BAB 3. KESEPAKATAN DENGAN DEVAN

1095 Words
. . Aku merasa kepalaku pusing, dan kebas. Sejenak membuka mata, aku mengerjap-ngerjap menyesuaikan pandanganku. Di mana ini? Kamar ini terasa asing. Aroma maskulin memasuki indera penciumanku. Ruangannya juga tak kalah maskulin. Di mana aku? Kenapa aku bisa berada di kamar ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan, aku lihat sebuah pintu kurasa itu kamar mandi. Aku merasa kandung kemihku sudah penuh minta dikeluarkan dengan segera sebelum keluar tanpa ijinnya. Namun susah payah aku bergerak. Rupanya sebuah lengan memelukku erat. Pantas saja aku sulit bergerak, ternyata ada tangan kekar memeluk perutku. Mataku mengerjap, seperti ada yang salah .... Apa ya? Tangan? Sebuah tangan kekar? Dan tangan itu memelukku? Ada apa ya? Ya Tuhan!! Ya Tuhan, mommy...anakmu ternoda. Ya kan? Biasanya jika kita bangun tidur dengan seorang lelaki memelukmu itu artinya kalian habis melakukan 'sesuatu' kan? Iya, aku sering membacanya di n****+. Seorang wanita tidur dengan seorang lelaki dan mereka sudah melakukan 'itu' karena pengaruh alkohol. Tapi aku tidak mabuk. Tapi aku tak sadar alias pingsan. Apa aku 'ditiduri' saat sedang pingsan. Kurang ajar! Aku mengacak rambutku gemas dan juga cemas. Takut juga. Bagaimana kalau yang baru saja kupikirkan itu benar? "Hei baby, kau sudah bangun?" tanya suara sexy memenuhi indera pendengaranku membuat bulu kudukku meremang. Tangan itu semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan dia mengecupi rambut dan tengkukku dengan gemas. Entah kenapa aku malah memejamkan mataku menikmati kecupannya. Ada desiran aneh yang kurasakan. Aneh kenapa aku tidak melihat apapun dari sosok yang mengecupiku tanpa lelah. Apa dia tidak punya masa lalu? Siapa? Padahal biasanya saat ada yang menyentuhku akan kulihat berbagai vision dari pandanganku. Aku membalikkan wajahku guna melihat siapa yang sudah berani mengajakku berbagi tempat tidur. Lelaki m***m itu. Mataku membola. In the million man why him??? Bagaimana bisa? Kenapa aku berada dalam pelukan si m***m yang kemarin memberiku vision yang mengerikan. Tapi, kenapa saat kami bersentuhan dengannya lagi tidak kulihat apapun? Apa aku sudah kehilangan kemampuanku? Aku bergerak mundur menghindari sentuhannya. Aku sungguh takut melihat apa yang kemarin kulihat. Mataku berkaca-kaca tanpa sanggup kucegah. "Hei baby kenapa menangis?" tanyanya terkejut dengan reaksiku. Dia pasti berpikir aku akan berteriak. Tapi itu saat dirimu tak bisa melihat masa lalu dan masa depan. Aku kan berbeda. Aku masih mengingat dengan jelas apa yang kulihat kemarin sehingga aku pingsan. Kegelapan pria yang kini menatapku dengan khawatir. Dengan lembut dia memelukku erat. Mengantarkan perasaan hangat tanpa kutahu kenapa? Ini pertama kalinya aku bersentuhan dengan seorang laki-laki tanpa adanya penampakan yang kulihat dengan inderaku. Rasanya hangat dan seperti pulang ke rumah. "Sudah baikan? Kenapa sih saat kusentuh kamu seperti ketakutan sampai pingsan, aku kemarin sampai berantem dengan Devan karena aku membawa paksa kamu ikut ke apartemenku," katanya membuatku tersadar dengan apa yang kini kuhadapi. Seorang Morgan Morera. Si pria most wanted yang sayangnya seorang player. Dan dikenal sebagai penjahat kelamin. Oh kurasa aku sedang dalam masalah. Devan? Kenapa lelaki yang kuanggap lelaki terbaik selain daddy dan grandpa serta kucintai dalam diam tapi membiarkanku dibawa pria b******n? Apa memang aku tak ada artinya bagi Devan. "Karena kau begitu menjijikkan, kenapa kau malah membawaku kemari? Kenapa bukan Devan? Setidaknya dia lelaki baik," kataku sambil beringsut menjauhinya. "Devan? Lelaki itu terlalu sibuk dengan kekasihnya," jawab Morgan membuat hatiku teriris sembilu. Ya, Devan hanya menganggapnya sahabat. Hanya sahabat! Hell!! Haruskah aku berhenti mengharap cinta Devan? Sanggupkah?? "Iya kau benar, apa artiku bagi Devan selain hanya sahabat?" tanyaku entah pada siapa? Pada Morgan atau padaku sendiri? "Kau mencintainya?" tanya Morgan penuh selidik. Aku hanya mampu mengangguk pasrah. Berbohongpun tak akan menyelesaikan masalah. Morgan terlalu pandai menilaiku. Apa dia juga mampu membaca pikiran? Entah kenapa sekarang aku tak bisa membaca apapun darinya pasca melihat vision mengerikan kemarin. Apa kemampuanku menghilang? Benarkah? Bagus kalau begitu. Aku tidak perlu menghindari bersentuhan dengan siapapun. Tak perlu tiba-tiba kaget karena mendapatkan vision. Apalagi kalau vision yang tidak mengenakkan atau bahkan mengerikan seperti saat bersentuhan dengan Morgan kemarin. Bukan penampakan Morgan lagi berselingkuh dengan istri kakaknya sendiri. Kalau itu bukan menakutkan tapi menjijikkan. Dasar manusia rendahan. Aku paling tidak suka dengan lelaki yang mempermainkan perasaan wanita. Menganggap wanita hanya pemuas nafsu belaka. Bagiku lelaki semacam itu adalah lelaki b******k. It's f*****g bastard!! Kalian setuju? Aku lebih suka dengan type lelaki setia seperti daddyku. Cintanya hanya tertuju kepada mommy seorang. Dari mereka usia kanak-kanak sampai kini. Daddylah sosok idola bagiku. Kiblatku dalam menentukan lelaki idaman versiku. Aku ingin seperti mommy yang setia hanya kepada daddy. Itulah kenapa aku mencintai Devan. Karena di mataku Devanlah sosok yang seperti daddy. Baik, hormat pada orang tua dan yang pasti nggak neka neko. "Aku bisa membantumu mendapatkannya, lelaki itu," katanya penuh janji. Aku memandangnya tak percaya. Kenapa sih saat aku butuh untuk bisa membaca pikirannya, kemampuanku itupun menghilang? Sialan!!! Aku kan jadi tidak bisa menebak apa yang dia harapkan dariku sebagai imbalannya. "Oh ya? Kupikir kau bukanlah orang yang suka menebar kebaikan, kini katakan padaku apa keinginanmu?" tanyaku to the point. "Wah, aku suka cewek yang to the poin sepertimu tidak suka bertele-tele dan basa basi yang sayangnya sering basi," ujarnya terkekeh geli dengan ucapannya sendiri. Meski aku tak tahu di mana letak kelucuannya. "So?" tanyaku dengan ekspresi malasku. "Kau bisa membantuku menjauhkanku dari seseorang," katanya dengan serius. "Siapa? Wanita yang mengejar-ngejarmu? Atau istri kakakmu?" godaku. "Wah ternyata kau cerdas juga ya langsung bisa menebak siapa yang kumaksud, apa kau bisa membaca pikiran?" tanyanya takjub. Aku melongo mendengarnya. Jadi benar dia menghindari istri kakaknya? Apa sih yang sudah terjadi dalam hidupnya? Kenapa terlihat rumit? Jika melihat kilasan vision kejadian yang dialami oleh Morgan. Aku tak menyangka lelaki inilah yang dilihatnya. Apa yang kau alami sebenarnya? Batinku ngilu saat mengingatnya. "Maksudmu?" tanyanya tak mengerti. "Apa?" tanyaku balik. "Itu... arti ucapanmu seakan kau tau apa yang kualami." Apa aku mengucapkan apa yang kupikirkan? Sialan!! Bagaimana mungkin? rutukku dalam hati. "Aku kan bertanya apa sih yang kau alami, bukan mengatakan apapun," sahutku mencoba membuatnya percaya dengan ucapanku. "Kau sendiri yang bilang kalau kau mengetahui kalau aku berselingkuh dengan istri kakakku," katanya, rupanya dia masih mengingat ucapanku kemarin. "Aku hanya asal ngomong kok," kataku kembali mengelak, "apa kau pikir aku benar-benar pembaca pikiran?" Dia terkekeh geli dengan pertanyaanku. Emang dimana coba lucunya??? "Iya juga sih, mana mungkin kau bisa membaca pikiran orang," katanya setelah puas tertawa. Dia sangat tampan kalau tertawa, sayang sekali lelaki ini m***m dan suka menyakiti hati wanita. Lelaki selurus Devan saja mampu menghancurkan hatiku. Apalagi seorang lelaki yang hobinya mempermainkan wanita. Hatiku pasti berdarah-darah dibuatnya. "La itu kamu tahu," jawabku. "So gimana? Mau ku bantu mendapatkan hati Devan? Sebagai gantinya kau harus membantuku menjauhkanku dari istri kakakku, deal?" tanyanya. "Aku ...." . . >>BERSAMBUNG>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD