Ella turun dari tangga dengan Nana digandengannya. Dua-duanya sama-sama tersenyum semringah. Ella sekarang sudah
banyak tersenyum. Nana membuat mood gadis itu bagus tiap harinya.
Ella begitu menikmati kedekatannya dengan Nana. Gadis itu kini sudah mulai terbiasa berperan menjadi seorang ibu. Bangun tiap pagi, membantu menyiapkan sarapan. Lalu
membangunkan Nana, memandikan dan mendandaninya. Kalau saja seperti itu terus tentu Ella tidak akan keberatan.
Hanya satu hal yang membuatnya down. Aliandra. Hanya orang itulah yang bisa membuat Ella yang tadinya ceria menDadak bad mood. Untung saja sudah seminggu ini Aliandra sedang tidak ada di rumah. Dia sedang melakukan kunjungan bisnis ke Jepang. Karena memang perusahaan miliknya bercabang di negeri sakura itu.
"Nanti Mommy nganter Nana lagi kan?" tanya Nana saat Ella membantunya duduk di kursi ruang makan.
Ella mengangguk lalu tersenyum manis pada Nana. Meletakkan tas sekolah Nana di kursi sebelah gadis kecil itu. Sudah sejak ibu mertuanya tinggal di rumah mereka, Ella selalu mengantar jemput Nana ke sekolah. Dengan sopir tentu saja. Karena Aliandra tidak mengijinkan Ella menyetir sendiri.
"Klo saya ijinkan bawa mobil, nanti kamu kabur! Dan bawa anak saya. Terus minta tebusan!" Jawaban Aliandra saat Ella pamit untuk mengantar Nana dengan meminjam mobilnya.
"Memangnya Tuan pikir saya sejahat itu apa! Saya bukan penjahat, Tuan! Jangan sembarangan ngomong!" bentak Ella. Dia kesal karena pria itu selalu berpikiran buruk tentangnya.
"Ya kali aja. Kan kamu tuh kejam. Saya kan nggak tau apa yang ada di pikiran kamu."
Ella menggertakkan bibirnya. Matanya yang indah menyipit melihat Aliandra penuh dendam. Dia akui dia memang judes, jutek dan masa bodoh dengan orang. Tapi kalau disamakan dengan penjahat jelas dia tidak terima.
"Tuan coba deh pergi ke tukang laundry! Kali aja disana otaknya bisa dicuci, terus diperes, dikeringin, disetrika. Jadi itu otak agak beres dikit. Kotor mulu sih pikirannya!" cibirnya pedas.
Aliandra melotot padanya. Yang juga dibalas pelototan pula oleh Ella. Aliandra menatap geram gadis itu.
"Ella!" desis Aliandra.
"Tuan!" ucap Ella tajam.
Keduanya saling melotot.
"Sudah saya bilang jangan panggil Tuan, Ella! Saya bukan majikan kamu! panggil saya abang!" seru Aliandra marah.
"Nggak!" tolak Ella tegas.
"Harus!"
"Gak!"
"Kamu... awas saja ya!" desis Aliandra marah.
***
"Mom! Mommy nanti jemput Nana kan?" tanya Nana saat Ella mengantarkannya ke depan gerbang sekolah Nana.
Ella mengangguk. Merapikan seragam sekolah dan kuncir rambut Nana. "Iya.Nanti Mommy jemput ya," jawabnya.
Nana tersenyum senang. "Makasih Mom!"
"Ya udah gih sana masuk!" ujar Ella pada bocah itu.
Nana
langsung mencium tangan Ella. Lalu Ella balas mencium pipi Nana. Nana melambaikan tangan pada Ella dan masuk ke dalam sekolahnya.Nana begitu senang saat diantar Ella. Dengan begitu dia bisa memamerkan pada teman-temannya kalau dia punya Mommy yang cantik.
Setelah pulang dari mengantar Nana, Ella terlebih dahulu minta diantar oleh Pak Sartono menuju supermarket untuk berbelanja. Kebetulan Mbok Inah tidak enak badan dan bahan makanan di rumah sudah mulai habis.
Jadi dari pada mertuanya mengomel karena tidak ada persediaan, sebelumnya Ella sudah mengantisipasi dan berbelanja terlebih dahulu. Untuk mencegah berbagai mantra sihir mertuanya itu yang bisa membuat kepala pusing.
***
Ella mengeluarkan barang belanjaan dari bagasi mobil di bantu oleh Pak Sarto. Kemudian pria itu membawanya masuk ke dalam."Yang itu tolong taruh kamar saya ya, pak!" Ella menurunkan beberapa paper bag berisi barang-barang pribadinya.
"Iya Non. Ini juga?" tanya Pak Sarto.
"Iya itu juga, Pak."
Untung saja saat kesini dulu dompetnya ikut terbawa. Entah apa jadinya jika dia tidak membawa uang sepeserpun. Bisa-bisa
dianggap gembel beneran sama Aliandra. Secara baju yang dibawa olehnya dari sydney hanyalah baju rumahan yang rata-rata tipis dan pendek. Yang kata Aliandra sudah tidak layak pakai.
Jadi tadi dia putuskan untuk menggunakan tabungannya untuk berbelanja pakaian dan keperluan pribadinya dulu. Biarlah tabungannya habis. Toh nanti sekembalinya ke Sydney dia bisa kembali bekerja dan menabung lagi. Demi harga dirinya agar tidak dihina oleh Aliandra lagi, Ella merelakan tabungannya ludes. Daripada dia harus minta-minta uang pada Aliandra, kan? Bisa jatuh reputasinya nanti.
"Yang ini juga, pak!" Ella menurunkan satu buah paper bag lagi dari bagasi.
"Hm."
Pergerakan tangan Ella terhenti. Kok kayaknya bukan suara Pak Sarto ya. Nada suaranya kayaknya Ella kenal. Suara itu kan yang biasanya membuat dirinya menggigil kedinginan saat mendengarnya. Jangan jangan...
Ella menoleh dan benar saja kan. Si monster es ada di belakangnya. Menatapnya tajam. Ella langsung memekik kaget. Diikuti ekspresinya yang lucu.
"Tuan?"
"Tuan?" ujar Aliandra sambil menirukan ekspresi kaget Ella.
Ella yang semula kaget sampai melongo langsung mengubah ekspresinya menjadi kesal. Karena Aliandra mengejeknya dengan menirukan gaya kagetnya. Gadis itu langsung membuang mukanya. Enggan lama-lama bertatapan dengan makhluk menyebalkan itu.
Saat pria itu masuk ke dalam rumah, Ella diam-diam memperhatikannya. Mengintipnya yang sedang berjalan masuk ke dalam rumah sambil membawa belanjaannya.
"Itu Tuan Aliandra beneran bukan, ya. Kok mau sih dia bantuin gue?" gumamnya.
"Bukannya dia baru balik besok? Apa jangan-jangan di sengaja pulang cepat karena takut hartanya gue bawa kabur kali, ya?" ucapnya lagi.
Ella mendengus. "Iyalah. Pasti gitu. Kalo nggak, ngapain dia buru-buru pulang? Dasar picik!" umpat gadis itu dalam hatinya.
Tanpa ingin memikirkan Aliandra dan membuatnya makin kesal, gadis itu buru-buru masuk ke dalam dan membawa serta belanjaan yang masih tersisa.
***
"Mau jemput Nana?"
Ella sontak memegangi Dadanya kaget karena Aliandra tiba-tiba sudah berdiri di sampinya saat dia hendak memakai sepatu.
"Ngagetin aja sih!" bentak Ella karena kesal.
Pria ini bisa berpotensi membuatnya menderita penyakit gagal jantung.
Aliandra meneliti penampilan Ella dari atas sampai bawah. Celana jins 7/8 dipadukan blouse warna peachnya membuatnya terlihat
manis. Apalagi dengan flatshoes yang sedang dipakainya sekarang.
"Ngapain liat-liat!" ucap Ella jutek saat Aliandra memperhatikan penampilannya dari atas ke bawah dan membuatnya risih.
Aliandra tidak menjawab pertanyaannya dan malah meminta kunci mobil dari Pak Sartono. Lalu membukakan pintu untuk Ella.
"Ayo saya antar!" ucapnya.
Ella bergeming. Berdiri dengan menatap Aliandra bingung. Si monster menawarkan diri untuk mengantarnya? Wow! Ella harus
mengingat hari ini.
"Ella! Ayo saya antar!" ucap Aliandra lagi.
Ella kemudian melangkah menuju mobil. Lalu membuka pintu belakang dan buru-buru masuk kesana.
"Di depan, Ella!" ucap Aliandra sedikit kencang.
Ella tidak menggapinya dan malah duduk dengan santai di kursi belakang. Padahal Aliandra sudah membukakan pintu samping kemudi untuknya.
Gadis itu mendengus. Ogah dia duduk di samping Aliandra. Mendingan duduk di belakang kan. Tidak beresiko terkena pembekuan sel-sel tubuh karena terlalu dekat dengan monster es.
"Ella! Jangan buat saya marah ya!" ucap Aliandra geram.
Ella masih bergeming. Aliandra mendesah frustasi. Gadis ini selalu bisa membuatnya emosi.
"Ella!" teriaknya.
Ella pun langsung turun dari bangku belakang dan duduk di kursi samping Aliandra sambil menggerutu dan mengumpat. Kemudian
menutup pintu mobil sedikit keras. Membuat Aliandra geleng-geleng kepala karena kelakuannya.
***
"Daddy!" Nana berteriak kencang saat melihat Aliandra dan Ella sedang berdiri di depan mobil di depan gerbang sekolahnya.
Gadis kecil itu langsung berlari memeluk Ella erat. Ella mengangkat Nana ke dalam gendongannya. Bocah itu langsung mengoceh macam-macam pada Ella tentang kegiatannya di sekolah.
"Nana! panggilnya Daddy kok Mommy yang dipeluk?" Protes Aliandra karena Nana sama sekali tak menghiraukannya.
Nana tertawa kecil. "Hai, Dad!" sapanya singkat. Lalu kembali berbicara pada Ella. Aliandra menganga tak percaya. Dia diabaikan oleh Nana?
"Nana! Gendong sama Daddy yuk!" bujuk Aliandra.
Nana menggeleng cepat. "Nggak ah, Dad. Nana sama Mommy Nana aja!" jawabnya.
Aliandra tersentak kaget. Bagaimana mungkin, Nana lebih memilih Ella dibanding dirinya?
"Nana kok gitu, sih. Sama Daddy yuk. Daddy kangen banget loh sama Nana."
Nana langsung menggeleng. "Nggak mau, Dad. Nana sama Mommy Ella aja!" balas bocah itu.
"Tapi, kan..."
"Udah deh, Tuan. Kalo Nana nggak mau ya jangan dipaksa dong. Gimana sih!" ucap Ella sinis lalu masuk ke mobil. Meninggalkan Aliandra yang memesang wajah kecewanya.
Aliandra cemberut saat melirik Nana yang asyik bercerita dengan Ella tanpa menghiraukannya sedikitpun. Padahal dia sudah bersusah payah mempercepat pekerjaannya di jepang agar bisa cepat pulang
dan bertemu Nana.
Aliandra sangat merindukan putri kecilnya itu. Seminggu di Jepang, Aliandra tidak bisa tidur dengan nyenyak sebelum melakukan video call
dengan Nana. Tapi sewaktu sudah pulang, Aliandra malah menjadi kecewa karena Nana tidak menghiraukannya sedikitpun.
"Nana, mau es krim nggak?"
"Nggak usah, Dad. Kemarin Mommy udah beliin Nana es krim banyak. Ya kan Mom?"
Ella mengangguk. Sambil membelai rambut Nana yang berada di pangkuannya.
"Kalo jalan-jalan dulu gimana? Kita makan di restoran?" tawar Aliandra.
Nana menggeleng. "Nggak usah, Dad. Kita makan dirumah aja. Mommy udah masak kan, Mom?"
Ella langsung mengangguk mantap. "Udah, dong. Mommy tadi udah bikinin Nana cap cay sama ayam goreng," ucapnya sambil
tersenyum.
Mata Nana langsung berbinar saat Ella menyebut nama masakan kesukaannya. Ella memamerkan senyum bangganya karena sudah bisa membuatkan makanan kesukaan Nana.
Ella sekarang sudah mulai pandai memasak. Apalagi makanan kesukaan Nana. Ella bahkan bisa membuat lebih enak daripada
Mbok Inah.
"Beneran Mom?"
Ella mengangguk. "Iya dong. Mommy kan sayang sama Nana. Makanya Mommy masakin makanan kesukaan Nana," jawab Ella.
Nana langsung memeluk erat gadis itu. "Makasih, Mom. Nana juga sayang sama Mommy!" ucapnya lalu mengecup kedua pipi
Ella lama.
Hati Aliandra berkerut-kerut melihatnya. Ella berhasil mendapatkan perhatian Nana, pelukan dan ciumannya. Bahkan dia ayahnya malah tidak mendapat apa-apa.
"Nana. Kita jalan-jalan yuk?" bujuk Aliandra.
Nana menggeleng sebagai jawaban.
Aliandra berdecak. "Kalo main di time zone?" Nana kembali menggeleng.
"Ke kebun binatang? Ke dufan?"
Nana menggeleng lagi. Dan lagi. Menolak semua tawaran Daddynya.
Aliandra mulai putus asa. Masa dari semua tawarannya untuk Nana tidak ada satupun yang bisa menarik perhatian putri kecilnya itu? Padahal semua itu biasanya disukai oleh Nana.
Aliandra memutar otaknya. Berpikir keras sambil menyetir. Kira-kira apalagi yang bisa membuat Nana tertarik. "Boneka? Nana bilang
mau boneka barbie baru, kan? Beli yuk!" ucap Aliandra antusias.
Nana terdiam. Menatap Aliandra lama. Ella menahan senyumnya melihat wajah Aliandra yang memelas. Seperti anak kecil yang sedang
minta mainan pada orang tuanya. Kasihan juga dia, pikir Ella.
Nana berpikir lama. Bocah itu menatap Ella meminta persetujuan. Ella mengangguk dan tersenyum tipis. Nana menarik nafas panjang. Lalu menghembuskannya perlahan.
"Ya udah, deh. Kalo Daddy maksa. Nana harus gimana lagi?"
ucapan Nana otomatis membuat Ella terkekeh. Aliandra menarik nafas lega. Akhirnya...
"Tapi Mommy ikut kan, Mom?" tanya Nana pada Ella.
Ella terdiam. Dia melihat Aliandra dari spion. Aliandra mengangguk padanya. Gadis itu berpikir sejenak. "Boleh, deh."
Nana pun memekik senang dan langsung memeluk Ella erat. Sedangkan gadis itu menciumi pipi Nana dengan gemas.
Aliandra berdecak. Iri melihat pemandangan itu. Kan yang mengajak dia? Kenapa Ella yang dipeluk dan dicium? "Nana nggak mau cium Daddy juga? Kan Daddy yang ngajak," ucap Aliandra.
Ella dan Nana menoleh pada Aliandra. Gadis itu hampir saja menyemburkan tawanya melihat ekspresi penuh harap yang ditunjukkan pria itu. Sungguh ini bukanlah Aliandra si monster kejam yang biasa dia lihat. Bahkan pria itu jauh dari kata dewasa jika sedang menunjukkan ekspresi seperti itu.
Nana melepas pelukannya pada Ella. Lalu tersenyum menatap Aliandra. Nana melempar sebuah kecupan jauh pada Aliandra. Ella pun seketika terbahak-bahak.
Poor Dad….
Hai... Untuk kelanjutan cerita Nana versi dewasa bisa dicek di work aku ya. Judulnya Trapped by You. Thank you sudah baca Nana Needs Mom