Berdiri dengan segala kesedihan yang menerpa, meneteskan air mata seperti aliran sungai yang tiada hentinya. Rana menatap wajah si Mbah yang keriput, ditambah dengan hiasan luka yang kini menyelimuti keduanya. Si Mbah tak mau kehilangan cucunya, sedangkan Rana merasa sebagai wanita paling s**l di dunia. Wajahnya telah membuat dia kehilangan cinta. Si Mbah menatap Rana penuh iba. Tangan Rana yang masih memegang pisau membuat hati si Mbah semakin tak karuan. “Nduk, buanglah pisau itu dari tanganmu, nak?” pinta si Mbah. “Tidak!!” jawab Rana dengan keras. “Jangan sakiti dirimu, buang pisau itu, Rana!” “Tidaaaaaak!!!!!!” Pisau itu semakin dekat menyentuh nadi Rana. Si Mbah menjerit sekuat tenaga, lalu tanpa diduga si Mbah tergeletak pingsan k