BAB 20

1633 Words
Pelajaran matematika memang menjadi mata pelajaran paling rumit. Menurut Angrum sendiri, pelajaran yang paling menyebalkan ditambahkan tentang guru laki-laki yang memiliki suasana hati berubah-ubah di setiap jam pelajaran. Tapi ada yang membuat Angrum sedikit santai sambil menyeret, karena salah satu guru matematika laki-lakinya memang bagus di Angrum. Banyak yang mengira guru itu benar-benar menyukai Angrum. "Sial! Ada pelajaran matematika sekarang, selama 3 jam, rasanya aku ingin pulang saja" Aluna setuju "Payah" cibir Alena "Aku tidak sehebat kamu" jawab Aluna "Setiap pelajaran matematika aku selalu memberimu jawaban. Apa harus bingung?" Tanya Alena "Iya. Kamu tidak perlu suka itu. "Dan tenang saja, guru matematika itu menyenangkan Angrum, jadi dia akan dengan mudah memberi cara yang mudah pada Angrum, dan kita akan memintanya nanti" kata Alena "Waaaahhh kalian benar-benar jahat" jawab Angrum menggeleng-gelengkan kepala. Dan semuanya hanya tertawa. Keempatnya berjalan ke kantin seperti biasa Alfin pasti melambaikan persetujuan dan entah bagaimana perempuan itu harus meng-iyakan untuk menghampiri Alfin yang duduk disamping Arfan. "Duduk, hari ini ada makanan gratis" kata Alfin "Oh yah? Dari siapa?" Tanya Angrum "Pajak Jadian dari Arfan dan Angrum" jawab Alfin "iya gak man? Alfin menepuk bahu Arfan " Iya. Silakan pesan nanti Angrum akan membayar semuanya " "Waaah kenapa aku harus membayar semuanya?" Tanya Angrum "Lihat. Teman siapa yang lebih banyak?" "Terserah" Angrum ketus "Haha oke oke pesan aku akan bayarnya nanti. Angrum jangan marah, aku hanya bercanda" kata Arfan dan mencubit gemas pipi Angrum. "Bercanda mu tidak lucu" Angrum menepis tangan Arfan dan semua teman-teman yang ada di satu meja memandang semuanya. "Kenapa kalian melihat kami seperti itu?" Tanya Arfan yang sadar melihat ekspresi wajah sahabat Angrum juga Alfin. "Kita hanya merasa aneh, melihat kamu tiba-tiba menjadi begini. Kamu benar-benar memilih sisi manismu" kata Aluna. "Ups, Angrum jangan cemburu. Itu hanya pendapatku" Aluna sadar "Cemburu? Tentu saja aku tidak cemburu Aluna. Aku bukan anak kecil" jawab Angrum *** Angrum mengecek akun Instagramnya dan mendapati berbagai komentar dari Vidio yang diunggah Arfan di akun nya. "Astaga" kata Angrum "Ayo pergi" "Kamu sangat sangat sangat menyebalkan" kata Angrum "Apa?" Tanya Arfan dengan membawa kantong yang berisi buah-buahan "Ini, lihat semua komentarnya. Akun ku benar-benar di serang oleh fans mu" Angrum cemberut "Santai saja. Jangan hiraukan mereka" jawab Arfan dan menyeret tangan Angrum untuk segera masuk ke mobilnya. Keduanya sampai di tempat Andini. Ibu Arfan "Selamat sore Tante" kata Angrum "Eh Angrum. Selamat Sore" Jawab ibu Arfan "Langsung kesini dari sekolah?" "Iya Mah" jawab Arfan "Iya tente, oh iya, Rum bawa buah nih, Tante mau apa? Rum kupasin" "Apel" jawab Andini. "Oke, kita sama Tante, aku juga suka Apel" "Oh yah?" Tanyanya dan Angrum mengangguk "Tapi Rum lebih suka apel hijau dibandingkan Apel merah" potongan pertama yang mulai Andini kunyah "Banyak inginnya!" Celetuk Arfan "Ke pacar jangan begitu" kata Andini. Blush, pipi Angrum merah muda dia malu Andini tau tentang hubungannya dengan Arfan sekarang "Aku selalu mengabulkan semua keinginannya. Mamah tenang saja" jawab Arfan dan Angrum hanya tersenyum malu. Pukul lima lewat Angrum memutuskan untuk mengajak Arfan pulang. badannya sudah terlalu gerah ingin segera mandi dan lelah ingin segera istirahat. Angrum memasuki mobil Arfan dan menghempaskan pantatnya dengan cepat. Handphone Angrum bergetar di genggamannya "Hallo Bu" "......." "Rum akan pulang sekarang." "......" "Iya Bu, oh kapan Om Agung ke rumah?" Arfan sempat berhenti melihat handphone nya saat mendengar nama itu, entah mengapa, tapi dia berhenti secara refleks. "........." "Oh jadi Om agung benar-benar memiliki Rumah disini?" "........" "Tapi Bu, bukannya Om Agung sudah mempunyai istri dan Anak?" "..........." "Oke yaudahlah ini Rum langsung Pulang" "........" "Ibu mu?" Tanya Arfan. Angrum mengangguk "Kenapa? Disuruh pulang sekarang?" Lanjutnya "Tidak. Dia hanya bertanya dimana aku. Aku lupa tidak memberinya kabar tadi" jawab Angrum "Oh begitu" "Iya, katanya nanti ada om Agung kerumah mau makan malem dirumah sama calon istrinya" "Siapa itu?" Tanya Arfan sambil mulai menginjak pedal gas mobilnya. "Masih saudara ayahku. Jadi, dia adalah adik dari istrinya adik ayahku. Haha itu terlalu rumit. Tapi kamu mengerti bukan? " Arfan mengangguk "Dia pengusaha di kota lain. Tapi dia mempunyai rumah juga disini. Katanya dia sudah mempunyai istri dan anak di kota ini. Tapi Ibu bilang dia akan makan malam dengan calon istrinya. Dan anehnya Ibu, Ayah, Arsya dan aku tidak tahu dan tidak pernah bertemu dengan istri dan anaknya itu. Aku fikir mungkin dulu om Agung menikah sirih." Kata Angrum. "Oh begitu, eh ngomong-ngomong, aku belum bertemu dengan ayahmu, ayah kamu tugas dimana?" Tanya Arfan. "Emmh Di syurga" jawab Angrum "Hemh??" Arfan memasang wajah meminta penjelasan dan Angrum hanya tersenyum. "Ayah sudah meninggal sejak aku masih di SMP kelas dua, dia sakit paru-paru, sebenarnya dulu Ayah dan ibuku bercerai. Lalu mereka membagi rata perusahaan. Ayah selingkuh dan Ibuku mengetahuinya. Ayah pergi, dan selang 4 tahun Ayah kembali rujuk dengan Ibu atas dasar cintanya Ibu yang membuatnya seakan-akan buta. dan selang beberapa bulan ayah mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal, sebenarnya aku benci ayah tapi aku belum rela kehilangan ayah sampai sekarang" Air mata Angrum mulai berjatuhan membuat Arfan tidak fokus menyetir dan kaget mendengar cerita singkat Angrum tentang ayahnya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyinggung soal ayah kamu." Kata Arfan mengusap kepala Angrum pelan "Tidak apa-apa" jawab Angrum dan menutup kedua mukanya untuk menangis. Arfan yang sensitif dengan wanita yang menangis terlihat sangat gelisah dan hanya bisa mengelus-ngelus rambut Angrum lembut lalu membenamkan kepala Angrum didadanya. "Jangan menangis, hatiku ikut sakit" kata Arfan. Angrum hanya diam di pelukan Arfan, menikmati suara detak jantung Arfan yang tidak terlalu stabil membuat Angrum kadang-kadang tersenyum. Bagi Angrum, suara itu lebih enak dibandingkan semua koleksi lagu popnya. "Jangan menangis lagi" Angrum mengangguk keduanya sudah sampai dirumah Angrum. "Ar?" Tanya Angrum masih di pelukan Arfan "Hemh?" Arfan hanya bergumam menatap Angrum "Jangan membuat aku sakit hati yah, cukup ayah saja dulu, yang membuat hati Ibuku sakit" ucapnya yang membuat Arfan langsung diam lalu tersenyum manis "I promise Dear" Angrum tersenyum dan melepaskan pelukan Arfan lalu turun "Rum?" "Apa?" Tanya Angrum "Cium gak?" "Kan kamu tidak lupa" "Haha iya juga" Arfan menepuk dahinya sendiri lalu tertawa geli sendiri "Masuk dulu yuk" kata Angrum dan Arfan mengangguk. Makan malam selesai. Om Angrum Agung tidak jadi datang. Arfan masih dirumah Angrum mengobrolkan game sepak bola motorGp dan semuanya bersama Arsya, Angrum hanya mendengarkan dengan malas kadang mengecek handphonenya, hanya ada pesan dari Aluna dan Adelia yang berdebat di grup. "Keadaan ini sangat menyebalkan" gumam Angrum hampir tidak terdengar tapi Arfan mendengarnya "kak Arsya, kakak ke kamar saja sana" pinta Angrum "memangnya kamu mau ngapain sama Arfan?" "Aku hanya akan berbicara tentang apa yang aku suka padanya. Tidak tentang motorGP, game, sepak bola yang aku tidak sukai" "Yasudah, aku akan ke kamar sekarang. Untuk mengerjakan tugasku" jawab Arsya "Cepat pergi. Aku akan bermain monopoli bersama Arfan" girang Angrum, dahi Arfan membuat lipatan "Jangan mau Fan, dia tidak mau kalah, dia ingin terus menang" kata Arsya lalu berjalan menuju kamarnya "Main monopoli yuk Arfan" Arfan hanya mengangguk wajah Angrum terlihat senang lalu pergi dan kembali dengan kotak persegi panjang dan dikeluarkannya mainan monopoli. "Ayo kita menentukan siapa yang main lebih dulu" Arfan menurut "oke aku duluan yah, ini uang kamu ini uang aku" Angrum mengaturnya dengan serius membuat Arfan tak lepas menatapnya sambil tersenyum Seperti anak kecil. Kata Arfan dalam hati "Peraturannya bagaimana? aku kurang faham" Tanya Arfan "Jadi kamu boleh beli perusahaan-perusahaan ini pake uang itu, terus kamu bisa masuk penjara, juga keluar penjara, atau kamu bisa saja bangkrut karena kamu menempati perusahaan yang sudah aku beli, jadi kamu akan membayarnya padaku" Arfan mengangguk mengerti Angrum mulai melempar dadu kecil dengan beberapa titik sebagai tandanya. "Oke aku beli perusahaan air ini, uangnya aku simpen di bank, oh iya nanti kamu boleh minjem ke bank ini." Arfan mengangguk sambil tidak lepas mengulum senyum "oke sekarang giliran kamu" Dan hampir satu jam lebih keduanya bermain. "Apakah kita harus membuat kesepakatan?" Tanya Arfan "Boleh. Emmh begini saja jika kamu menang kamu...." Angrum berfikir "Monopoli ini untukku" Tanya Arfan "Tidak boleh, ini monopoli keramat. Warisan" jawab Angrum dan itu membuat Arfan terkekeh geli. "Yasudah ganti. Jika aku menang, aku akan mencium mu" "Itu juga aku tidak setuju" "Haha yasudah. monopoli nya untukku" "Tapi jika aku yang menang?" Tanya Angrum "Tiap hari aku akan membelikan kamu coklat, milkshake dan lolipop." "Bunga mawar berduri?" Tanya Angrum "oke oke" "Oke aku setuju" jawab Angrum Dan keduanya melanjutkan permainan dan sampai akhirnya Arfan tertawa karena memang uang Angrum habis perusahaannya juga habis dibeli Arfan. "Ah curang" kata Angrum "Apa? Tidak aku tidak curang. Aku benar-benar menang." "Ah Arfan curang" "Curang apa sayang, ini jelas-jelas aku menang" jawab Arfan dan Angrum diam cemberut "kamu harusnya mengalah pada wanita" "Tapi aku memang ingin menang. Dan ini pertandingan" jawab Arfan "Tapi harusnya mengalah"kata Angrum "Aku sudah bilang. Kamu tidak akan menang sampai kapanpun" kata Arsya yang mengambil air di meja. "Hahaha iya dia benar-benar tidak mau kalah" jawab Arfan. "Tapi aku benar-benar menang Angrum kamu harus mengakui itu." Kata Arfan "Yasudah terserah kamu. Kita bermusuhan. Aku akan tidur sekarang. Kamu silahkan pulang" kata Angrum kesal dan berdiri hendak masuk ke kamar. "Haha kamu yakin? Aku boleh membawa mainan ini pulang?" "Tidak!" "Haha terus imbalan untuk kemenangan ku apa?" Tanya Arfan "Kamu sudah makan tadi" Jawab Angrum dan benar-benar menutup pintu kamarnya "Hahaha itu tidak termasuk sayangku" jawab Arfan "Aku tidak peduli" "Yasudah aku akan pulang sekarang. Tanpa membawa mainan ini. Tapi aku akan menagihnya lain waktu. Aku pulang sekarang. Kak Arsya aku akan pulang" kata Arfan "Oke hati-hati" jawab Arsya. "Jangan lupa memberi kabar padaku" kata Angrum yang membuka pintu kamarnya. Arfan tersenyum dan mengangguk lalu melambaikan tangannya dan di balas Angrum dengan menutup kembali pintunya. Dan Arfan hanya tersenyum gemas melihat tingkah Angrum. Arfan keluar dan melajukan mobilnya pulang menuju rumah dengan hati senang. Arfan mengecek handphonenya. Lalu ada satu pesan masuk dari Alfin. AlfinNugraha 'kamu tahu? Rara ada di Indonesia? ' Deg. Rara. Arfan terkejut. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD