Abram mengepalkan tangannya menahan gejolak emosi dan kekecewaan yang terasa menusuk hatinya, dia kemudian meninggalkan tempat itu.
Sementara itu, di dalam ruangan Ayuna kembali mulai gelisah. Dia sudah menghabiskan makanannya dan sekarang dia ingin menemui Abram dan meminta maaf karena tidak bisa menemaninya makan siang. Mau menelepon pun rasanya Ayuna merasa tidak enak. Lebih baik bicara secara langsung.
Tapi sekarang tampaknya Gio masih tidak ingin membiarkannya pergi begitu saja, karena saat ini Gio sedang berbaring dengan nyaman di atas paha Ayuna.
“Kak, bangun dong. Gak baik tiduran habis makan, nanti perut eighpacknya hilang loh,” bujuk Ayuna berharap Gio mau melepaskannya.
Mendengar itu Gio membuka matanya, dia menatap Ayuna sambil tersenyum.
“Kenapa kau bisa tahu kalau perutk
