Bab.9 Ketika sakit ditempat kost

1077 Words
Seperti dugaan awal, akhirnya malam ini kami tidur bertiga di kamarku. Karena takut, Asti tidak berani kembali ke kamarnya sendiri. Sebenarnya bisa saja Maya tidur dikamar Asti malam ini, tapi dasar Maya sunggung jahil, sambil tertawa dia menolak untuk menemani Asti dikamarnya. Sambil menunggu kantuk datang, seperti biasa kami berbincang-bincang, bisa dibilang tepatnya curhat satu sama lain, ditengah tawa kami karena hal-hal lucu tiba-tiba Maya merubah topik, "Aku kepo deh Tar, kalau diperhatikan dari semenjak Andi pulang kamu banyak nggak fokus, kenapa?" "Ish, kebiasaan deh suka ngerubah topik pembicaraan." Ucapku sambil melayangakan cubitan ke tangan maya. "Aw..aw..aw..udah sih tinggal jawab aja." Ucap Maya. "Emang Tari banyak nggak fokus ya May? kok aku nggak perhatiin ya? Ucap Asti dengan polosnya. "Haduuuuhh..emang ya dasar nggak peka." Ucap Maya. Aku tersenyum mendengar ucapan polos Asti. Agar perdebatan tak menjadi panjang, aku pun menberikan jawaban yang ingin Maya dengar. "Nggak ada masalah apa-apa sih, cuma agak sedih aja sedikit, sedikit banget. Tadi waktu Andi ke sini dia bilang kalau bulan depan dia dipindah ke luar kota, kotanya juga lumayan jauh gitu, tepatnya luar pulau." Ucapku. "Loh kok, Kenapa tiba-tiba dipindah?" Tanya Asti "Nggak tiba-tiba sih, jadi selama satu bulan ini Andi tuh ikut test promosi jabatan, Alhamdulillah nya lolos tapi harus siap ditempatkan di cabang-cabang kota lain" ucapku. "Oo, bagus dong kalo gitu? untuk masa depan yang lebib baik. Udahlah jangan dipikirin baru luar kota." Ucap Maya memberiku semangat. "Iya, tenang aja aku ga sesedih itu kok, aku justru bangga sama Andi. Mudah-mudahan pekerjaannya selalu lancar." Ucapku. Setelah semua keseruan dimalam ini, juga perbincangan pengantar tidur. Akhirnya dimalam yang syadu ini kami bertiga pun terlelap di iringin lantunan melodi indah how deep in your love dari Bee gees. *** Kalau dipikir-pikir pekerjaan selama satu minggu ini, terasa berat dan melelahkan. Entah karena memang pekerjaannya yang menumpuk atau memang badan ku yang kurang fit. Setelah jam kerja selesai, aku putuskan untuk segera pulang. Saat Maya menawarkan diri apakah aku butuh untuk ia temani, aku pun memutuskan ingin istirahat sendiri saja. "Benar kamu tidak perlu aku temani?" Ucap Maya. "Iya tidak apa-apa kok. Sepertinya aku mau tidur saja sesampai dikamar kost." Ucapku. "Kamu terlihat pucat, pokonya kalau ada apa-apa dan butuh bantuan kamu kabari aku ya!" Ucap Maya. "Iya, Maya-ku. Ga usah khawatir! Setelah aku istirahat, aku bawa tidur juga pasti aku segar lagi nanti." Ucap ku. "Iya, pokoknya berkabar. Aku pulang duluan ya." Ucap Maya. Maya pun berlalu pulang dengan sepeda motornya. Aku bergegas jalan perlahan menuju tempat kost. Sesampai di kamar, aku berganti pakaian dan membersihkan diri dikamar mandi lalu merebahkan badan diatas kasur. Ku usahakan agar dapat tertidur. Lalu aku terbangun, setelah satu jam dalam lelap. Tapi saat terbangun, bukannya merasa lebih segar, aku malah merasa sakit kepala. Tak ingin menjadi sakit yang semakin teruk, kuusahakan bangun untuk mencari makan keluar dan membeli obat penghilang rasa sakit di warung. Setelah membeli makanan dan obat, aku kembali ke kamar disaat waktu sudah memasuki saatnya solat maghrib. Sebelum makan dan minum obat, aku putuskan untuk solat terlebih dahulu. Kembali aku istirahatkan badan ini diatas kasur, sambil memainkan gawai menghilangkan kebosanan. Lambat laun sakit dikepala berangsur-angsur menghilang–sepertinya obat yang aku minum tadi mulai bekerja, tapi juga membawaku pada kantuk yang mendalam, dan aku pun terlelap. Saat tengah malam aku terjaga dari tidur, dan malangnya sakit dikepala kembali datang, ditambah suhu badan yang meningkat dan mengigil, sepertinya aku demam. Teringat belum solat isya aku usahakan bangun untuk solat terlebih dahulu, walaupun dengan kepala yang terasa sangat berat. Bahkan saat aku mengambil air wudhu, sungguh air terasa sangat dingin menusuk sampai ketulang. Segera kutunaikan kewajibanku, lalu kembali aku minum obat yang tadi sore aku beli, berharap dapat kembali menghilangkan rasa sakit dikepala juga demam ini. Tapi entah mengapa untuk kali ini obat itu tidak dapat membuat keadaan badan ini berangsur membaik, kepala masih terasa sakit bahkan demam pun tak kunjung hilang. aku lalui malam ini dengan tubuh demam menggigil, tanpa bisa kembali terlelap. Merasakan badan yang sakit sendirian di tempat kost membuat hati ini menjadi sedikit melankolis, membuat diri ini teringat pada ibu. Dahulu saat masih tinggal bersama dirumah, jika aku sakit seperti ini ibu selalu ada untuk merawat aku. Membayangkan hangat sentuhan dan perhatiannya membuat air mata ini tanpa sadar meleleh berjatuhan. Selama aku kost aku belum pernah lagi bertemu ibu, ibu pun belum pernah datang ke tempat aku kost, dulu sebelum aku pindah, saat memberi tahu ibu, jika aku akan kost– ibu pernah bilang jika nanti akan sesekali datang untuk melihatku, tapi nyatanya setelah berminggu-minggu bahkan bulan belum satu kali pun ibu datang, aku pun tidak berharap terlalu besar karena memang seharusnya aku yang muda inilah yang berkunjung menemui yang lebih tua. Sampai waktu hampir menjelang pagi belum juga ada tanda-tanda menunjukan badan akan membaik, sepertinya hari ini aku tidak bisa bekerja. Kuputuskan untuk memberi kabar kepada atasanku untuk meminta ijin bahwa hari ini aku tidak bisa datang untuk bekerja. Ku kirim pesan juga pada Maya. [May, hari ini aku sepertinya tidak datang bekerja. Badan ku semakin nggak enak, semalaman ini aku demam] [Ya sudah, kamu istirahat dulu saja ya! nanti aku sampaikan ke pak Yustarto kalo hari ini kamu sakit] [Iya May, makasih ya. Tadi juga aku sudah chat pak Yustarto sih tapi nanti kamu sampaikan lagi aja yah!] [Ok, nanti pulang kerja aku sempatkan datang kekostan. ngomong-ngomong Asti tau nggak kalau kamu sakit?] Oia, kenapa semalaman aku lupa chat Asti ya. Mungkin dia bisa menemani kalau semalam aku kabari. Aku malah teringat akan ibu. [Hehehe..iya aku lupa belum chat Asti] [Ya sudah, biar nanti aku chat Asti, minta tolong dia bawakan kamu sarapan] [Iya, makasih ya May] *** Sebelum berangkat ketempat kerja, Asti pun menyempatkan datang kekamarku untuk memberikan sarapan. "Tar, buka pintu! ini aku bawa kan sarapan" terdengar suara Asti dari luar kamar. Aku bangun perlahan, membuka kunci pintu sambil menahan kepala yang terasa berat. "Makasih banyak ya Ti, jadi ngerepotin kamu pagi-pagi." Ucapku "Jangan ngomong kaya gitu, kalau ada apa-apa kabarin jangan diam aja, nahan sendirian!" Ucap Asti. "Iya" jawabku. "Sudah sakit dari semalem, kenapa tidak ketuk pintu aku?atau paling nggak kamu bisa chat atau telepon aku, biar aku bisa datang untuk temani kamu." Ucap Asti panjang lebar. "Iya maaf semalam aku lupa." Ucapku. "Ya sudah, kamu istirahat lagi ya! aku berangkat dulu. Nanti kalau butuh sesuatu kamu chat saja, biar nanti saat pulang kerja aku atau Maya bisa bawakan." Ucap Asti. "Iya." Ucapku Setelah Asti pamit, aku sarapan terlebih dahulu agar bisa kembali meminum obat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD