chapter 8

1633 Words
"Haii.. Asyik banget sih dengan lamunannya." Tanye Khanza sudah berada di hadapannya saat dirinya baru ingin menoleh. Siang tadi sepulang sekolah, Nana lebih memilih pulang kerumah karena merasakan kepalanya yang nyut-nyutan sejak pagi. "Eh tante sudah pulang" Nana segera mencium tangan Khanza. "Iya, tante cepat pulang karna Resto akan libur dalam tiga hari ini" Jelas Khanza dengan binar penuh kegembiraan. "Kenapa bisa tan?" Tanya Dianna dengan ekspresi bingung. Biasanya jika ada hari libur tertentu, baru mereka akan ikut libur juga. "Karena kita semua akan liburan ke Surabaya. Anak Mba Chaira akan merayakan sweet seventeennya dan seluruh karyawan akan diberi libur selama tiga hari, sekalian mengikuti acara meriah mereka di Surabaya nanti. kamu juga ikut kan?" tanyanya pada Nana. "Kayaknya nggak bisa deh tan, soalnya Nana lagi sekolah." Ucap Nana. "Yahh.. Tante lupa deh. Jadi gimana dong?" "Tante ikut aja, Nana nggak masalah kok sendiri di rumah" Ucap Nana meyakinkan Khanza. "Bener, ini tante tiga hari loh, emang Nana nggak takut sama sekali? benar berani ditinggal jangan sampai nangis minta tante pulang, atau tante ijin di sekolah kamu aja yah biar bisa gabung" Khanza mencoba memecah suasana yang iya tahu mood Nana saat ini sedang tidak baik. "Nggak usah lah tante. Nana harus ke sekolah, sebentar lagi ujian. Nana tidak mau mengecewakan nantinya jika nilai Nana menurun. Tante tidak usah khawatir, Di kampung juga sejak nenek meninggal, Nana tinggal sendiri. Nana berani kok. Yakin seribu persen" Ucapnya kemudian di barengi tawa. "Ngaco deh, mana ada seribu persen. Oh ya Na, kamu belum pernah cerita soal masa lalu kamu ke tante. Cerita dong! Nama lengkap kamu aja lama baru tante tahu. Tante pengen dengar langsung apa saja yang kamu lakuin selama di kampung, dengan siapa dan kegiatan apa saja disana, pokoknya semuanya, mumpung tante punya banyak waktu untuk mendengar kisahmu" Tante Khanza berbaring di kasur yang sengaja iya simpan untuk bersantai di depan televisi. "Tidak ada yang menarik dari kisah Nana tante, daripada tante nantinya nangis bombay, mending tante aja yang cerita masa lalu tante di Nana" " Tante juga dulunya melewati masa yang sulit, terkadang sedikit bercerita bisa membuat hati kita tenang. Dengan berbagi kisah, kita akan merasa beban kita ringan. Masa lalu tidak selamanya harus dilupakan, itu bagian dari perjalanan hidup kita. Masa lalu bisa menjadi pelajaran agar kita bisa menjadikannya sebagai pedoman, kelak kedepannya kita bisa menjadi lebih baik. Cukup mengikhlaskannya, dengan begitu kita akan merasa damai hidup berdampingan dengan masa lalu. Dulu tante datang ke kota ini juga membawa kesedihan, salah satu kerabat tante datang menawarkan tumpangan. Karena pada saat itu tante memang tidak memiliki apapun, akhirnya tante menerima tawarannya untuk tinggal bersamanya. Dengan syarat tante bersedia merawat anaknya yang masih bayi. Semula tante berfikir akan kesulitan menjaga seorang bayi, apalagi ini adalah pertama kalinya tante harus mengurus anak kecil. Tante jelas memiliki ketakutan, bagaimana jika tante tiba-tiba melakukan kesalahan hingga membuat anak orang celaka. Ternyata bayi tersebut tidak seperti yang ada dalam bayangan tante. Dia sangat pandai dan tidak terlalu aktif. Dia bisa mengerti kita yang berada di sekitarnya. Di tengah kericuhan kedua orang tuanya, dia sangat tenang dan memudahkan semua urusan tante. Yang biasanya bayi akan terus rewel, dia justru lebih banyak diam dan tertidur. Terkadang tante kasian melihatnya, masih sekecil itu tapi dia harus mendengarkan pertengakaran ayah dan ibunya setiap saat. Mungkin hal tersebutlah yang membuat Dia cukup tegar dan tante sangat sayang padanya. Sampai suatu ketika, tante mendengar pertengkaran dari kedua orang suami istri tersebut. Dan yang tidak pernah tante fikirkan mereka melibatkan nama tante. Ternyata ibu bayi yang merupakan kerabat tante sendiri mencurigai tante ada hubungan dengan suaminya, tentu saja tante merasa sangat tidak nyaman. Mulai saat itu tante memutuskan untuk mencari pekerjaan agar bisa mandiri dan mencari tempat tinggal baru. Secara kebetulan tante ketemu dengan mba Chaira, dia orang yang tidak memiliki hubungan darah dengan tante tapi dia sangat baik dan sangat tulus dalam membantu tante hingga sejauh ini. Disitu tante sadar jika orang lain bisa jauh lebih baik dalam menghargai kita ketimbang keluarga sendiri. Contohnya Mbak Chaira, dia cantik, memiliki segalanya dan mudah baginya mendapatkan apapun yang ia inginkan. Tapi dia masih mau berteman dengan saya yang notabene orang asing yang baru bertemu dengannya. Makanya saat Mba Chaira menawarkan bantuan ke Nana, tante sangat setuju. Karena tante sendiri sudah merasakan kebaikan beliau. Tidak terasa kamu sudah satu tahun lebih berada disini, tante juga merasa tidak kesepian lagi sejak kamu datang." Senyum bahagia mengiringi ucapan Khanza. "Iya tante, waktu berlalu dengan sangat cepat. Tapi aku masih penasaran kelanjutan kisah anak yang tante rawat itu. Jadi, bayi tersebut bagaimana kabarnya tante" Nana kembali membahas cerita masa lalu Tante Khanza karena merasa penasaran dengan kisah anak tersebut. Entah kenapa dirinya sangat tertarik dengan kisah anak-anak yang terdzolimi oleh sikap egois orang tuanya. "Sejak tante bekerja, tante akhirnya keluar dari rumah tersebut. Tante mulai kost dan membeli satu persatu barang yang menjadi kebutuhan pokok sehari hari. Sambil menabung sedikit demi sedikit akhirnya setelah beberapa tahun tante bisa membeli rumah ini. Kabar terakhir yang tante terima, bayi manis yang pernah tante rawat dibawa sama ibunya. Dia bercerai dengan suaminya dan menikah lagi. Anaknya ikut bersamanya. Kamu pasti mau tahu siapa nama bayi tersebut?" "Pasti dong tante" Nana mengedip ngedipkan matanya dengan centil kearah Khanza. "Namanya mirip denganmu, Dianna juga, dia manis sekali dan sangat lucu. Ketika tante melihatmu, serasa tante melihat dirinya dalam dirimu. Jujur tante merindukannya." "Terus ayah Dianna kemana tante?" Ucap Dianna semakin penasaran dengan kisah Dianna lain. "Ayahnya sudah menikah juga. masing-masing sudah menemukan kebahagiannya." "Apa ayahnya juga masih sering menemui Dianna saat ini?" Tanyanya kembali. "Itu tante kurang tahu sayang. yang tante tahu ibunya Dianna sangat tegas tidak ingin mempertemukan Dianna dengan ayahnya. Tapi itu hanya kabar sepintas yang tante dengar. Tante juga melihat jika ayahnya Dianna masih terus merindukan putrinya tersebut, meskipun dirinya juga sudah hidup bahagia bersama keluarga barunya. Cinta orang tua kepada anaknya tidak akan pernah lekang oleh waktu" "Dianna lebih beruntung dari Nana tante" Nana langsung menyahut ucapan Khanza kemudian. "Kenapa?" "Karena Dianna punya ayah yang merinduinya, serta ibu yang memiliki rasa sayang yang cukup besar untuknya. Mungkin karena ibunya takut jika Dianna diambil oleh ayahnya sehingga dia melakukan cara itu untuk melindunginya. Sedangkan Nana, tidak ada yang mencari nana tante. Baik ayah ataupun ibu, hanya nenek yang selama ini tulus menyayangi Nana. Nenek bilang ayah akan menyusul kami, tapi nyatanya ayah tidak pernah muncul. Dari catatan nenek, Nana tahu ibu meninggalkan nana karena menikah lagi. Dan suami baru ibu tidak menerima kehadiran Nana. Banyak orang membicarakan Nana, tapi mereka hanya mengolok dan menghina Nana terus menerus. Hanya saja, pada saat itu nenek terus menyembunyikan kebenarannya dari Nana, nenek selalu bilang jika Nana salah memahami maksud ucapan orang. Belakangan ini Nana baru tahu jika dulu tatapan mereka menunjukkan jika mereka jijik sama Nana. Katanya kesalahan orangtua Nana akan kembali terulang ke Nana. Nana sendiri tidak tahu apa yang membuat mereka mengatakan hal seperti itu. Sampai sekarang Nana juga terus berusaha mencari tahu kesalahan apa yang ibu Nana lakukan. Kata orang ibu Nana menghancurkan hidup ayah dan keluarganya. Salah apa Nana dalam hal ini tante? Jika Nana diberi pilihan mungkin Nana akan lebih memilih hadir dihidup tante saja. Nana juga ingin merasakan kehadiran orang tua Nana disisi Nana. Tapi Nana kembali sadar jika selama ini kehadiran Nana memang tidak pernah diharapkan oleh semua orang. Nana hanya hasil dari kesalahan yang mungkin harus mereka pertanggung jawabkan" Ucapnya dengan sendu. Nana sudah menangis tersedu-sedu saat menyelesaikan ucapannya. Tante Khanza segera memeluknya, dirinya ikut merasakan sakit yang dialami Nana. Dirinya berjanji akan terus memberi Nana kasih sayang layaknya orang tua kepada anaknya. "Nana yang sabar sayang. Yakinlah, jika suatu saat Nana pasti akan jadi orang sukses. Nana harus tunjukkan bahwa semua ucapan orang yang merendahkan Nana tidak benar. Buktikan jika Nana bisa menjadi orang baik, tidak seperti yang pernah disangkakan pada Nana. Tante akan terus berada dibelakang Nana. Jika Nana mau, anggap saja tante sebagai pengganti orangtua Nana. Tante yakin, suatu saat ayah dan ibu Nana pasti akan mencari Nana. Cepat atau lambat mereka akan dibuat sadar karena menelantarkan anak sebaik kamu. Tetaplah bersabar dan jangan putus berdoa untuk kelancaran apa yang menjadi cita-citamu kedepannya. Tante akan selalu mendukung Nana jika itu untuk kebaikan Nana." "Terimakasih tante, disaat nenek sudah meninggal, ternyata Allah berbaik hati mengirim tante sebagai pengganti nenek menjaga Nana. Nana sayang banget sama tante. Nana mau jadi anak tante saja." Khanza mengangkat wajah Dianna yang berada dipelukannya. "benarkah, kamu mau jadi anak tante?" melihat Dianna menganggukkan kepala dengan sungguh sungguh, membuat Khanza sangat senang. "Baiklah mulai saat ini kamu jangan panggil tante lagi. Karena saat ini kamu sudah jadi anak tante. Kamu harus manggil bunda. okey?" "Okey bunda! Nana sayang banget sama bunda Khanza" "Bunda juga sayang sama Nana. Ngomong-ngomong gimana sekolahan kamu?" "Alhamdulillah bunda, semuanya lancar dan tidak ada hambatan." "Maksud bunda, siapa aja teman kamu atau siapa tahu sudah dapat gebetan. Kan bunda harus tahu orangnya kayak apa dan bagaimana? biar kamu nantinya nggak dimanfaatin saja sama orang." "Teman banyak, cuman Nana membatasi diri untuk terlalu dekat sama orang. Nana fokus belajar aja dulu. Nana mau bersungguh-sungguh agar bisa meraih harapan dan impian kecil Nana." "Nana mau jadi apa nantinya, maksud bunda mimpi kamu serta cita-cita kamu yang ingin sekali kamu wujudkan?" Tanya Khanza "Sejak kecil Nana hanya punya satu mimpi, melihat ayah dan bunda kembali bersama. Nana akan membuat mereka bangga atas keberhasilan Nana nantinya. Tapi sepertinya semua itu tidak bakal bisa terwujud. Karena mimpiku tetap akan menjadi mimpi. Sekarang Nana hanya menggantung harapan pada cita-cita kecil Nana. Semoga Nana bisa menjadi pramugari. Hanya itu bunda" "Bunda akan terus mendoakan kamu yang terbaik. Semua orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Bunda yakin perjalanan hidup yang sudah kamu lalui selama ini bisa menjadikan kamu orang sukses kedepannya. Tidak mudah menjadi kamu, tapi kamu mampu melewatinya. Bunda bangga dengan kegigihan kamu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD