Kabar kematian telah menyebar di seluruh penjuru kampung. Rana yang selama ini menjadi pusat cibiran orang-orang di sekelilingnya kini telah tiada. Semua membicarakan nasib malang gadis juling dan bertompel itu. Akan tetapi ada hati yang perlu dijaga saat melihat kondisi si Mbah yang semakin memburuk. Setelah dua polisi memberikan kabar kematian Rana, si Mbah terpuruk dalam keadaan, baginya apa yang telah dikatakan kedua polisi itu hanya mimpi buruk baginya. “Rana masih hidup, Rana masih hidup” Si Mbah terus saja mengatakan hal demikian, meyakinkan diri sendiri dengan sugesti yang terus saja dibangunnya. Dwi yang selalu menjaga si Mbah merasa sangat tak tega, rasa iba begitu mendalam, hingga dekap peluk hangat selalu dihadirkannya. “Mbah...yang tabah ya...”