PROLOG

177 Words
Bukan ingatan yang membuat suatu hal terasa special. Kadang kala yang special juga dengan mudahnya terlupakan. Takdir menyatukan pertemuan pertama kali tanpa disadari menguntungkan di masa mendatang. Mungkin memang datang di waktu yang tidak tepat. Waktu bersenang-senang kala itu tidak memikirkan bagaimana keresahan hidup kelak ketika dewasa. Pertemuan yang terasa biasa saja namun akan terulang kembali pada waktu tertentu.              Dua insan, di bawah atap rumah dengan pemandangan halaman utama serta angin semilir. Kopi hitam pahit yang belum tersentuh sedikit pun, Tidak berbau asap rokok. Matanya tertutupi oleh rambut hitam legam serta kaca mata hitam yang senada dengan seragamnya saat ini. Siapapun yang melihat mungkin akan berburuk sangka sebelum berpikir jernih. Sebenarnya, sudah ada yang mencurigainya sejak satu setengah jam lalu. Lucu juga ketika bersenang-senang di waktu senggang.              Deru napasnya tertahan, sorot mata tajam kini melihat ke arah matahari yang dengan sengaja menyilaukan penglihatannya. Di ujung sudut bibir, tertarik hingga timbul senyum licik dengan kekehan kecil.              “Bos katanya?”              Padahal ia hanya sedikit bermain dan bercanda, mengapa terasa sedikit rasa mengganjal?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD