16

1939 Words

Di kediaman Khanza nampak sangat sunyi. Khanza terlihat mondar-mandir di depan pintu kamar Nana yang terkunci dari dalam. Beberapa kali dia mengetuk pintu tersebut namun Nana tidak menanggapinya. Hanya suara tangisan yang Khanza dengar secara samar-samar. Akhirnya Khanza menyerah dan memutuskan memberi ruang untuk Nana menumpahkan perasaannya. Ia akan kembali mencoba membujuk Nana esok hari. Setelah memastikan air matanya tidak lagi keluar, Dianna berjalan menuju pintu kamarnya. Dan betapa kagetnya ketika dirinya membuka pintu, nampak bundanya sedang berbaring disana beralaskan kasur tipis. "Bunda... Kenapa bunda tiduran disini?" Dianna menggoyang tubuh Khanza yang sudah terlelap. "Bunda takut kamu pergi" Ucap Khanza sambil mengucek matanya yang susah untuk terbuka. "Maafkan Nana bunda

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD