Bab 2 - Kucing Liar

1559 Words
Reagan keluar dari kamar hotelnya setelah memeriksa beberapa dokumen yang diberikan Hans. Mereka berdua berjalan beriringan di koridor hotel dan mengobrol beberapa jadwal yang akan dikerjakan Reagan hari itu. Namun, pecakapan mereka terhentika ketika mendengar teriakan seorang gadis yang mengalihkan perhatian mereka. "Berhenti kamu! Dasar pencuri!" Terlihat seorang gadis yang sedang berlari mengejar seorang pria yang berlari di depannya lebih dulu. Mereka saling berkejaran. Pria berpenampilan urakan itu berlari menuju ke arah Reagan dan Hans yang sedang berhenti memandangi mereka dari jauh. "Aku bilang berhenti apa kamu tidak dengar!" teriak gadis itu lagi dengan nafas tersengal-sengal. Ia berhenti sejenak, melepas salah satu sepatu ketsnya dan melemparnya ke arah pria yang dikejarnya. Pria yang dikejar gadis itu menoleh ke belakang dan melihat sepatu yang telah melayang ke arahnya. Bagaikan film slow motion, pria itu menundukkan tubuhnya hampir setengah berjongkok sehingga ia terhindar dari serangan sepatu itu. Reagan dan Hans yang melihat kejadian itu hanya bisa terpaku di tempat, terutama Reagan yang saat itu berada tepat di depan pria yang dikejar wanita itu. Mungkin hari ini bisa dikatakan hari tersial di dalam hidup Reagan. Sepatu yang melayang itu tepat mengenai kepala Reagan karena pria urakan itu menunduk. Reagan belum sempat menghindari serangan sepatu yang sudah berbau seperti ikan asin itu. Seumur hidupnya mungkin baru kali ini Reagan mencium sepatu dengan aroma khas semerbak seperti milik wanita itu. Hans yang melihat kejadian itu pun membelalakan matanya, mengatupkan bibirnya rapat dan menelan salivanya dengan bersusah payah. 'Sial banget yang sudah melempar sepatu itu!' batin Hans. Reagan memejamkan matanya erat, mengepalkan tangannya hingga terlihat buku-buku tangannya yang memutih. Ditambah lagi rambutnya yang telah tersisir rapi tadi menjadi berantakan sehingga sebagian rambut depannya turun dan menutupi matanya yang sudah menyalang tajam. Reagan meniup anak rambut yang menutupi matanya dengan udara tipis yang keluar dari bibirnya. Pria yang dikejar gadis itu dengan segera mengambil kesempatan untuk berlari dari tempat itu tanpa meminta maaf kepada Reagan. Gadis yang mengejar pria urakan itu juga sama sekali tidak merasa bersalah kepada Reagan. Ia masih bermaksud mengejar pria tadi, tetapi langkahnya terhenti karena Reagan menahan kerah kemejanya dengan satu tangannya dari belakang. "Eh … eh ... kenapa ini?" gumam gadis itu melihat ke arah kakinya yang sekarang telah tidak menginjak lantai. Ia menoleh ke arah Reagan yang sudah menatapnya tajam seakan-akan ingin menerkamnya hidup-hidup. Gadis itu menelan salivanya kasar. 'Siapa pria ini? Kenapa dia menatapku seperti itu?' "Tuan, lepaskan aku! Saya mau menangkap pencuri itu!" teriak gadis itu meronta karena Reagan masih menarik kerahnya erat dan mengangkat tubuh mungilnya. Reagan tidak menjawab ucapan gadis itu. Ia memberi kode kepada Hans untuk mengejar pria yang dikatakan pencuri oleh gadis itu. Hans pun mengangguk dan segera berlari dengan sigap ke arah pria tadi yang telah melarikan diri. "Lepaskan! Apa kamu tuli, hah?" sahut gadis itu dengan nada semakin meninggi. Karena peringatannya tidak dipedulikan Reagan, gadis itu memutuskan untuk memberi pelajaran kepada pria itu. Ia hendak menyikut ulu hati Reagan, tetapi jarak mereka cukup jauh sehingga ia tidak berhasil melakukannya. Reagan tersenyum miring melihat gerakan gadis itu yang tak berdaya. Ia pun melepaskan genggamannya dari kerah gadis itu, tetapi ia mendorong tubuh gadis itu hingga menabrak dinding koridor hotel. Gadis itu meringis sambil memegang pundaknya yang terbentur dinding. Reagan memperhatikan penampilan gadis yang menurutnya masuk dalam kategori cantik. Kedua bola mata kuning keemasannya melihat gadis itu dari atas rambut hingga ke bawah kaki. Penampilan gadis itu terlihat awut-awutan. Rambut panjang berwarna coklat karamel milik gadis itu sudah tidak beraturan karena berlari tadi. Tampak peluh di sekitar keningnya. Pandangan Reagan tertuju ke salah satu kaki gadis itu yang tak beralaskan apapun. Cukup mengenaskan menurutnya, tetapi tidak mengurangi kecantikannya. Yang menarik perhatiannya adalah pakaian yang dipakai oleh gadis itu, seragam staff koki hotel. "Kamu koki hotel ini?" tanya Reagan dingin. Seringai licik terukir jelas di wajahnya. Tatapannya tertuju ke arah nametag di d**a kiri seragam gadis itu. Ia pun tersenyum miring. "Selina, huh?" Gadis yang dipanggil Selina oleh Reagan itu menaikkan satu alisnya, membalas tatapan Reagan dengan sinis. "Sebenarnya apa maumu, Tuan? Apa kamu sebegitu luangnya mengurusi masalah orang lain, hah?" Selina memalingkan wajahnya dan mencebikkan bibirnya sebal dan hendak beranjak dari tempat itu, tetapi lengannya ditahan oleh Reagan. Kening Selina mengernyit dan ia pun kembali menatap Reagan. "Sebenarnya apa maumu, hah?" tanya Selina semakin sebal. Ia menepis tangan pria di hadapannya saat ini, tetapi pria itu malah semakin mendekat kepadanya dan mengungkung tubuhnya dengan kedua tangannya diletakkan di antara tubuh Selina. Reagan melihat wajah gadis itu yang semakin memerah. Ia tersenyum miring melihatnya. 'Ternyata semua wanita sama saja. Begini saja sudah terpesona,' batinnya narsis. Tebakan Reagan salah besar. Wajah Selina memerah bukan karena malu ataupun terpesona akan ketampanan Reagan, tetapi gadis itu sedang menahan amarahnya yang sudah memuncak. Wajah Reagan semakin mendekat dan hampir menyapu jarak di antara mereka. Niatnya ingin memberikan gertakan kecil kepada gadis itu. Namun, Selina sama sekali tidak takut. Gadis itu tidak memalingkan wajahnya. Tanpa Reagan duga, Selina malah membalas tatapan tajamnya dengan kedua manik mata indah bak coklat hazel itu. Gadis itu melayangkan tatapan tajam dan sinis kepadanya. 'Gadis ini ternyata memiliki nyali yang cukup besar rupanya,' batin Reagan tanpa sadar mengagumi sikap Selina. Reagan pun segera menepis pemikirannya itu. Ia tidak ingin Selina melihat celah di dalam dirinya. Seringai nakal pun terlukis jelas di wajahnya. Reagan berbisik di telinga gadis itu. "Minta maaf atas perbuatanmu tadi, Nona," desisnya pelan. Selina membulatkan matanya. Ia pun menggeram kesal di dalam hati dan mengertakkan giginya. Tanpa aba-aba lagi, Selina menghentakkan kakinya yang masih memakai sepatu kets, menginjak kaki Reagan dengan sekuat tenaga. Membuat Reagan terkejut dan menjauh beberapa senti darinya. "Dasar sinting!" umpat gadis itu. Selina pun berjalan meninggalkan Reagan yang masih meringis memegang kakinya. Gadis itu sama sekali tidak mengerti maksud pria itu menyuruhnya untuk meminta maaf padanya. Setelah merasa sakit di kakinya mereda, Reagan pun segera berlari kecil mengejar gadis itu. Tidak lupa pria itu mengambil sepatu yang mengenai kepalanya tadi. Ia tidak terima dipermalukan dan diperlakukan semena-mena oleh gadis itu. Harga dirinya sebagai CEO Hernandez Corporation bisa jatuh begitu saja. Apalagi jika hal ini diketahui oleh para bawahannya. Mau taruh di mana wajahnya nanti. Setelah hampir menyamai langkah Selina, Reagan pun menarik lengan gadis itu dari belakang dengan kasar. Selina berbalik dan memandangi pria itu dengan heran. 'Pria ini mau apa sih? Kenapa mencari masalah terus?' batin Selina kesal. "Apa kamu tidak tahu cara meminta maaf dengan benar?" tanya Reagan. Mimik wajah pria itu sudah terlihat sangat tidak bersahabat dibandingkan tadi. "Minta maaf apa sih?" tanya Selina yang masih tidak mengerti duduk permasalahannya. Reagan mengangkat sepatu kets dekil yang mengenai kepalanya tadi. "Sepatumu tadi telah mengenaiku, Nona. Apakah menurutmu tidak perlu meminta maaf?" Selina melirik sepatu miliknya yang berada di tangan Reagan. Pria itu memegang ujung sepatu itu dengan jijik, seakan-akan sepatu itu adalah kotoran hewan. 'Ternyata karena ini. Ah, lagian kenapa dia memegangnya seperti itu? Memang sih sepatuku kelihatan butut, tetapi juga tidak seharusnya dia memegangnya seperti itu.' Selina menggerutu di dalam hati. Selina menghela napas berat dan mengambil sepatunya dari Reagan dengan kasar. "Seharusnya Tuan yang meminta maaf padaku karena sudah berlaku tidak sopan kepada seorang wanita!" seru Selina dengan mata berapi-api. Reagan berdecak kesal dan menyeringai. "Tidak sopan katamu? Hah?" gumam Reagan tidak terima dikatakan seperti itu oleh Selina. "Aku akan menunjukkan seperti apa yang dikatakan tidak sopan kepadamu!" gertak Reagan geram. Tanpa seijin Selina, Reagan menarik pinggang mungil gadis itu dan menahan belakang kepalanya dengan tangan satunya lagi. Reagan menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu, lalu melumatnya dengan kasar. Selina membelalakan kedua kelopak matanya dengan lebar. Ia begitu kaget dengan tindakan tak senonoh pria itu. Dalam sepersekian detik Selina sempat mematung tanpa merespon ciuman pria itu. Reagan begitu mendominasi dirinya hingga tangan besar pria itu yang mulai menjalar masuk ke balik seragamnya. Tanda peringatan besar menyadarkan dirinya. Selina menggigit bibir pria itu dengan kuat dan mendorong tubuhnya menjauh, lalu menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Reagan menyeringai dan mengusap bibir bawahnya yang telah mengeluarkan setetes darah segar dengan jempolnya. "Dasar kucing liar! Tidak ada manisnya sama sekali," cibirnya. Selina mendengus sebal mendengarkan gumaman Reagan. "Kau pantas mendapatkannya! Aku tidak akan bersikap manis menghadapi pria m***m sepertimu!" balas Selina geram dan meninggalkan Reagan yang termangu mendapatkan cibiran pedas darinya. Sepeninggalan Selina, Reagan memukul keningnya pelan seakan menyadari kebodohannya beberapa menit yang lalu. "Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku malah meladeni cewek barbar itu? Seperti bukan diriku saja!" gumam Reagan menyesal. 'Walaupun ucapannya pedas, tetapi bibirnya ternyata manis juga.' Suara hati Reagan tanpa sadar kembali mengakuinya. Seulas senyuman tipis terlihat sekilas di wajahnya ketika mengingat ciuman tadi. Ciuman itu adalah ciuman yang paling manis yang pernah diterimanya walaupun pada akhirnya berujung perih. Reagan kembali mengusap bibirnya yang terluka. "Lihat saja, kita pasti akan bertemu lagi, my baby," gumamnya pelan. "Bos." Hans datang tergopoh-gopoh menghampiri Reagan. Kening pria itu mengernyit melihat atasannya yang masih tersenyum bodoh. Pria itu berusaha menerka-nerka apa yang terjadi sepeninggalannya tadi, tetapi segera ia tepis pikiran itu sebelum bosnya memotong gajinya. "Bagaimana?" tanya Reagan tanpa menatap Hans. Matanya masih menatap kepergian gadis barbar tadi yang telah terlihat menjauh. "Pria tadi ternyata pencuri makanan di dapur, Bos. Sepertinya perempuan tadi mengejarnya untuk menyerahkannya kepada pihak keamanan," jelas Hans yang telah menyelesaikan pekerjaannya tadi. Reagan hanya manggut-manggut. "Selidiki wanita bernama Selina itu!" perintah Reagan. "Baik, Bos," sahut Hans. 'Sial sekali gadis itu,' batin Hans yang mengira Reagan akan memecat gadis itu. To be continue ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD