapa pria yang lebih menyukai wanita dengan riasan tipis yang tampak lebih natural. Ya, mungkin masih ada. Hanya saja riasan natural yang mereka maksud adalah tampil cantik, putih, bersih, dan jangan lupa.. glowing. Begitulah, pria menyukai wanita natural yang cantik. Jika dirimu tidak cantik? Ya sudah, terima saja.. “Akan kemana kamu?” Rhea memang mendengar suara itu. Tapi dia masih enggan untuk berbalik. Tangannya masih saja sibuk melipat beberapa baju yang sekiranya pantas untuk dikenakan di hadapan bosnya. Rhea tahu benar siapa yang akan menjadi saingannya. Istri Darel Aldebaran adalah seorang model papan atas. Melalui fotonya yang sering beredar di media sosial dan juga layar kaca televisi, Rhea sadar jika Alea akan menjadi saingan yang cukup berat. Wanita itu sangat cantik. Sangat cantik. Dia juga memiliki tubuh sempurna layaknya seorang model pada umumnya. Rhea tidak pernah menyangka jika kali ini dia akan merusak rumah tangga seorang model terkenal. Rhea tidak boleh tampak seperti wanita rendahan yang menggunakan pakaian murahan. Dia tahu jika harga pakaiannya mungkin tidak sebanding dengan milik Alea. Hanya saja, beberapa pakaian murah juga terkadang akan terlihat tetap indah jika digunakan oleh orang yang tepat. Rhea ingin menjadi keindahan itu! “Rhea! Akan kemana kamu?” Rhea segera menengokkan kepalanya. Berlaku layaknya orang yang baru mendengar sebuah pertanyaan. Sekalipun Lina adalah wanita keji yang memanfaatkan dirinya, hanya dengan wanita itu Rhea bisa menghibur hatinya. Terkadang membuat Lina kesal adalah hal yang sangat Rhea sukai. Di tempat ini hanya Rhea yang bisa berlaku sedikit akrab dengan wanita tua itu. Ya, wajar saja jika para p*****r di tempat ini banyak yang menatap iri padanya. Dia bisa berbicara dengan santai saat sedang bersama Lina. Tidak seperti wanita lain yang diharuskan untuk menurunkan pandangan. Ya, meski sampai sekarang Rhea juga tidak tahu apa keuntungan yang dia dapatkan ketika bisa berbicara dengan akrab. Lina tetap saja menjual dirinya. Meraup keuntungan yang jauh lebih besar dari tubuh Rhea. Sejujurnya sama saja, mau akrab atau tidak, Lina tetap akan menjual mereka untuk mendapatkan banyak uang dari tubuh mereka. “Oh, Lina.. maaf, aku tidak mendengarmu tadi..” Kata Rhea sambil tersenyum. “Jika kamu tidak mendengarku, bagaimana mungkin kamu tahu aku sempat berbicara denganmu tadi?” Lina menggerutu pelan. Perempuan itu berjalan mendekati Rhea dengan langkah pelah. Ah, khas sekali seperti orang tua pada umumnya. Satu hal yang sampai saat ini masih membuat Rhea bingung, wanita tua itu masih saja bisa menikmati malam bersama dengan pada budaknya. Apa pinggangnya tidak sakit? Lina memang wanita tua yang agak aneh. “Tidak, aku tidak mendengarmu” Jawab Rhea masih dengan tersenyum. Suasana hatinya sedang sedikit baik saat ini. Jadi tidak masalah jika dia banyak tersenyum pada Lina. “Apa yang sedang kamu lakukan?” Rhea menghentikan tanggannya yang sedang melipat gaun malam berwarna merah tua. Terlihat sangat indah dan mahal.. ini adalah gaun yang sempat diberikan oleh korbannya. Ah, tapi Rhea sungguh lupa siapa yang memberikan gaun ini. Tidak masalah. Dia rasa gaun ini akan sangat berguna untuk malam ini. Bosnya itu tidak akan bisa tidur semalaman. Rhea berjanji akan hal itu. “Aku sedang bahagia saat ini. Aku akan menemui putriku nanti sore..” Kata Rhea lagi. Wanita itu beralih menatap ponselnya. Ini salah satu ponsel mahal yang sedang digandrungi oleh banyak orang. Ponsel dengan logo apel yang tergigit separuh. Jangan lupakan tiga buah kamera yang menghiasi sudut ponsel. Astaga, Rhea sangat menyukai ponsel barunya ini! Dia akan memberi tahu pada putrinya nanti. Menunjukkan hal baru dan mengambil foto putrinya sebanyak mungkin. Mereka tidak akan bertemu selama beberapa hari ke depan. Rhea harus menahan diri untuk tidak mendatangi putrinya selama menjalankan misi. Kata Lina, dia tidak boleh menemui putrinya karena bisa saja akan ada bahaya yang mengancam jika dirinya nekat. Ya, sekalipun Rhea juga tidak mengerti bahaya apa yang Lina maksud, Rhea tetap mengangguk patuh. Selama hampir 5 tahun usia putrinya, Rhea selalu mengikuti apa yang Lina katakan padanya. Apapun itu, Rhea tidak akan membiarkan putrinya berada dalam bahaya. “Katakan padaku apa yang akan kamu lakukan?” “Aku akan pergi dari tempat ini. Apa kamu puas?” Rhea segera menjawab sambil menatap Lina yang saat ini mengernyitkan dahinya. Wanita itu terlihat kaget dengan apa yang Rhea katakan. Hei, memangnya ada yang salah? Rhea memang akan pergi, bukan? “Bos besar itu memintaku untuk tinggal bersamanya. Oh, lihatlah betapa hebatnya pesonaku, Lina. Kami bahkan baru pertama bertemu..” Kata Rhea menggebu-gebu. Entah apa yang sedang dia banggakan saat ini. Manusia memang kadang sedikit aneh. Mereka membanggakan sesuatu yang menjijikkan. Rhea bahkan sangat bangga dengan dosa baru yang akan dia lakukan. Memang beginilah kehidupannya. Membuat dosa untuk bertahan hidup. Bukankah tidak ada yang lebih menjijikkan dari apa yang Rhea lakukan sekarang? “Apa? Bagaimana mungkin?” Rhea mengendikkan bahunya. Sejujurnya pertanyaan itu juga yang menghantui dirinya. Darel sudah menyodorkan sebuah kontrak dengan matrai ketika dirinya baru datang untuk yang pertama kali seakan Darel memang sudah menyiapkannya. Apa pria itu memang mengajukan kontrak aneh pada setiap sekretarisnya? Apa karena itu sekretaris sebelumnya memutuskan untuk resign? Apa yang ada di otak sekretaris itu? Hidup bersama Darel adalah anugrah terindah yang tidak akan pernah datang dua kali. Tinggal satu kamar dengan seorang pria penuh pesona yang terlihat sangat memabukkan. Pria itu menyimpan banyak misteri dalam hidupnya. Rhea jadi semakin penasaran. “Aku juga tidak tahu. Kurasa aku memang terlalu cantik untuk hanya dilihat saja..” “Huh, kamu membanggakan dosamu sendiri?” Rhea tertawa pelan ketika mendengar kalimat sinis dari wanita tua itu. Lina memang sudah tua, tapi mulutnya tidak pernah berhenti mengatakan sesuatu yang menyakitkan. Dia seperti tidak takut pada kematian saja! “Tentu saja. Hanya dengan ini aku bisa berbangga hati. Di hidupku tidak ada hal lain yang bisa aku banggakan. Aku tidak memiliki satupun prestasi, Lina” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD