Dihampiri Cowok Aneh

1920 Words
Tidak terasa waktu sudah semakin berlalu. Sekarang Dianna sudah naik di kelas tiga. Tidak cukup satu tahun lagi Dianna akan segera lulus dari bangku sekolah menengah atas. Kegiatannya masih saja sama, yakni bersekolah hingga sore hari dan kemudian berlanjut bekerja di restoran. Satu tahun lebih bersekolah sambil bekerja tidak pernah membuatnya mengeluh dan merasa lelah, justru mendapatkan hasil dari jerih payah kerja yang dilakoninya membuatnya semakin bersemangat dan lebih giat lagi menekuni pekerjaannya. Teman-teman sekolahnya sudah merencanakan pendidikan mereka selanjutnya, terkecuali dirinya. ia lebih memilih untuk mengambil cuti selama satu tahun agar bisa mengumpulkan uang untuk masuk di sekolah lanjutan yang sudah dicita-citakan sejak lama. Bunda khanza sebenarnya tidak menyetujui niatnya untuk cuti dengan alasan ingin mengumpulkan uang. Bunda Khanza sudah bersedia menggunakan tabungannya untuk ia pakai jika ingin melanjutkan pendidikan. tapi buka Dianna namanya jika dirinya begitu saja dengan mudah menerima pemberian dari orang lain. Dirinya kemudian memberi pengertian kepada Bunda Khanza dengan cara halus agar bundanya tersebut tidak merasa berkecil hati. Sama seperti remaja pada umumnya, tujuh belas tahun mereka akan mulai didekati oleh lawan jenis. Mereka sudah memiliki kriteria cowok atau cewek idaman. Tapi hal tersebut belum berlaku pada Dianna. Kegiatannya selama ini cukup padat, hingga hampir tidak ada waktu untuk hangout bareng teman temannya. Bahkan disekolah dia tidak memiliki teman yang sangat dekat , sahabat layaknya sebayanya yang lain yang memiliki genk atau kelompok tertentu. "Haii lagi sibuk nggak?" suara seorang pria yang terdengar asing di telinganya membuatnya tidak menoleh mencari asal sumber suara tersebut. "Haii.. Aku Rasya dan aku sedang berbicara denganmu" Dianna masih tidak memperdulikan pemilik suara tersebut. "Aku boleh ngomong sesuatu?" Pria tersebut akhirnya berjalan kehadapannya dan Dianna mendongakkan wajah memandangi wajah yang sedang menatapnya juga. "Apa kamu sedang berbicara denganku?" tanya Dianna yang menunjuk kearah dirinya sendiri. "Menurutmu, apa aku sedang berbicara dengan tembok disampingmu? Sudah jelas disini hanya ada kita berdua, jadi sudah pasti aku sedang mengajakmu berbicara" Ucap Rasya dengan nada suara sedikit lebih keras. "Apa yang ingin kamu bicarakan?" Dianna mempersilahkan pria yang bernama Rasya tersebut membicarakan maksud dan tujuannya menghampiri dirinya. "Kamu sudah tahu namaku kan? Aku mau mengajak kamu jalan setelah jam pulang sekolah nanti" Ucap rasya to the point. "Maaf, aku tidak bisa! Kamu bisa mengajak yang lain buat jalan sama kamu" tolak Dianna tanpa fikir panjang. "Tapi aku maunya jalan sama kamu aja" paksa Rasya "Sekali lagi maaf, tapi aku sedang tidak ingin jalan dengan siapa-siapa. Apalagi aku tidak mengenalmu, akan sangat aneh jika kita tidak saling kenal tapi terlihat jalan bersama" Ucap Dianna penuh penekanan. "Kalau begitu mari kita berkenalan, namaku Attharazka Aditya, aku dua belas sosial dua. sebelumnya aku sudah mengenal nama kamu Dianna Atthabina putri Wijaya. Siswi terpandai, peraih rangking pertama dikelas dua belas sains satu. Senang berkenalan denganku bukan?" Tanya Rasya sambil mengulurkan tangannya kearah Dianna dengan begitu percaya dirinya. sedang Dianna testap bergeming, ia masih tenang dalam posisi duduknya menghadap lapangan basket yang berada dihadapannya. Ia yang merasa aneh dengan sikap sok akrab yang ditunjukkan Rasya, sedikit merasa risih dan lebih memilih berlalu tanpa menghiraukan uluran tangan dari pria tersebut. "Hah.. Apa dia baru saja sedang menolakku?" ucapnya bertanya pada dirinya sendiri, ketika melihat Dianna malah berlalu dari hadapannya tanpa penjelasan apa-apa. 'Wahh.. Kurang ajar sekali! Dia berani menolak Rasya, siswa paling populer disekolah dan menjadi incaran cewek cewek di sekolahan. Harga diriku rasanya turun drastis melihat penolakan dari gadis kutu buku sepertinya.' umpatnya dalam hari, sambil mengepalkan tangannya sendiri yang terlanjur melayang diudara. "Bagaimana boss" dua orang temannya datang menghampirinya setelah mereka sejak tadi mengawasi pergerakan Rasya dan Dianna dari jauh. "Aku kan sudah bilang, dia susah untuk ditaklukkan bossqu" sahut Alvin yang merupakan teman dekat Rasya. "Tidak ada sejarahnya, Attharazka Aditya Sarfaraaz ditolak oleh cewek, apalagi cewek seperti dia. Aku yakin ia hanya ingin diperjuangkan. Liat saja aku pasti bisa mengajaknya berkencan dalam waktu dekat." Ucapnya sambil mengusap hidungnya. "Baiklah, kita liat saja dalam satu bulan ini bagaimana boss kita Rasya memperjuangkan gadis yang katanya kutu buku itu" Alvin kembali melanjutkan ucapannya yang terus mengompori Rasya agar semakin berapi-api. "Sudahlah boss menyerah saja, bukankah dia tidak menarik dimata boss. Jangan mengganggunya lagi, kan ada Camelia yang terus menerus mengejar bos tanpa rasa bosan." Raihan yang sejak tadi hanya diam menjadi pendengar percakapan antara Rasya dan Alvin akhirnya mengeluarkan pendapatnya juga. Rasya berlalu dari hadapan kedua temannya yang mungkin lebih tepatnya sahabat sekaligus asisten pribadinya. Mereka akan rela melakukan apa saja keinginan Rasya untuk mendapatkan upah dari Rasya. Lumayan untuk uang tambahan jajan mereka setiap hari. Attharazka Aditya Sharfaraaz atau yang lebih akrab disapa Rasya oleh temannya. Dalam kesehariannya dia temasuk anak yang pandai dan juga cerdas, tapi suka mencari sensasi agar mendapat perhatian dari banyak orang. Termasuk teman, guru dan keluarganya. Iya terlahir dari keluarga Sarfaraaz yang merupakan pejabat tinggi di kota tempat tinggalnya. Ayahnya adalah seorang petinggi kepolisian daerah yang memiliki posisi yang penting dan ibunya yang merupakan dosen besar di sebuah Universitas Swasta ternama. Terlahir dari keluarga yang masing-masing memiliki kesibukan membuat Rasya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh sejak kecil. Karena kesibukan ayah dan juga ibunya, dalam satu minggu mereka jarang bertatap muka secara utuh. Meskipun mereka tinggal dalam satu atap. Ayahnya yang lepas tugas disaat malam hari langsung istirahat ketika sudah tiba dirumah, dan akan turun ketika akan kembali berangkat bekerja. ibunya yang pulang disaat sore juga jarang menyempatkan waktu untuk sekedar bertanya kabar. Karena bosan berada dirumah, dirinya lebih banyak menghabiskan waktunya diluar bersama Alvin dan Reihan. Tidak jarang dirinya membuat ulah hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Dulunya Rasya menimba ilmu di sekolah Swasta ternama yang bertaraf International. Karena kelakuannya yang sering mencari sensasi dan membuat ulah membuatnya harus dikeluarkan dari lingkungan sekolah. Karena masalah tersebut, orangtuanya kemudian memindahkan Rasya di salah satu sekolah Negeri yang terletak tidak jauh dari kediamannya. Sebagai hukuman untuk Rasya agar bisa menyadari kesalahan yang selama ini dibuatnya. Namun harapan orangtuanya tidak sesuai dengan kenyataan, yang ada Rasya makin menjadi dan semakin bertingkah. Bahkan gurunya saja sudah bosan meneriakkan namanya diruang Bimbingan Konseling setiap harinya. Semua hukuman yang diberikan memang di jalankan dengan baik, tapi setelah itu dirinya akan kembali berulah. Seolah hukuman yang diberikan untuknya merupakan satu anugrah yang patut ia syukuri. "Kamu kenapa Na?" Tanya yang Leni merupakan teman sebangku Dianna. Hubungan mereka selama ini biasa saja, tapi Leni berusaha untuk terus berkomunikasi dengan Dianna. "Tidak apa-apa Len, aku hanya sedikit mendapatkan gangguan tadi. Tapi semua sudah aman" Jawab Dianna meyakinkan. "Namanya Rasya, dia pria yang menjadi incaran sebagian besar wanita disekolah ini. Termasuk Camelia, kamu harus berhati-hati. Amel bisa melakukan apa saja jika sampai tahu ada yang mencoba mendekati Rasya" Ucap Leni. Dirinya sempat melihat jika Rasya dan Dianna sempat terlibat dalam satu obrolan. "Aku tidak sedang mendekatinya" Dianna menanggapi ucapan Leni "Aku tahu, dan aku yakin kamu bukan orang seperti itu. Tapi Amel tidak akan pernah mau mengerti tentang hal itu. Akan lebih baik jika kamu jangan berhubungan denga Rasya." Ucapnya dengan penuh harapan. "Aku baru melihatnya tadi, dan dia mengajakku berkenalan. Lebih tepatnya dia mengenalku secara detail dan dia mengatakan ingin mengajakku jalan." "Terus kamu menerima ajakannya?" Tanya Lenni. "Tentu saja aku..." belum sampai ucapan Nana, Leni segera memotongnya. "Oh My God, Nana kenapa kamu menerima ajakan pria itu. Kamu akan berada dalam masalah besar." Lenni menunjuk Dianna kemudian mengusp kasar rambutnya. "Siapa yang menerimanya len?" Dianna merasa heran dengan sikap Lenni yang tiba-tiba panik. "Terus apa yang kamu katakan barusan, tentu saja. Berarti tentu saja dengan senang hati kamu menerimanya kan?" Tebaknya. "Maksudku, tentu saja aku meolaknya. Soalnya kami tidak saling mengenal dan menurut aku, aneh aja jika dia mengajakku jalan sedang kami, maksudku aku baru saja mengenalnya," Dianna mencoba meluruskan maksud dan tujuan dari kata-katanya. "Syukurlah, kamu sudah melakukan hal yang tepat" Lenni menyapukan tangan ke dadanya. Ia merasa cujup bersyukur dengan penolakan yang di lakukan oleh Nana. Camelia adalah teman seangkatannya, ia mengambil jurusan sosial satu dan dia terkenal dengan sikpanya yang penuh ambisius, dia adalah putri tunggal dalam keluarganya. Semua hal besar atau kecil yang diinginkannya selalu dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Karna sudah terbiasa hidup dimanja, dia tidak akan mau menerima kekalahannya. Semua orang tahu, jika Amel sudah melakukan banyak hal agar dirinya dilirik oleh Rasya. Pria yang membuat hatinya jungkir balik. Setiap seminggu sekali dirinya akan merubah penampilannya dengan harapan Rasya akan sedikit menoleh kepadanya, namun sayang sekali hal tersebut belum pernah kesampaian hingga satu tahun lebih mereka bertemu setiap harinya. Rasya merupakan murid pindahan yang baru bergabung dengan mereka ketika semester awal kelas dua. Semua wanita yang membicarakan Rasya, akan mendapatkan bully-an darinya. Hal ternekat yang iya pernah lakukan adalah menabrak salah satu temannya yang terang-terangan menggoda Rasya saat mereka masih duduk dibangku kelas dua. Saat itu Dianna belum bergabung di sekolah. Padahal semua orang tahu, jika Wenni tidak benar-benar menggombali Rasya. Ia hanya melakukan tantangan karena dirinya kalah dalam permainan dimana kesepakan sebelumnya sudah diatur. Dan wenni harus menggoda Rasya dengan kata gombalan sebagai konsekuensi dari kekalahannya. Ketika diinterogasi oleh pihak berwajib, Saat itu Amel berdalih jika dirinya tidak melihat Wenni sehingga mengalami kecelakaan naas yang membuat wenni harus memakai tongkat untuk menopang kakinya berjalan. Dengan jaminan dan bayaran dari orang tuanya, akhirnya Amel dinyatakan tidak bersalah dan terbebas dari hukuman karena pertimbangan hukum dimana pelaku yang masih dibawah umur. Wenni adalah salah satu teman dekat Leni pada saat mereka sama-sama melewati masa ospek di sekolah. Bersama melewati suka duka masa awal sekolah membuat keduanya dekat sejak awal pertemuan. Karena insiden tersebut Wenni pindah ke kampung untuk melanjutkan sekolahnya, dan mereka hingga kini masih terus berkomunikasi via sosial media. Menurut Wenni keluarga Amel menyewa beberapa preman untuk mengancam mereka jika masih tetap melanjutkan kasusnya. Karena wenni dan keluarga memang kurang berkecukupan akhirnya memilih jalan aman untuk meninggalkan kota dan kembali kekampung halamannya. Itulah sebabnya Leni terus berupaya memperingatkan Nana agar kejadian serupa tidak lagi menimpanya. **** "Bun minggu ini, Nana akan absen keresto dulu. Nana harus belajar dulu karena minggu depan sudah ujian semester" Ucap Nana ketika bundanya sudah berada di ruang keluarga. Mereka berdua sedang menyaksikan drama korea yang sedang tayang ditelevisi. Mengangkat tema perselingkuhan, membuat drama tersebut viral karena sambutan dari para ibu-ibu yang merasa di wakili perasaannya oleh sosok pemeran istri sah dalam serial tersebut. "Iya Sayang, nggak apa-apa. Kamu fokus aja belajarnya. Insha Allah bisa mendapatkan nilai yang memuaskan" Ucap Khanza yang tetap fokus menatap layar berukuran tiga puluh dua inch di hadapannya. "Aamiin Ya Allah. Bunda terimakasih sudah sayang sama Dianna selama ini." Ucap Dianna sambil memeluk bundanya. "sama-sama sayang, gimana tentang rencana kamu selanjutnya? Bunda sudah tanya-tanya, katanya kalau mau ambil sekolah penerbangan itu minimal umurnya tujuh belas tahun loh. Jadi sepertinya Nana nggak boleh ambil cuti. Kapan Nana ambil cuti berarti kesempatan Nana lewat." Tutur Khanza kemudian. "Gitu yah bun?" "Iya! saran bunda, kamu pakai saja dulu uang tabungan dari bunda. Kalau kamu sudah bisa menghasilkan uang lebih, kamu bisa ganti kan. Kita sudah jadi keluarga sayang, jangan malu untuk menerima." "Iya bunda, sekali lagi Nana berterima kasih. Menjadi pramugari adalah impian Nana sejak kecil. Nana sangat berharap bisa bergabung dengan mereka, bekerja dipesawat dan terbang ke beberapa tempat secara gratis, eh dibayar pula." ucap Nana sambil tertawa. "Bunda mendoakan yang terbaik buat kamu. Bunda juga mendukung cita-cita Nana. Apalagi pendidikan penerbangan hanya memerlukan waktu singkat yakni tujuh bulan saja. Semoga setelah itu, Nana sudah bisa menikmati hasil. Pesan bunda cuman satu, kamu harus jaga diri. Karena akan banyak ujian untuk kita meraih kesuksesan. Bunda berharap kamu bisa dewasa dalam mengambil sikap" "Insha Allah bunda, Nana akan menjaga diri dengan baik." "Siap sayang. Bunda pegang janji kamu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD