chapter 11 Kegalauan Ayah

1501 Words
Hening malam, tidak membuat mata Farhan bisa terlelap dalam mimpi yang indah . Matanya lekat menatap langit kamar yang berada diatas ranjang pembaringannya. Sejak sepuluh tahun terakhir ini dirinya memang memiliki gangguan tidur. Hingga pernikahannya kembali dengan Chaira berlangsung, empat tahun yang lalu maka sedikit demi sedikit membuatnya kembali menjalani hidup yang normal. Tapi malam ini, dirinya kembali diserang penyakit lama yang sudah beberapa tahun tidak pernah lagi mendatanginya. Sejak pagi tadi dirinya terus memikirkan tentang putri sulungnya, Dianna yang sudah sebelas tahun tidak pernah iya lihat bahkan sekedar mendengar kabar darinya. Bayangan gadis kecilnya yang berlarian menyambut kedatangannya dengan penuh kebahagiaan, serta omelan khas ibu-ibu yang sering keluar dari bibirnya. Semua pandangan tersebut seolah sedang menari-nari di sudut mata Farhan. "Ayah kenapa?" Chaira melihat suaminya yang sedang asyik termenung sambil memandangi langit-langit kamar yang mereka huni. "Dari tadi ayah diam saja, apa ayah ada masalah?" Chaira kembali melayangkan pertanyaannya ketika melihat suaminya tetap bergeming. "Atau ayah tersinggung dengan ucapan anak-anak tadi?" tambahnya lagi. Farhan menggelengkan kepalanya. Dirinya merubah posisi tidurnya menghadap kearah Chaira, iya merengkuh tubuh Chaira dan membawanya kedalam pelukannya. Farhan mencium puncak kepala Chira yang sudah menyandarkan kepala di dadanya. "Ayah kalau ada masalah cerita sama aku aja, jangan dipendam sendiri." ucap Chaira yang kemudian balas memeluk tubuh suaminya. "Ucapan anak-anak tadi hanya sebagai ungkapan sayangnya ke daddynya. Tadi ayah dengar sendiri, mereka juga menyayangi ayah dari dulu. Hanya saja mereka sudah memiliki sosok pelindung makanya mereka tidak butuh siapa- siapa lagi. Ayah harus mengerti keadaan mereka, tidak mudah untuk mereka melepas bayang-bayang daddynya" Ucap Chaira mencoba menenangkan fikiran suaminya. "Mommy fikir, ayah saat ini sedang cemburu?" Tanya Farhan yang mengangkat wajahnya menatap wajah istrinya dengan penuh perasaan cinta. "Maybe" ucap Chaira menaikkan bahunya. "Jujur ayah memang memiliki rasa cemburu kepada sosok mendiang Khairul. Tapi cemburunya ayah beda, ayah cemburu karena banyaknya kebaikan yang daddy mereka sebar ketika masih hidup, hingga saat dia sudah meninggalpun dirinya akan tetap hidup dimata orang yang menyayanginya. Ayah berharap bisa menjadikannya contoh. Dia panutan ayah, meskipun dulu ayah kurang menyukainya tapi percayalah itu karena rasa kagum ayah kepadanya yang terlalu tinggi, dimana ego ayah sangat menolak untuk mengakuinya. Ayah adalah laki laki, kodratnya Laki- laki adalah selalu merasa lebih unggul dari yang lain. seorang pria akan sangat anti mengakui kehebatan pria lain walaupun itu saudara atau kerabatnya apalagi orang asing yang hanya dikenal sementara. " Farhan menjelaskannya dengan sigap. "Kalau ayah tidak cemburu, apa yang mengganggu fikiran ayah?" Chaira kembali bertanya, seolah jawaban yang Farhan berikan bukan penjelasan yang iya harapkan. "Ayah sedang mengingat Dianna. Dianna dengan Aira dan Zhakief, usia mereka hanya berselisih dua bulan. Akhir-akhir ini ayah sering memikirkannya lagi. Entah apa dan bagaimana hidup yang dijalaninya sekarang. Ayah sedang merindukannya. Mommy tidak marah kan?" Tanya Farhan dengan penuh hati-hati. Sebenarnya dirinya tidak ingin mengungkit permasalahan Dianna di hadapan istrinya, bagaimanapun keadaannya, ia sangat faham jika Chaira akan kembali mengingat bagaimana rumitnya hubungan mereka di masa lalu. "Siapa yang bilang? saat ini jelas sangat marah dan ayah harus tahu, jika aku sangat keberatan dengan cara ayah yang seperti ini" Ucap Chaira dengan nada tegas. Farhan merasa dirinya kembali melakukan kesalahan, Satu hal yang selalu ia tanamkan dalam hatinya adalah untuk memberikan kebahagiaan kepada istrinya. Membayar setiap rasa sakit yang pernah dirinya berikan dimasa lalu. "Maafkan ayah sayang. Ayah tidak bermaksud membuat mommy kembali mengingat bagaimana hubungan kita di masa lalu. Kalau mommy tidak suka, ayah akan berusaha agar bisa menghilangkannya dari fikiran ayah." Iya menatap bola mata hitam milik istrinya. Memberitahu istrinya jika saat ini dirinya sedang tidak berbohong. "Ayah belum bisa berubah. Ayah masih suka mengecewakan orang yang menyayangi ayah." Chaira kembali menyuarakan perasaannya. " Jangan mengatakan saat ini mommy kecewa dengan sikap ayah. Ayah akan menarik ucapan ayah. Mommy dan anak anak adalah segalanya buat ayah saat ini. Kalian adalah kekuatan ayah. Jangan meninggalkan ayah lagi." Masih terus menatap istrinya dengan penuh kesungguhan. "Begini yah, jika ayah merindukan Dianna ayah kenapa tidak menemuinya. Apa ayah fikir memandangi setiap sudut ruangan bisa membuat Dianna tiba-tiba hadir di hadapan ayah?" Tanya Chaira yang juga menatap bola mata suaminya. "Ayah harus berusaha agar bisa kembali bertemu dengannya. Ayah harus menunjukkan jika niat ayah memang tulus untuk bertemu dengannya. Terakhir kabar apa yang ayah dengar tentang Dianna?" Tanyanya sambil menatap wajah suaminya. "Terakhir ayah ketemu saat dia masih taman kanak- kanak. Ayah sedang mengurus pekerjaan di Surabaya selama empat hari. Dan saat pulang ayah tidak lagi mendapatinya dirumah neneknya. Pesan yang tertinggal disana, Dianna dibawa ibunya untuk tinggal bersama. Ayah sudah berusaha mencarinya, tapi tidak ada yang tahu Livia tinggal dimana, yang ayah kurang faham, keluarga suami barunya tidak menerima kehadiran Dianna, tapi kenapa Livia nekat membawanya." Farhan mengusap rambutnya dengan kedua tangan yang iya tekuk. "Belakangan ini Ayah sering memiliki firasat buruk tentangnya. Dan jika seperti itu ayah akan susah tidur" ucapnya melanjutkan penjelasannya. "Kalau begitu ayah harus mencarinya!" suara Tegas Chaira membuat Farhan mendongakkan kembali kepalanya yang tadi terbaring sambil berusaha memejamkan matanya. "Sayang, mommy.. apa mommy tidak salah ucap?" Farhan kembali memastikan jika saat ini telinganya masih berfungsi dengan baik. Maklumlah saat ini usianya sudah hampir memasuki lima puluh tahun. Ia takut jika saat ini dirinya hanya sedang berhalusinasi. "Memangnya mommy kelihatan salah ucap?" tanya Chaira balik, meyakinkan dirinya sendiri jika tadi ucapannya memang seperti itu. Tidak ada yang salah, dirinya menginginkan suaminya mencari putrinya yang hilang kabar. "Mommy bukannya tadi kecewa dan marah, ayah mengungkapkan perasaan ayah yang merindukan Dianna?" "Itulah ayah yang tidak pernah peka. Ayah, aku hanya akan marah jika ayah menyimpan sesuatu yang membuat ayah tersiksa sendirian. Aku tidak ingin nantinya ayah akan jatuh sakit karena banyak fikiran. Terus aku jelas kecewa jika ayah tidak ingin berbagi masalah dengan aku. Aku melihat bagaimana usaha ayah untuk membahagiakan kami selama ini, akan sangat tidak adil jika ayah tidak bahagia setelah semua hal ayah berikan untuk kami. Kebahagiaan ayah juga penting, dan aku akan sangat bahagia jika ayah juga bahagia". Kita sudah kembali berumah tangga. Ayah harus terbuka masalah apapun temasuk Dianna. Aku tidak pernah melarang ayah jika ingin mencarinya. Dia anak ayah dan ayah berhak mengetahui kondisinya juga memastikan keselamatannya. Begitupun Dianna, dia juga berhak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari ayahnya." jelas Chaira "Terimakasih sayang. Ayah beruntung sekali bisa kembali bersama kalian. Ayah akan terbuka masalah apapun mulai sekarang. Ayah hanya takut jika mommy akan kembali merasa sakit jika ayah membahas tentang Dianna." "Dianna anak ayah, dan aku sekarang sudah jadi istri ayah kembali. Itu artinya Dianna juga anak mommy. Mommy akan mendukung jika ayah mau mencarinya." Chaira mengelus kepala Farhan dengan lembut. mencoba menenangkan dan meyakinkan suaminya, jika apa yang iya ucapkan memang benar tulus dari hatinya. "Bagaimana dengan anak-anak, ayah takut mereka kecewa dan kembali jauh dari ayah" "jangan memikirkan mereka. Mereka anak yang baik, memang Aira agak keras, tapi dengan kita bicara memberikan mereka pemahaman, mommy yakin mereka akan mengerti." "kapan ayah mau memulai pencarian?" "secepatnya, mungkin setelah kita kembali." Pandangan mereka bertemu dan Mereka kembali berpelukan, saling mencurahkan kasih sayang diantara mereka. Cinta memang tidak mengenal batasan usia, bersama orang yang kita cintai, kita akan terus merasa muda dan tak lekang oleh waktu. "ayah.. jangan ihh. Ayah ingat yah, Shaqiil masih kecil dan usianya sekarang belum cukup dua tahun!" ucap Chaira dengan kalimat penuh penegasan. "memang ada larangan, Shaqiil belum boleh punya adik jika usianya belum cukup dua tahun?" Tanya Farhan menoleh kearah Chaira. chaira menganggukkan wajahnya menjawab pertanyaan konyol suaminya. "kok ayah gak tahu?" ucap Farhan yang masih menahan botol plastik yang berisi pil pencegah kehamilan yang setiap malam trrus dikonsumsi istrinya. "memang kapan, pemerintah buat aturan seperti itu?" tanyanya kembali. "ayah sayang, pemerintah tidak pernah membuat aturan seperti itu. Yang ada mereka mengadakan program keluarga berencana, yaitu dua anak lebih baik. Ada alasan hingga mereka sepakat dengan program tersebut yang paling umumnya untuk keselamatan ibu dan anak. Apalagi Shaqiil saat ini masih ASI, kalau dia punya adik sekarang otomatis asinya stop sayang. Kasian Shaqiil kan, jika kita mengambil haknya. masalah lainnya karena umur aku yang sudah tua. Sekarang harusnya aku menimang cucu, bukan malah gendong anak lagi" terang Chaira. "baik mommy, kalau begitu kita sambil nabung aja" ucap Farhan dengan mengerlingkan mata nakal kearah istrinya. Botol obat yang tadi dipegangnya sudah iya lempar jauh dari posisi mereka. Chaira yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. "nabung apa maksud ayah?" tanyanya pura- pura tidak mengerti apa yang suaminya baru saja ucapkan. "yah nabung, sampai shaqiil usianya dua tahun. itu maksud ayah. Iya kan? masa gak ngerti.. atau mommy Key mau ayah kasih kata- kata yang lebih mudah mommy cerna?" "apasihh ayah, bahasanya gitu amat." Farhan tidak ingin melewatkan moment sakral tersebut, diraihnya kembali tubuh istrinya mebawanya kedalam pelukannya. Mereka kemudian masuk kedalam selimut tebal yang tadinya berada dibawah mereka. "sayang, ayah sangat menyukai raut muka mommy yang seperti ini. Dari dulu ayah akan selalu merindukan wajah mommy yang suka malu seperti ini dan berharap bisa segera pulang dengan cepat untuk melampiaskan perasaan rindu ayah. mommy tahu ?? ayah merasa sangat kesulitan mengendalikan diri jika wajah mommy sudah merah seperti ini" ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD