Panggilan

1309 Words
Bab 15 Pindah tempat “Ayuna, kau tidak apa-apa?” Tanya Abram khawatir karena melihat ekspresi tidak biasa dari gadis itu. Ayuna menoleh kearahnya dengar wajah yang masih tegang, sadar jika Abram terlihat mempertanyakan respon yang mungkin orang lain anggap itu berlebihan, Ayuna dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya meskipun kesusahan. “Ah, aku tidak apa-apa. Hanya saja perasaanku sedikit tidak enak, mungkin karena belum sarapan.” Dia terpaksa berbohong agar Abram tidak semakin curiga. Padahal sebelum ke kantor dia menghabiskan 2 piring gado-gado yang Indra bawa. Perutnya bahkan sudah sakit saking kenyangnya. “Apa? Kau belum sarapan? Ya ampun Ayuna. Kenapa kau gak bilang dari tadi? Padahal kau sudah bekerja keras sejak tadi pagi.” Ucap Abram khawatir. Sebentar aku sepertinya masih ada sebungkus nasi kuning. Aku ambilkan ya dan au harus memakannya sampai habis. “Tapi Abram kau tidak usah repot-repot, aku akan makan sebentar lagi. kau tidak per…” percuma saja Ayuna melarangnya karena Abram sudah menghilang di balik pintu. Sungguh keputusan yang salah dia berbohong pada pria yang sangat perhatian padanya itu. Duh, bagaimana dia bisa menghabiskan nasi kuning lagi kalau perutnya masih terisi penuh. Tidak lama kemudian, Abram masuk dengan membawa kantong plastik berwarna hitam. “Nih makanlah.” Abram menyodorkan sebungkus makanan kearah Ayuna, gadis itu terpaksa menerimanya dengan senyum kecut meringis. “Makanlah, jangan menyiksa perutmu nanti kau kena sakit mag kan gawat.” Ucap temannya yang lain yang sejak tadi memperhatikan Ayuna. Dengan sangat terpaksa Ayuna pun mulai mengunyah makanannya. Duh kenapa jadi seperti ini sih? “Tapi ngomong-ngomong, ada apa dengan CEO kita ya? Tumben-tumbennya dia mengecek kondisi setiap departemen secara langsung begitu. Padahal kan, selama ini yang bertanggung jawab untuk masalah itu kan bagian penanggung jawab umum.” Tanya Anita yang masih terlihat bingung. selama 5 tahun sejak dia bekerja, dia baru 2 kali melihat sang CEO secara langsung itu pun secara tidak sengaja. Dan dia mengakui ketampanannya bagai dewa. Sayang rumor yang beredar kalau sang bos adalah playboy yang selalu gonta-ganti pacar. Sang CEO juga tidak pernah terlihat ramah pada karyawannya ataupun hanya sekedar menyapa, dia cenderung menutup diri di ruangan dan hanya keluar jika ada meeting penting atau semacamnya yang mengharuskan dia yang turun tangan. Selain itu, semua pekerjaan terkait pengawasan secara langsung dia hanya mempercayakan kepada orang kepercayaannya sedangkan sang CEO hanya memantau di balik layar sambil b******u dengan wanitanya. “Iya juga sih, aku juga bingung. tapi mungkin karena memang dia sudah ada keinginan untuk lebih mengenal kita-kita nih. Makanya dia menyempatkan diri, tidak buruk juga sih, karena sebentar lagi aku akan melihat wajah tampannya lagi yang hanya bisa dilihat dari jauh.” Ucap Sindy si centil yang memang sejak dahulu sudah mengidolakan Gio. Bahkan gadis bertubuh imut itu sering bermimpi menjadi kekasih sang CEO. “Uh.. aku sudah tidak sabar ingin melihat pria tampan itu mbak Anita.” Ucapnya dengan m Senyum semringah yang hanya dibalas dengan putaran bola mata jengah oleh Anita. “Idiih jangan kecentilan begitu, belum pernah negrasain digigit harimau kan?” “Belum, emangnya mbak pernah?” “ih.. anak ini. Asal kau tau saja kalau pak Gio marah rasanya lebih sakit dari gigitan harimau.” Ucap Anita memperingati,. Dia benar-benar jengah melihat tingkah centil temannya itu jika menyangkut Gio. “Oh gitu, jadi ganteng-gateng serigala dong, eh salah ganteng-ganteng harimau.” Sindy membalasnya dengan candaan yang membuat Anita semakin kesal. “Anak ini, dikasi tau malah ngeyel. Ya sudah, kalau kau ada apa-apa jangan harap aku akan membantumu ya.” Ucap Anita kesal sambil mencubit pipi chabi Anita. “Adu..aduh, sakit mbak…!” ringis Sindy. Sementara yang lain hanya menahan senyum dan menggeleng melihat tingkat konyol kedua rekan kerjanya itu. “Ayuna, kok makannya malas-malasan begitu? nasinya gak enak?” Tanya Abram saat melihat Ayuna hanya menyendok makanannya sedikit-sedikit. “Ah, gak kok. Ini enak, tapi perut saya yang tidak enak. Boleh aku makannya nanti saja?” Tanya Ayuna beralasan. Dia memang sudah merasa perutnya sangat tidak nyaman lagi. “Oh ya sudah kalau begitu, sebentar lagi istirahat sudah berakhir pastikan kau makan ya. Kau tau kan CEO mau berkunjung, kita harus lebih ekstra kerjanya.” Ucap Abram sambil tersenyum. mendengar itu Ayuna bernafas lagi, dia mengangguk dan tersenyum. Dia sangat bersyukur, di balik kesulitan hidup yang dialaminya, masih banyak orang yang peduli kepadanya. Setelah itu mereka semua kembali ke bagian masing-masing untuk memastikan tidak ada yang kurang atau semacamnya. Kebersihan ruangan yang menjadi tanggung jawab mereka menjadi lebih ekstra lagi, dan entah hal itu akan berlangsung sampai kapan, karena kedatangan sang CEO yang tidak bisa di prediksi. Yang jelas mereka harus memastikan semua rapi dan bersih karena tugas itulah mereka bekerja di perusahaan besar ini. Ayuna juga terlihat kembali sibuk membersihkan bagian pantri dan sekitarnya, tapi siapa sangka, pikirannya berkecamuk dan was-was. Bagaimana jika kedatangan CEO untuk pemecatan dirinya? Gadis itu terlihat beberapa kali menghela napas panjang. Sementara itu, Gio terlihat menatap dirinya di cermin. Dia merapikan dasinya sebelum melangkah kearah pintu. 2 orang pria yang sudah menunggunya seketika mengikutinya dari belakang. Sementara Ulfa sekretarisnya berjalan tepat di belakang Gio dengan map di tangannya. Rupanya inspeksi pengecekan sudah mulai Gio jalankan. Semua jajaran pegawainya terlihat sangat tegang, betapa tidak, baru kali ini yang memeriksa mereka secara langsung adalah sang CEO yang terkenal tertutup dan kejam itu. Mimpi apa mereka semalam sehingga mendapatkan kejadian tidak mengenakkan seperti ini? Akan tetapi, setelah melihat senyum ramah Gio untuk pertama kalinya, semua beban berat yang membuat mereka bahkan merasakan sesak untuk hanya sekedar bernafas seketika hilang di telan ketampanan Gio sang CEO. “Selamat siang semua, tetap semangat bekerja, tanggung jawab dan loyalitas untuk perusahaan harus kalian junjung tinggi. Bekerja keras untuk kesuksesan bersama.” Itulah kalimat sang CEO yang membuat semangat para karyawan menjadi berkali lipat. Seakan semua rumor tentang sang CEO dingin dan tak berperasaan lenyap tak tersisa dan di gantikan oleh rasa segan dan hormat untuk sang bos. Tidak banyak para karyawan wanita yang tadinya takut, beralih menjadi mengidolakan Gio. “Ayuna, sini cepat, yang lain sudah ngumpul, ke mana saja kau dicariin dari tadi. Tinggal kamu yang ditunggu. Pak CEO sudah datang.” Ucap Anita sambil menarik tangan Ayuna untuk mengikuti langkahnya. “Apa mbak, CEO sudah datang?” Ayuna syok bukan main. Jantungnya semakin tidak karuan, ingin rasanya dia menghilang saja sekarang, dia tidak ingin bertemu dengan pria itu. Dan benar saja, setelah dia melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan, dia melihat Gio berdiri sambil menyampaikan sesuatu. Saat Gio melihat Ayuna, ucapan Gio terhenti dan matanya terfokus kearah Ayuna yang hanya bisa tertunduk sambil terus melangkah mencari tempat yang menurutnya aman. Dia berdiri di barisan paling belakang dan tersembunyi. Meskipun Ayuna merasa tatapan Gio seakan menusuknya. Lama Gio menggantung apa yang sedang dia ucapkan, entah mengapa matanya tidak bisa lepas dari gadis itu. Karena dirinyalah dia akhirnya menyempatkan waktunya untuk datang mengunjungi setiap bagian dari kantornya meskipun pekerjaan itu tidak pernak dia lakukan sebelumnya. “Pak Darto, saya percayakan semua pada bapak. Seperti yang sudah saya bilang tadi, kebersihan dan keindahan kantor tergantung pada kalian. Tetaplah bekerja dalam semangat seperti biasa.” Ucap Gio mengakhiri ucapannya. Tapi sebelum dia keluar, Gio terlihat menggerakkan kepalanya mendekat k arah Pak Darto dan membisikkan sesuatu. Pria paruh baya itu terlihat sedikit terkejut sesaat setelah Gio berbisik padanya tapi sejurus kemudian dia mengangguk. Gio akhirnya meninggalkan ruangan itu. Setelah Gio benar-benar menghilang, barulah mereka heboh, Sindy bahkan berteriak histeris setelah melihat wajah Gio yang super tampan, dia bahak semakin tergila-gila kepada sang CEO karena ternyata rumor yang beredar ternyata tidak benar sama sekali. Dia seorang malaikat. Itulah yang ada dalam pikiran gadis centil itu. Sementara pikiran Ayuna berbeda, dia malah semakin tegang dan was-was. Apalagi saat melihat Gio berbisik sesuatu kepada Pak Darto sambil melirik kepadanya. Semoga firasatnya salah. Tapi, harapan itu hilang seketika setelah melihat pak Darto melangkah kearahnya. “Ayuna, kau diminta ke ruangan CEO sekarang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD