EMPAT

2036 Words
Melihat Agam yang kelelahan mengepel lantai toilet, membuat hati Azkia sedikit goyah dan juga merasa tak enak. Bagaimana pun ini adalah hukumannya, dan ia yang harus melakukannya, bukan malah Agam seperti. Bagaimana jadinya nanti jika ada yang melihat mereka disini? Harus menjawab apa? Kebetulan saja? Rasanya sangat tidak logis. Memang sih Agam perhatian, tapi sepertinya Agam salah tempat. Jika ingin perhatian kenapa tidak dirumah atau di apartment saja? Kenapa harus disekolah? Apa Agam ingin semua orang disekolah ini tau kalau mereka memiliki hubungan yang lebih dari guru dan murid? Rasanya tidak mungkin. Azkia yakin Agam bukan orang yang seperti itu. Haduh kenapa jadi panjang begini sih mikirnya! Azkia menggigit bibirnya cemas-cemas " Gam meningan sekarang kamu keluar deh! Lagian udah mau selesai kok.. Takutnya nanti ada yang liat" Ucapnya sambil meremas ujung roknya " Gpp! Biarin aja! Ini sedikit lagi nih! Meningan kamu aja yang keluar.. Disini pengap! Liat nih kamu sampe keringetan gini" Ucap Agam sambil mengusap wajah Azkia yang berkeringat dengan tangannya Gue gk kuat diginiin Agam! - Batin Azkia makin mempererat remasannya pada ujung roknya. Apa-apaan Agam ini, melihat dia yang mau menggantikannya saja Azkia sudah baper tingkat dewa, ditambah lagi Agam mengusap wajahnya dengan tangan. Mana lembut banget lagi tangannya. Bisa pingsan aku Gam! " Euh-Agam! Aku keluar duluan yaa! Makasih" Ucap Azkia sambil menyelipkan anak rambutnya yang jatuh menutupi matanya pada belakang telinga untuk menghilangkan rasa gugupnya. " Sebentar!" Agam menarik tangan Azkia terlalu kencang hingga wajah Azkia menubruk dadanya yang kini berdetak kencang membuat memejamkan matanya menikmati ritme jantung Agam yang menggila. Agam wangi banget sih! Eh? Kok gue jadi kayak terpesona sama Agam gini? Nggak! Nggak! Gue harus kembali diri gue! Oke! Judes mode on! Azkia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar, ia berusaha memasang wajah juteknya agar tidak kelihatan baper karena ulah Agam tadi " Ada apalagi sih Gam! Pake narik-narik tangan segala lagi! Apa maunya coba" Ucapnya ketus walaupun ketus yang dipaksakan. Heh? Tadi manis sekarang kenapa malah judes lagi? Aneh gue! Labil dasar.. Agam tetap mencoba tersenyum walaupun hatinya dongkol " Ini jepit rambut kamu jatoh tadi! Untung gk basah" Ucap Agam sambil menyodorkan jepit rambut pita berwarna baby blue " Apa mau aku pakein?" Dengan cepat gadis itu menggeleng " Eh? Gk usah! Makasih" Ucap Azkia sambil mengambil jepit rambutnya dan langsung melangkahkan kakinya keluar meninggalkan Agam yang masih berdiri ditempatnya. " Emang cewek yang susah ditebak! Percuma aja gue cape-cape ngepel toilet kalo responnya cuma gitu! Huhh!" Gerutu Agam sambil melempar lap pel yang dipegangnya ke sembarang tempat. Tak peduli lagi pada lantai yang masih kotor, Agam keluar dari kamar mandi dengan wajah kesalnya. Sebenarnya Agam melakukan gini adalah hanya untuk menarik perhatian Azkia. Mungkin bisa dibilang usaha agar gadis itu menyayanginya, karena mungkin sekarang ia sudah benar-benar sayang pada Azkia. Entah memakai pelet atau apa, walaupun sifat juteknya sangat menyebalkan tapi seperti ada magnet tersendiri yang membuat gadis itu sangat menarik dimata Agam. Diluar, Azkia membenarkan posisi tas punggungnya karena masih gugup. Padahal dulu sewaktu masih pdkt-an sama mantannya, ia tidak pernah segugup ini. Ada apa dengan Agam? Pakai dukun dimana dia sampai membuat Azkia seperti ini? Pertama kalinya Azkia merasakan jantung berdecak sangat cepat seperti orang lari marathon 10 KM. " Heh! Lo kok disini? Ayo masuk kelas!" Ucap Aldi sambil menepuk bahu sebelah kiri Azkia membuatnya terjengkat kaget, karena tepukan yang tiba-tiba dibahu apalagi lorong disini kan sepi. Azkia memasang tampak garangnya sedangkan tangannya mengelus daerah dadanya untuk menghilangkan rasa kagetnya " Aldi! Lo apaan sih? Ngagetin aja!" ucapnya lalu memukul lengan atas sahabat laki-lakinya. " Lo ngapain disini? Eh iya! Lo dihukum bu Ira ya! Hahahah" Ucap Aldi malah menertawakan Azkia, seperti senang sekali melihat sahabatnya itu dihukum. Padahal biasanya keduanya dihukum bersama, karena selalu berisik didalam hingga menganggu siswa lain yang fokus belajar. " Anjir lo Di!" Ucap Azkia dengan wajah juteknya . Sudah dibuat gugup oleh Agam, eh sekarang dibuat kesal oleh Aldi! Adilkah bagi dia? Hufft! Agam keluar dari toilet sambil membenarkan lengan kemejanya yang agak sedikit basah. Lalu melihat Azkia dengan Aldi dilorong tadi ia menghalangi jalan Azkia. Agam sedikit terkejut melihat wajah Azkia yang bisa dibilang sangat tidak ramah dan sangat tidak enak dilihat tapi Agam menyukainya. Itu berarti Azkia apa adanya kan? Saya kira mukanya jutek kayak gitu sama saya doang, ehh ternyata ke semua orang juga gitu! Dasar bocah jutek! Untung kamu dijodohin jadinya kagak jomblo! Coba kalo nggak? Mana ada cowok yang mau sama cewek super duper jutek kek kamu! - Batin Agam, padahal mantan-mantan Azkia dulu tertarik pada Azkia karena sifat juteknya. Mata Aldi tak sengaja melirik Agam yang sedang berjalan menuju keduanya " Eh? Ada pak Agam! Ayo ke kelas ah!" Ucapnya dengan cepat menarik tangan Azkia menaiki tangga untuk menuju kelasnya, sebelum Agam datang menghampirinya dan menceramahinya karena berada diluar kelas pada saat masih KBM. Dan saat istirahat tiba, Azkia mengajak kedua sahabatnya pergi ke kantin. Sumpah demi rumah batunya patrick Azkia sangat lapar hari ini. Jadi tambah lapar lagi karena kena omel Bu Ira dan dibuat baper oleh Agam tadi. Eh ralat, kena omel Pak Haris juga karena baru masuk kekelas, ditambah lagi dengan masih menggendong tas. Untung saja ada Agam yang kebetulan lewat dan menyelamatkannya dari omelan Pak Haris. Duhh Agam jadi sayaaangg!! " Gimana rasanya ces bersihin toilet belakang? " Tanya Esya sambil menaik-turunkan alisnya, sekarang ketiganya sedang berada dikantin menikmati bakso Mang Nana dan segelas jus jeruk yang menyegarkan setelah suntuk mendengar Pak Haris menjelaskan tentang besaran dan turunan. Azkia memutar jengah bola matanya, kenapa harus diungkit lagi sih. Ini pasti Aldi yang menyebar-nyebarkan berita nahas itu pada Esya " B aja! " Jawabnya pendek, Azkia malas membahasnya lagi. Apalagi ada Agam. " Jutek amat sih lo" Ucap Aldi sambil menarik hidung Azkia hingga Azkia susah bernafas, perempuan itu berontak membuat Aldi tertawa dan semakin gemas padanya. Sedangkan Esya hanya diam, memandangi kedua sahabatnya dengan mata yang menyorot kecewa. Bersamaan dengan terdengarnya dering handphone, Azkia memukul kepala Aldi hingga jepitan tangan Aldi di hidungnya terlepas " Aldi! Gue masih pengen hidup Di! Lepasiiinn!! Jahat banget sumpah" " Anjir handphone siapa sih berisik banget!!" Ucap Esya setengah bergerutu ketika mendengar dering telpon berbunyi daritadi. Gadis berambut pendek itu terlihat kesal, entah karena suara handphone yang menggangu, atau karena Aldi dan Azkia yang terlihat sangat dekat. Azkia meraih handphonenya yang tergeletak diatas meja" Punya gue!" Ucapnya, lalu menggeser tombol hijau di layar handphonenya yang super tipis itu. Ternyata Ayahnya yang menelpon, " Ada apa yah? Tumben banget, nelpon jam segini" Helaan napas berat terdengar dari sebrang sana " Mamanya Agam kecelakaan! Sekarang keadaannya kritis! Kamu kasih tau Agam ya sayang" " Apaa?!! Astaghfirullah" Azkia menjerit kencang membuat semua mata dikantin menatapnya heran " Nanti kamu langsung ke rumah sakit Citra Persada aja ya sayang! Bilangin sama Agam jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya" Tut-tut. Handi memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Sedangkan Azkia disini, mulai terisak. Bagaimana pun juga, mamanya Agam atau Azkia sering memanggilnya Tante Sonya sangat baik padanya. Iya sangat baik, saat dirinya keselek karena melihat Agam dipertemuan pertama kali mereka, Sonya mengusap-usap punggungnya dan Resti yang jelas-jelas ibu kandungnya malah kegirangan melihat Agam. " Agam!" Ucap Azkia lalu meninggalkan sahabat-sahabatnya yang masih kebingungan, perempuan itu berlari sambil menggenggam erat handphonenya ditangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengusap air mata yang mendadak jatuh dari pelupuk matanya. " Agam? Maksudnya Kia pak Agam? " Tanya Aldi dan Esya hanya megangkat kedua bahunya tanda bahwa dia juga tidak tau. Azkia berlari keruangan Agam dengan terisak, membuat semua siswa yang dilewati merasa aneh. Jika saja Azkia tidak menangis, mungkin tidak akan curiga, sampai-sampai seorang guru mengikutinya dari belakang. Agam memang salah satu guru muda yang banyak diincar oleh guru wanita yang single disana. Azkia membuka pintu ruangan Agam dan langsung memeluk Agam yang sedang duduk dikursinya. Agam pun bingung sendiri kenapa Azkia tiba-tiba memeluknya sambil menangis pula. Bukannya bertanya, Agam malah mengelus kepalanya berusaha memberikan ketenangan pada gadis itu. Setelah tangisan Azkia mereda, Agam perlahan melepaskan pelukannya “ Kenapa Ki? Bilang sama aku, jangan nangis dek” Ucapnya lembut sambil mengusap pipi Azkia yang basah karena air matanya Azkia memejamkan mata sesaat “ Agam.. Tante sonya, kecelakaan” Ucapnya, Agam masih diam menatapnya tanpa bergerak sedikitpun. Lama-lama air matanya tumpah membuat Azkia kembali terisak, pertama kali melihat guru kimianya ini menangis. Ketika Agam menunduk seraya menangis " Agam kita harus ke rumah sakit Citra Persada sekarang juga! Tante Sonya kritis! Ayoo!" Ucap Azkia sambil berusaha menarik bahu Agam Agam mendongakkan kepalanya menatap Azkia dengan tatapan serius" Kamu nggak bohong kan Ki?" Tanyanya masih ragu." Astaghfirullah Agam! Ya nggaklah! Kamu pikir aku bercanda hahh!" Ucap Azkia yang akhirnya marah karena Agam yang meragukannya, padahal apa yang membuatnya ragu, Azkia yang sudah menangis tersedu, rela menghampirinya diruangannya dari kantin. Tanpa berbicara lagi, Agam menarik tangan Azkia keluar dari ruangannya. Membuat semua makin aneh terhadapnya. Sebenarnya ada hubungan apa antara guru dengan murid ini, bahkan ada yang terang-terangan memotret keduanya yang tengah berlari sambil bergandengan tangan. Azkia menggigit bibirnya “ Agam tadi ada yang-“ Agam dengan cepat memotongnya “ Biarin aja, sekarang masuk” Ucapnya sambil membukakan pintu mobil untuk Azkia, dan gadis itu hanya menurut masuk kedalam mobil Agam. Dalam suasana hati yang buruk, Agam mengendarai mobilnya gila-gilaan membuat Azkia menahan nafasnya sembari mengeratkan pegangan tangannya pada safety belt, matanya terpejam, bibirnya tak pernah berhenti berdoa supaya mobil Agam tidak tiba-tiba saja menabrak pohon atau apapun itu, sampai akhirnya ia memberanikan diri menegur Agam. " Agam bawa mobilnya jangan kebut-kebutan! Bahaya Gam!" Ucap Azkia dengan suara yang tercekat, Agam sedang gila saat ini. " Kamu bisa diem gk sih!! Aku khawatir sama mama!!" Bentak Agam yang membuat Azkia terdiam. Seumur hidupnya, ia tidak pernah dibentak. Ayah, unda dan abangnya tidak pernah melakukannya. " Aku tau Gam!! Aku juga khawatir!! Tapi kalo kamu bawa mobilnya kebut-kebutan kayak gini itu sama aja kamu nyari mati!! Kalo tiba-tiba remnya blong terus kita kecelakaan gimanaa!!! Emang kamu mau, saat nanti mama kamu sadar terus tau anaknya kecelakaan!! Kamu mau kayakk gitu hahh!!!!" Azkia membentak balik Agam. Bentakan dan ucapan Azkia membuat Agam menurunkan sedikit kecepatannya. Apa yang dikatakan bocah jutek itu benar. Seharusnya dia tidak seperti ini. Ia memang sedang cemas, tapi itu bukan alasan baginya untuk membahayakan nyawanya dan nyawa calon menantu Mamanya, pasti nanti Sonya akan menjewer telinganya jika tau kalau Agam kebut-kebutan dijalan. " Maaf udah bentak kamu" Ucap Agam sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Azkia " Gpp Gam" Sesampainya dirumah sakit, Agam langsung turun dari mobil dan lari kedalam rumah sakit. Agam lupa kalau dalam mobil Azkia kesusahan membuka pintu mobilnya. Sampai akhirnya laki-laki itu kembali dan meminta maaf pada Azkia yang hanya dibalas senyuman dan anggukkan olehnya. " Pa? Mama gimana pa? Mama gpp kan pa?" Agam memborong pertanyaan saat sampai didepan pintu IGD, disana ada Darko, Handi dan Resti yang duduk ditempat yang disediakan pihak rumah sakit. Wajah Papanya tampak tak tenang, Agam menjadi semakin cemas pada kondisi Mamanya " Papa gk tau Gam! Kamu berdoa aja ya.. Dokter bilang mama.. " Ucap Darko menggantung, membuat Azkia dan Agam saling lirik, hatinya harap-harap cemas. " Mama kenapa pa?" Tanya Agam sambil mengguncang bahu Darko " Mama kritis" Jawab Darko membuat tubuh Agam meluruh ke lantai, tangannya mengusap kepalanya frustasi. Bukan drama atau bagaimana, tapi Agam memang sesayang itu pada Sonya. Agam pernah berjanji akan selalu menjaganya, dan sekarang mengingkari janjinya, Sonya terluka. " Ayah!!" Seru Azkia lalu memeluk ayahnya dengan manja, sama seperti Agam yang amat menyayangi Mamanya, Azkia pun sangat menyayangi laki-laki yang dipeluknya ini. Laki-laki yang pertama menjaganya, mengajarinya berjalan, laki-laki yang mengajarkannya hidup. " Kamu tenangin Agam dulu sayang" Bisik Handi sambil melepaskan pelukan putri satu-satunya. Azkia berjongkok disamping Agam yang menangis, ia ragu-ragu. Tapi akhirnya ia memeluk kepala Agam dan tangannya bergerak naik-turun mengelus punggung Agam. Sambil sesekali, mengusap rambut Agam yang tebal, tak pernah Azkia pikir ia akan bisa memeluk guru kimia idola seluruh umat Bima Sakti ini. " Mama pasti baik-baik aja Gam. Kamu gk boleh nangis terus gini" Ucap Azkia sambil mengusap rambut Agam " Mama kritis Ki.. Aku harus gimana!" Ucap Agam parau lalu menenggelamkan kepalanya dicerukan leher Azkia " A-agam.. Kamu harusnya berdoa, minta sama Allah buat kesembuhan dan kesadaran mama kamu.. Jangan nangis kayak gini, kalo mama kamu bangun nanti, dia pasti kecewa kalo liat kamu cengeng gini" Ucap Azkia lalu Agam semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Azkia
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD