Bab 19

1434 Words
“Terima kasih karena sudah menyelamatkanku” Kalimat itu terdengar ketika Rhea ikut masuk ke dalam mobil. Sekali lagi akan Rhea tegaskan, dia masih tidak tahu kemana mobil ini akan membawanya. “Tidak masalah. Sepertinya kamu memang sangat tidak menyukai topik pembicaraan itu..” Kata Rhea sambil mengeluarkan ponselnya. Melihat apakah penampilannya masih baik-baik saja setelah terkena sinar matahari lumayan lama. Untunglah dia sudah mengoleskan tabir surya banyak-banyak agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada kulitnya. “Kita akan kemana sekarang?” Tanya Rhea. Dia tidak ingin terlihat bodoh seperti tadi. Rhea harus tahu apa saja yang akan dia lakukan sebagai sekretaris Darel. “Ke kantor” Jawaban singkat itu membuat Rhea bersorak dalam hati. Setidaknya mereka tidak perlu berada di luar ruangan yang panas seperti tadi. Hanya saja.. sekarang ada sedikit masalah. Apa yang nanti akan Rhea lakukan di kantor? “Aku belum pernah bekerja sebagai sekretaris sebelumnya. Aku rasa aku akan mengalami banyak kesulitan nanti..” Kata Rhea dengan pelan. Dia tidak boleh berbohong kali ini agar tidak menimbulkan kekacauan baru. Darel menatapnya sekilas. Pantulan cahaya dari kaca mobil membuat mata coklat Darel terlihat bersinar. Memantulkan cahaya keemasan. Sesuatu yang langsung membuar Rhea berhenti menatap sekitar. Seperti semuanya berhenti bergerak dan sekarang hanya ada mata Darel yang bisa terus dia tatap. “Tidak masalah. Akan ada orang yang membantumu selama beberapa hari ke depan” Jawaban yang diberikan Darel membuar Rhea jadi menghela napas dengan lega. Astaga, setidaknya Rhea masih bisa belajar dari manusia. Bukan dari ponsel seperti yang selalu dia lakukan selama ini. Baiklah, selama beberapa hari ke depan Rhea akan belajar dengan sangat baik. Sebenarnya Rhea juga bukan orang d***u yang sangat sulit memahami sesuatu. Tidak, Rhea sebenarnya lumayan pandai. Saat masih sekolah dulu Rhea selalu mendapat rangking 3 besar. Sayang sekali masa lalu bukan hal yang bisa dibanggakan saat ini. Kenyataannya menjadi murid pandai juga tidak menjamin jika masa depan akan selalu memihaknya. Saat sekolah Rhea memang lumayan pandai, tapi lihatlah kehidupannya sekarang.. Hancur dan menjijikkan. “Jadi itu yang menjadi kesulitanmu sejak tadi? Kenapa tidak mengatakan itu sejak awal?” Pertanyaan yang diajukan oleh Darel membuar Rhea jadi mengerjapkan matanya. Dia kembali fokus pada keadaan sekitarnya. Tidak lagi terus menatap pada Darel seperti yang dia lakukan tadi. “Iyaa..” “Seharusnya katakan saja sejak awal apa yang menjadi masalahmu. Sejujurnya aku lumayan cocok denganmu meskipun kita baru kenal dua hari ini. Tidak seperti sekretarisku yang lain, sepertinya kamu yang paling tangguh..” Lagi-lagi Rhea mengerjapkan matanya. Apa Darel baru saja berbicara sepanjang itu padanya? Tunggu dulu.. bisa saja Rhea berkhayal. Tapi itu jelas tidak mungkin.. ini memang Darel. *** Rhea melangkahkan kakinya kembali di kantor Darel. Tempat megah yang sangat mengagumkan. Dulu saat masih mendaftar di sini, Rhea hanya berada di lantai satu. Dia tidak pernah tahu bagaimana wujud lantai tempatnya akan bekerja. Ya, mejanya ada di depan ruangan Darel. Sekarang ini Rhea sedang berjalan bersama dengan seorang perempuan muda yang sepertinya seumuran dengannya. Katanya, wanita ini yang akan mengajari Rhea. “Namaku Anita. Kamu bisa memanggilku Nita saja.” Wanita itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis pada Rhea. Senyuman itu menular, membuat Rhea juga jadi ikut tersenyum begitu dia melihat ada lesung pipi yang tercetak jelas di kedua pipi wanita di depannya ini. Sangat manis. Jujur saja Rhea pernah berharap memiliki lesung pipi dulu.. “Aku Rhea..” Kata Rhea sambil menjabat tangan Nita. “Aku akan menemanimu selama dua minggu ke depan. Aku harap kamu betah bekerja di sini karena aku sudah bosan melatih pada sekretaris yang sering keluar masuk” Rhea menyunggingkan senyumnya. Sekalipun tidak akan selama yang wanita ini kira, Rhea pasti akan menetap menjadi sekretaris Darel selama beberapa bulan ke depan. Mungkin dua atau tiga bulan jika memang Darel adalah pria yang sulit. “Aku akan menetap di sini. Sepertinya aku akan kerasan dengan pekerjaan ini..” Kata Rhea sambil tersenyum. Tidak Rhea sangka wanita yang ada di depannya itu malah tertawa. Entah apa yang lucu dari kalimat yang Rhea katakan. Tapi Nita memang terus tertawa hingga beberapa menit berlalu. Hingga pintu besar yang ada di depannya terbuka, menampilkan sosok Darel yang menatap mereka berdua dengan pandangan curiga. “Apa yang kamu lakukan, Nita?” Darel bertanya pelan sambil berjalan mendekati mereka. Nita yang tadi tertawa jadi menghentikan dirinya sejenak. Sekalipun terlihat sekali jika dia masih menahan tawanya. Melihat Darel, Nita tidak seperti pegawai lain yang langsung menundukkan kepalanya. Satu hal yang membuar Rhea semakin mengernyitkan dahinya. Ketika dia tadi berjalan melewati lorong bersama dengan Darel dan Nita, beberapa pegawai memang langsung menundukkan kepalanya sambil menyapa Darel. Tapi sayangnya tidak ada satupun sapaan yang direspon oleh pria itu. Hanya satu yang terus ditanggapi oleh Darel, Nita. Ya, wanita itu memang beberapa kali menanyakan hal tidak penting kepada Darel ketika mereka sedang berada di lift. Anehnya Darel menanggapi wanita itu. Menjawab apapun yang Nita tanyakan sekalipun pertanyaannya sedikit aneh. Seperti, menu makan apa yang tadi pagi Darel makan? “Aku? Aku tertawa..” Dan juga sapaan yang Nita berikan pada Darel. Mereka tidak terlihat seperti bos dan pegawai. Sekalipun Rhea juga menggunakan sapaan itu juga mereka di rumah, setidaknya Rhea mengganti sapaannya ketika di kantor. “Ajari sekretarisku yang baru. Dia memerlukan pengawasanmu sekarang..” Hanya itu yang dikatakan oleh Darel sebelum pria itu kembali membalikkan badannya dan masuk ke dalam ruangannya lagi. Hei, apa yang dia lakukan? Berjalan keluar hanya untuk mengatakan itu pada Nita? Dia bisa memanggil kami masuk ke dalam ruangnya tanpa perlu repot berjalan ke mari. Sangat tidak percaya jika tindakan itu dilakukan oleh Darel Aldebaran. “Bosmu itu sangat galak. Kamu mungkin akan sering dimarahi ketika di kantor. Bisa sehari dua atau tiga kali. Jangan terlalu mengambil hati. Sifatnya memang seperti itu..” Sambil duduk di depan komputer Nita mengatakan kalimat itu. Dia seakan jauh lebih tahu hal-hal mengenai Darel. “Tapi kamu akan lebih sering diabaikan dari pada dimarahi. Itu memang sifat buruknya.. jadi jangan terlalu mengambil hati” Lagi.. Nita berucap seakan dia memang sangat mengerti sifat Darel. “Dari mana kamu tahu itu semua?” Tanya Rhea sambil ikut duduk di samping nita. Melihat wanita itu mulai menyalakan komputer. “Aku? Aku memang mengerti dirinya. Apa kamu mengenal istrinya Darel?” Tanya Nita. Istrinya Darel? Apa hubungannya dengan Alea? Jujur saja setiap mengingat wanita itu, Rhea jadi kepikiran kejadian tadi pagi. Saat Alea menatap Darel dengan penuh permohonan sambil meminta agar pria itu mau mengantarnya ke dokter kandungan. Astaga, hamil dengan atau tanpa suami terasa sama saja. Baik Rhea maupun Alea harus pergi ke dokter kandungan sendirian tanpa ada yang mendampingi. “Maksudmu Alea Brawijaya?” Tanya Rhea. “Iya. Memangnya dia punya berapa istri?” Nita malah balik bertanya sambil tertawa. Terlihat sekali jika wanita ini sangat santai.. Well, sepertinya Rhea memang harus berteman dengan Nita selain dengan Sarah. Setidaknya selama bekerja di sini Rhea ingin memiliki teman perempuan. Dia sudah bosa punya teman pria yang tidak pernah menganggapnya sebagai teman juga. “Ada apa dengannya?” Tanya Rhea. “Kamu sungguh belum tahu?” Rhea memang sangat kebingungan dengan pertanyaan Nita. Tapi Rhea tentu tidak ingin menunjukkan kebingungannya. Tidak.. Darel sudah mengatakan padanya agar tidak memberi tahu siapapun mengenai hubungan mereka berdua. Tidak sekarang dan tidak juga ketika dia sudah resign. Ya, padahal memang Rhea tidak ingin memberi tahu siapapun. “Aku tentu tahu Alea Brawijaya. Dia wanita cantik dan model terkenal.” Terdengar Nita kembali tertawa pelan. Astaga, apa yang sebenarnya wanita ini lakukan? Rhea jadi bingung sendiri. “Hanya itu? Katakan padaku, Rhea.. apa kamu tahu warna dinding kamar Darel?” Rhea mengerjapkan matanya. Nita.. wanita ini juga adalah salah satu bekas sekretaris Darel? Apa benar begitu? Karena pertanyaan seperti tadi jelas hanya akan ditanyakan oleh orang yang tahu mengenai hubungannya dengan Darel. Nita mungkin salah satu orang yang.. yang pernah menjalani apa yang sekarang Rhea lakukan. Menjadi sekretaris dan simpanan Darel. Mainan pria itu ketika sedang berada di depan istrinya. “Kamu pernah menjadi simpanannya?” Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Rhea. Dia tidak tahan jika terus disiksa dengan rasa ingin tahu. Lagi pula sebenarnya Rhea juga sangat penasaran dengan hubungan Darel dan Alea yang tidak menunjukkan hubungan suami istri. Mereka berdua lebih mirip dengan hubungan antara tuan dan b***k. Darel adalah tuan yang mulai bosan pada budaknya dan berusaha menyingkirkan budaknya begitu saja. Sayang sekali Darel tidak pernah mau memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Darel hanya terus menyuruhnya untuk membaca kontak mereka berdua. Padahal di kontrak itu sama sekali tidak ada penjelasan apapun mengenai apa yang sebenarnya mereka lakukan. Dan sekarang.. di hadapan Rhea, ada seorang wanita yang sepertinya mengetahui sesuatu yang penting karena dia pernah berada di posisi Rhea sebelumnya. Ini memang baru dugaan Rhea saja, tapi melihat bagaimana Nita mengerti beberapa hal mengenai Darel membuat kecurigaan Rhea jadi semakin besar. “Simpanannya? Seperti apa yang sedang kamu lakukan sekarang?” Nita malah mengajukan pertanyaan sambil menatap Rhea dengan santai. Rhea memang harus menahan kekesalan yang sudah mengepul di kepalanya. Mendengar Nita membuat Rhea jadi sedikit kesal. Wanita ini terlalu berbelit-belit. Dia sudah membuat orang lain jadi penasaran dan kesal padanya. “Katakan saja padaku, Nita.. jangan membuat aku kesal.” Rhea menatap tajam ke arah wanita yang sekarang sedang tersenyum geli. Sial! Wanita ini memang sangat suka membuat orang lain jadi kesal. “Anggap saja begitu..”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD