Ngidam II

1067 Words
Ternyata Ford serius dengan ucapannya. Swana dipaksa tidur disebelahnya agar dia bisa mencium ketiak Swana yang putih nan cantik. Berterima kasihlah pada sesuatu yang dinamakan ngidam. Hal yang seharusnya menimpa sang ibu hamil kini dialami calon ayah. Swana memang pernah mendengar kejadian suami ngidam pada beberapa pasangan yang bekerja di perusahaan Ford. Para istri terkadang membicarakan suaminya sewaktu makan di kantin, dan salah satunya adalah kejadiam suami ngidam. Awalnya Swana menganggap hal tersebut tidak mungkin. Ternyata sekarang ia mengalami sendiri kejadian ajaib ini. "Hm, " lenguh Ford di ketiak Swana. Dia sudah tertidur dengan nyenyak tapi tangan kirinya tidak berhenti mengelus-elus perut Swana. Tangannya yang besar dan kokoh seolah disetting untuk membelai perut Swana sambil tidur. "Posisi tidur paling aneh yang pernah aku lakukan." Bagaimana tidak, tangan Swana kini ditaruh di atas kepala dan Ford menempel pada ketiaknya. Sejujurnya Swana belum pernah tidur sekalipun bersama Ford sejak mereka menikah. Malam ini adalah malam pertama mereka tidur bersama sebagai suami istri. Swana sangat berdebar melihat suaminya yang tetap tampan meski sedang tidur. 'Dia adalah orang yang membuatkanku s**u hamil setiap pagi. ' 'Mencium keningku di pagi hari, mengirimkan bunga beserta kartu ucapan yang manis, memberi berbagai pakaian, tas, sepatu mewah untuk memanjakanku hingga aku kewalahan. ' 'Dengan semua perlakuanmu, bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta padamu, Ford. ' 'Aku sangat bahagia dan menginginkan pernikahan ini tidak pernah berakhir. Tapi aku sadar diri jika kau hanya merasa bertanggung jawab padaku. Di matamu, tidak pernah sinar cinta untukku. ' 'Ford, aku mensyukuri setiap detik yang aku lewatkan denganmu. Hingga pada akhirnya kau meninggalkan aku untuk cinta sejatimu, aku akan menikmati tiap kebahagiaan yang kau berikan. ' Tangan kanan Swana membelai lembut rambut cokelat gelap Ford. Dari dulu ia ingin menyisirkan jari-jarinya pada rambut Ford yang panjang sebahu. Dia juga ingin membelai rahang tegas yang memiliki bulu tipis khas pria asing yang Ford miliki. Dan akhirnya, dia bisa melakukannya. Meski semua diawali dengan ngidam Ford yang unik, tapi Swana sudah sangat senang. "Lihat sayang. Kau memiliki ayah yang sayang padamu. " Sambil membelai rambut Ford, Swana juga mengajak bayinya bicara. Dan akhirnya turut terlelap bersama dengan malam yang mulai larut. . . . Keesokan harinya, Ford terbangun lebih segar dari biasanya. Tubuhnya merasa ringan, begitu pula dengan perasaannya. Dan yang mengejutkan Ford tau jika itu berhubungan adanya Swana di sisinya. 'Apa ini rasanya ngidam yang dituruti. Lega sekali. ' Ford melirik jam di dinding. Lalu ke arah istrinya yang terlelap dengan tangan kiri yang diangkat. "Pasti nanti tanganmu akan kesemutan, " guman Ford. Mata coklat gelap keemasannya beralih ke wajah polos tanpa riasan Swana. Sangat manis dan imut. Terutama bibirnya yang pink alami. 'Tsk, apa yang kupikirkan. ' Ford beringsut turun dari ranjang. Jadwal padat tidak mengijinkannya bersantai. Terutama dengan adanya rapat dengan pihak money foundation. . . . "Selamat pagi, Swana. " Swana yang bangun pagi tersenyum melihat Ford yang sudah bersetelah rapi dan membawa s**u hamil. "Eh, Apa aku kesiangan? " "Tidak, ini masih pukul delapan pagi. Aku ada rapat jadi bangun lebih pagi. " Swana perlahan mendudukkan dirinya di ranjang. Dia merasa malu karena masih kucel sedangkan suaminya dalam kondisi rapi, dan bahkan membuatkannya s**u ibu hamil. "Apa tanganmu tidak lelah. Kurasa aku keterlaluan membuatmu mengangkat tanganmu ke atas agar bisa memuaskan ngidamku. " Swana hampir saja tertawa terbahak-bahak saat melihat Ford nampak malu karena menginginkan mencium ketiaknya. Sungguh sangat menggemaskan. "Tidak masalah. Aku tidak terganggu sama sekali. " "Kau harus sarapan sehat, aku harus pergi sekarang. " "Hati-hati. " Ford mencium kening Swana sebelum berangkat. Perwujudan tindakan manis yang ia janjikan sesuai saran Betty agar Swana tidak lagi trauma padanya. Sangat tidak menyenangkan mendapati istrimu trauma padamu. Tidak ada yang menginginkan hal itu. Sosok mengagumkan itu menghilang dari pintu. Meninggalkan kesan manis pada wanita hamil yang di ranjang. Membuahkan perasaan hangat dengan cinta yang semakin dalam. "Mungkin saja aku ada harapan untuk mempertahankan pernikahan ini selamanya. " Swana menyeret tubuhnya ke kamar mandi. Ia bersinar karena di kelilingi taburan kebahagiaan seolah itu adalah anugerah yang hadir begitu saja. "Tentu aku harus mempertahankan pernikahan ini. Apapun masa lalu kami, sekarang aku adalah nyonya Broxe Amerta. " . . . Kata siap mendominasi dunia, fokus dan menundukkan saingan rupanya jauh dari diri Ford hari ini. Jelas hari ini dia bukan menjadi dirinya. Dan yang menjadi penyebab semua ini adalah rasa ngidam yang tiba-tiba muncul di dirinya. "Aw, tidak lagi. " Ford menyisirkan rambutnya kebelakang. "Mengapa kali ini aku ingin mencium kaki Swana, Astaga. Apa yang sebenarnya terjadi padaku! " Ford mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia kacau, sangat kacau. Bahkan Brain ingin tertawa diam-diam melihat bosnya yang mengalami fase ngidam yang biasanya ibu hamil alami. "Mana mungkin aku memanggil Swana hanya untuk mengendus kakinya, lalu apa yang terjadi dengan reputasiku jika aku melakukannya di sini? " Keanehan demi keanehan pada tubuhnya terus dia hadapi hari ini. Perasaan buruk dan sensitif turut menemani keanehan seperti benalu yang enggan lepas dari inangnya. "Katakan padaku Brain. Apa yang harus aku lakukan?! " Brain yang sedari tadi hanya menata dokumen, akhirnya bersuara. "Menurutku, anda harus menuruti apa yang menggangu tuan. " "Apa tidak ada cara lain? " "Kata orang sini, jika anda tidak menuruti ibu ngidam maka bayinya nanti ngiler. Mungkin saja hal itu berlaku pada ayah ngidam. " Ford mencebik kesal. "Mitos macam apa itu?! " Brain menjelaskan dengan sabar pada tuan blasteran ini. "Ini kata orang tua dahulu. Meski ada yang bilang itu mitos dan hanya perwujudan perasaan ibu yang ingin mencari perhatian, tapi mayoritas penduduk sini percaya. " Ford agak panik. "Tidak, tidak, tidak. Bayiku tidak boleh ngiler. Alihkan jadwal pertemuan hari ini sampai nanti siang. Aku akan pulang. " "Baik, tuan. " Brain menunggu tuannya pergi agar bisa tertawa. "Oh, ini sejarah. Andai saja orang-orang tau jika tuan Ford pulang karena ngidam mencium kaki istrinya. " Tak lama kemudian, seorang tamu muncul dan mencengangkan Brain. Jelas kehadirannya tidak menjadi kabar baik bagi siapapun di sini. "Selamat siang, Nona Cindy? " "Di mana Ford. Mengapa mejanya kosong? " Cindy yang tampil modis seperti biasa mendudukkan diri di sofa kantor Ford. "Tuan kembali ke rumah. " Cindy agak khawatir mendengarnya. "Apa ada sesuatu yang terjadi pada bayi Swana? " "Tidak, sebenarnya itu untuk menuruti ngidam tuan. " "Fiuh, syukurlah. Ingat Brain, jangan pernah lupa untuk mengingatkan Ford untuk menemani Swana periksa ke dokter kandungan. " Brain seakan tidak mempercayai telinganya. Tapi inilah kenyataan. Cindy terlihat antusias dengan kehamilan Swana. 'Aneh sekali. ' Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD