Bab 5

1312 Words
 Darel Aldebaran.. Rhea sudah menggumamkan mana itu berkali-kali dalam benaknya. Bagaimana mungkin seorang jalang murahan seperti dirinya bisa bertemu bahkan akan tidur dengan pangeran tampan? Astaga, Lina memang selalu berurusan dengan pria kaya yang tampan. Tapi kasus kali ini memang yang paling menyenangkan. Bagaimana mungkin Rhea bisa mendapatkan pekerjaan menjadi sekretaris seorang pengusaha kaya raya yang sangat tampan itu? Huh, dan perjanjian mengejutkan yang tidak pernah Rhea bayangkan sebelumnya. Bagaimana kehidupan pernikahan pria itu? Sepertinya Rhea sangat tertarik. Jadi, dia akan menjadi sekretaris dan juga simpanan bosnya itu? Orang kaya memang selalu memiliki rahasia besar yang tidak terpikirkan sebelumnya. “Pulang cepat? Pak, aku bahkan tidak memiliki rumah di sini..” Kata Rhea dengan pelan. Sejujurnya dia memang tidak pernah memiliki rumah. Yang selama ini Rhea lakukan adalah berkelana ke sana ke mari untuk mencari pria yang mau menampungnya. Membodohi beberapa orang kaya lalu menguras habis harta miliknya. Setelah itu? Ya, Rhea kembali menjadi gelandangan yang tidak punya rumah. Lina yang menguasai semua yang Rhea dapatkan. Wanita licik itu mungkin akan ikut mengubur hartanya ketika dia mati. Tapi lihat apa yang dia dapatkan berkat wanita licik itu. Rhea pasti akan tinggal di tempat mewah karena dia akan tidur satu kamar dengan pria ini. Ya ampun, sampai saat ini Rhea bahkan tidak bisa menghentikan matanya yang terus menelusuri tubuh yang ada di depannya ini. Rasanya dia tidak sabar ketika menanti nanti malam. “Terserah. Saya tidak peduli kemana kamu akan pergi, yang pasti segera beresi barangmu agar nanti malam kamu bisa langsung ikut pulang” Pulang Sudah lama Rhea tidak mengenal kata itu. Yang dia tahu sebagai pulang adalah rumah b****l. Tidak ada tempat pasti yang bisa dia datangi kecuali tempat terkutuk itu. Sudah lama ternyata. Mungkin sudah hampir sepuluh tahun. Huh, bagaimana mungkin waktu berjalan dengan sangat cepat? Semuanya terenggut begitu saja. Hingga hari ini, belum ada satupun yang kembali seperti semula. Kehancuran nyata yang pernah dia dapatkan di masa lalu. Semua itu belum kembali sepenuhnya. “Kamu mendengar saya?” Rhea mengerjapkan matanya pelan. Mencoba untuk tetap fokus setelah suara berat itu terdengar. “Tentu.. tentu aku mendengar..” *** “Loh, Kemana kamu akan pergi? Bukankah seharusnya kamu menemui Pak Darel?” Pertanyaan itu terdengar begitu Rhea melintasi lorong lantai satu. Tidak terasa, dia tersenyum sepanjang jalan sehingga tidak sadar telah berada di tempat ini. Tempat tadi dia bertemu dengan Sarah. “Oh.. iya. Aku sudah bertemu dengannya..” Jawab Rhea sambil tersenyum. Langkah kakinya yang semula berajan lurus kini jadi berbelok untuk berbincang dengan Sarah. Wanita itu yang tadi pagi membantunya. Mungkin tidak ada salahnya jika Rhea mengucapkan sedikit terima kasih. Misi yang dia jalani kali ini adalah misi yang besar. Jika Lina mendapatkan kekayaan Darel, bisa dipastikan wanita itu menjadi seorang pengusaha yang kaya raya. Harta yang dimiliki Darel tidak main-main. Rhea tahu hal itu sesaat setelah dia membaca sebuah plat nama yang terbuat dari kaca bertengger manis di atas meja hitam milik Darel. Pria itu pemilik hotel ternama yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia dan dan juga usaha di bidang pertelevisian Indonesia. Oh ya ampun, Rhea pasti pernah mendengar namanya beberapa kali tapi dia lupa. Bagaimana mungkin Rhea akan memikat seorang bos besar? Lina pasti akan pensiun dengan uang yang melimpah. Wanita itu memang sangat licik. “Benarkah? Kenapa cepat sekali? Kamu tidak langsung bekerja? Aku mendengar jika sudah beberapa hari posisi sekretaris kosong. Banyak orang yang ikut kerepotan karena hal itu” Rhea menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dia sedikit penasaran dengan kehidupan bos besar itu. Juga mengenai perjanjian aneh yang tidak boleh diketahui oleh siapapun sekalipun nanti dia sudah resign. Apa yang pria tampan itu sembunyikan dari khalayak umum? “Ya, aku sudah bertemu dengannya. Dia pria yang menakjubkan..” Jawab Rhea sambil tersenyum. Sarah juga ikut tersenyum. Ya, benar. Semua orang pasti sependapat dengan dirinya. Darel adalah pria tampan. Sosok malaikat yang berwujud manusia. Terlihat sangat sempurna dengan balutan warna hitam yang sepertinya memang mendominasi dirinya. Sayangnya dalam kegelapan itulah Darel justru terlihat bercahaya. Sama seperti bintang yang membutuhkan gelapnya malam untuk menampakkan cahaya mereka. “Benar sekali. Tapi kamu mungkin belum sepenuhnya mengenal Pak Darel. Kuharap kamu tidak akan kaget dengan sifat aslinya karena sekretaris lama langsung memutuskan resign pada bulan pertama dia bekerja” Jawab Sarah sambil tersenyum. Rhea mengernyitkan dahinya. Tadi Darel juga mengatakan hal yang sama. Hanya saja sampai saat ini Rhea belum mengetahui apa yang menjadi alasan sekretaris itu resign. Sungguh, Rhea sangat ingin tahu apa yang berada di balik sosok Darel Aldebaran. Pria itu terlihat sangat misterius dan menarik di saat yang bersamaan. Rhea yakin, kali ini bukan hanya sang pria yang jatuh.. dirinya mungkin juga akan ikut jatuh dalam nafsu yang menggelora. Mendamba pada setiap sentuhan. Dan Rhea bersumpah akan melakukan apapun untuk memastikan Darel berada di di atasnya, memerintah dengan suara seksi yang bergetar penuh gairah. Sungguh, Rhea akan segera mendapatkannya mengingat orang itu sendiri yang menjatuhkan diri di dalam perangkap Rhea. Bagaimana mungkin Rhea sudah bisa tidur dengannya di hari pertama mereka bertemu. Lagi-lagi Lina salah. Wanita itu menatakan jika Darel adalah pria yang cukup sulit didapatkan karena dia tidak terlalu peduli dengan wanita. Salah besar, Darel mengajaknya tidur padahal Rhea belum bergerak sama sekali. Juga mengenai istri pria itu. Ah, seorang model papan atas. Rasanya sangat menyenangkan ketika menyaingi seorang perempuan papan atas seperti Alea Brawijaya. Perempuan cantik yang rasanya selalu tampil anggun dan mewah di segala situasi. Huh, lihatlah bagaimana dunia sangat tidak adil. Ada perempuan cantik yang hanya tinggal duduk dan berbaring di atas ranjang tapi bisa hidup mewah tanpa memikirkan apapun. Sementara dirinya? Siang malam dia bekerja tapi hidupnya begini-begini saja. “Bagaimana sifatnya yang sesungguhnya?” Rhea bertanya sambil tersenyum. Terlihat jelas jika wanita itu penasaran. Sarah adalah salah watu pegawai di sini, dia pasti jauh lebih mengerti bagaimana Darel sekalipun wanita itu mungkin tidak pernah berinteraksi dengan pria itu. Bertanya pada Sarah mungkin bukan hal yang tepat. Hanya saja Rhea memang baru mengenal satu orang saja di tempat ini. “Kamu bertanya padaku?” Sekali lagi terlihat jelas jika Sarah kebingungan. “Tentu saja. Aku hanya mengenal dirimu, Sarah. Mungkin kita juga bisa menjadi seorang teman. Aku tidak pernah memiliki teman wanita” Benar sekali. Dirinya memang tidak pernah memiliki teman wanita karena setiap berjalan memasuki rumah b****l, semua orang selalu menatap iri ke arahnya. Para wanita yang tinggal di sana tidak pernah bersikap baik pada Rhea. Astaga, apa yang bisa diinginkan dari seorang p*****r seperti dirinya? Para p*****r itu iri pada p*****r lain. Apa pikiran mereka masih berjalan? Huh, setidaknya Rhea memang tidak perlu menghabiskan banyak waktunya di rumah b****l untuk saat ini. Jadi dia juga tidak perlu melihat tatapan penuh permusuhan dari perempuan yang ada di sana. “Ah.. aku tidak menyangka jika sekretaris bos sepertimu mau berbicara denganku” Rhea sedikit mengernyitkan dahinya. Apa yang dikatakan Sarah? Sekretaris bos, bukan? Dia hanya sekretaris bos, bukan bosnya. Apa yang harus dibanggakan dari status itu? Manusia memang kadang sedikit aneh. Berbangga hati hanya karena sesuatu yang tidak pasti. Tapi sudahlah, kadang Rhea juga suka berbangga diri. “Astaga, apa yang kamu katakan? Itu sama sekali tidak berlaku untukku” Rhea tertawa pelan. Di beberapa keadaan dia memang dipaksa menjadi manusia sombong yang terlihat tinggi hati. Tapi jika tidak sedang dalam misi penting, untuk apa juga dia terus menampilkan sosok lain yang bukan dirinya? Jujur saja Rhea merindukan masa kecilnya. Hanya masa kecil saja. Saat dimana dia bisa tersenyum pada setiap orang yang dia temui, membantu beberapa orang yang kesulitan dan melakukan hal menyenangkan lainnya. Saat-saat terindah dalam hidupnya karena hari itu dia belum mengerti bagaimana dunia dengan kejam akan menghancurkannya. Masa mudanya hancur dan.. jadilah dirinya yang sekarang. pendosa menjijikkan yang berusaha untuk bertahan hidup. Berusaha untuk terus tinggal di dalam dosa dan kegelapan pekat. Tidak ada jalan kembali karena memang dia sudah terjerumus terlalu jauh. Yang bisa dia lakukan adalah bertahan hidup di tempat ini sambil menunggu kematian menjemputnya. Bagi Rhea, bagaimanapun kehidupan menghancurkan dirinya, menyerah adalah hal yang pantang. Rhea tidak suka di kalahkan, dia juga tidak suka menyerah. Rhea bertahan untuk tidak bunuh diri bagaimanapun caranya. Ya, itu satu-satunya prinsip yang masih dia pegang. “Aku harap kamu akan tahan dengan sifatnya. Jangan terburu-buru resign..” Rhea tersenyum. Dia tidak bisa memastikan sampai kapan dia berada di tempat ini sampai kapan. Karena begitu misinya terpenuhi, saat itu juga Rhea akan menghilang. Kembali pergi dan memulai misi yang lain. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD