26. AKHIRNYA KETEMU

1411 Words
Ricko juga berhasil melewati rintangan yang cukup berbahaya, kini semua murid Kakek Hamzo telah sampai di lokasi utama pedang suci legendaris, meski Stev, Chely dan Ricko belum melihatnya. Akan tetapi, seharusnya senjata legendaris ada di situ. *** Memperlihatkan Stev yang masih rebahan di ruangan dasar laut dan bawah gunung berapi, dia malah memejamkan mata, mungkin terlalu lelah. Ruangan ini sangat unik, air laut tidak bisa masuk ke sini, sepertinya terhalang udara di ruangan ini. Sesaat kemudian, dia membuka mata. "Hah, aku ada di mana?" gumam Stev sedikit lupa, mungkin karena sempat tertidur sebentar. Dia segera bangun dari rebahan, kemudian melihat sekeliling. "Tempat ini? Oh, iya. Aku sedang mencari keberadaan pedang suci legendaris," ucapnya mulai sadar. "Hiu, di mana hiu mengerikan itu?" lanjutnya teringat hiu yang menyerangnya tadi. Stev melihat ke arah lubang, dia mengintip dan mendapati hiu masih mondar mandir di dasar laut, sepertinya memang menunggu Stev keluar dari lubang, tapi entah kenapa hiu itu tidak berani mendekati lubang ini. "Dasar hiu menjengkelkan! Jangan harap kamu bisa memakan ku ya, enak saja!" gumam Stev merasa kesal. "Sebaiknya aku segera mencari pedang legendaris, mungkin dengan pedang itu, aku bisa mengatasi hiu mengerikan itu lebih mudah," lanjutnya, lalu berbelok badan dan mulai melangkah. Stev mulai waspada lagi, karena mungkin ada sesuatu yang berbahaya di depan. Lubang atau lorong di bawah gunung berapi ini cukup luas dan panjang, ada sedikit cahaya jingga juga yang menerangi, jadi tidak begitu gelap, tapi entah dari mana asalnya cahaya itu. "Lorong ini menarik juga, sepertinya baru aku yang pernah ke sini," gumam Stev sambil melangkah pelan-pelan. Tidak lama kemudian, dia mendapati aliran lava pijar di dalam lorong tersebut. "Lava? Hmm, memang seharusnya ada lava di dalam sini, karena ini ada di bawah gunung berapi. Pantas saja tidak begitu gelap, ternyata karena lava itu." Ternyata cahaya jingga itu berasal dari pancaran lava pijar, untung saja lava mengalir dengan aman, jadi tidak berbahaya untuk Stev. Saat ini keadaan ruangan menjadi semakin hangat, tapi ada untungnya juga bagi Stev. "Hangat, good. Ini bisa membuat pakaianku kering," ucap Stev merasa senang. Memang benar, pakaian basah Stev habis menyelam di lautan perlahan menguap, dan mungkin tidak lama lagi akan kering. Stev lewat di pinggir lava, karena memang ada jalan yang tidak dialiri lava panas. Asal hati-hati dalam berjalan, seharusnya aman, akan tetapi bila sampai tercebur ke lava panas itu, tentu saja nyawa Stev akan melayang dan menjadi tengkorak hingga akhirnya hancur tak tersisa, sungguh mengerikan. "Di mana pedang itu, apa masih jauh?" gumam Stev menduga. Dia mengaktifkan kedua matanya agar penglihatannya semakin jelas. Saat berjalan sekitar 1 menit, akhirnya Stev menemukan cahaya yang lebih unik dan cukup terang, dia terkejut sekaligus merasa bahagia. "Itu dia! Ya, aku yakin itu adalah pedang suci legendaris," teriaknya sangat bahagia. Tampaknya pedang suci itu diselimuti oleh cahaya unik, yaitu cahaya berwarna biru dan merah, cahaya itu melindungi dan menghalangi pandangan Stev. Karena hal itu, Stev memusatkan energi miliknya untuk menyalakan kedua matanya agar lebih terang, dia melakukan itu sambil mendekat. "Tepat sekali, ternyata itu memang pedang legendaris yang aku cari-cari." Dengan kekuatan mata yang maksimal, Stev mampu melihat di balik cahaya biru dan merah itu, yaitu sebuah pedang suci legendaris yang sangat menakjubkan, pedang itu tertancap di batu gunung berapi. Sungguh indah, pedang itu memiliki 2 sisi warna yang berbeda, yaitu sebelah kanan warna biru dan sebelah kiri warna merah, gagang pedang juga berwarna emas dan terdapat batu berlian bentuk bola dengan warna biru dan merah di tengah gagang. Pedang yang sangat indah dan menarik, pasti memiliki kekuatan yang luar biasa. Akan tetapi pedang itu berada di tengah-tengah aliran lava, ada sebuah altar di tengah aliran lava tersebut, dan sebongkah batu gunung yang mana pedang tertancap. Stev harus melompat sebaik mungkin agar bisa melewati aliran lava, mungkin hanya itu cara agar sampai di pedang legendaris tersebut. "Jarak aliran lava cukup luas, mungkin 5 meter. Ini agak sulit, aku harus cari cara agar bisa melewati ini," kata Stev merasa kesulitan melewati aliran lava. Dia mengecek di lokasi sekitar, dan menemukan sesuatu yang sedang mengapung di aliran lava. "Batu! Yess, aku harus menjadikan batu itu pijakan. Tapi harus ekstra hati-hati," ucap Stev merasa senang. Kebetulan ada 1 batu cukup besar yang mengapung dan mengikuti aliran lava, sebenarnya ada banyak batu yang mengapung, namun semuanya kecil kecuali 1 yang agak besar tersebut. Stev bersiap menunggu batu bergerak di depannya, dia juga memusatkan energi miliknya di bagian kaki, hal itu supaya bisa lompat lebih baik dan jauh. Stev harus benar-benar melompat dengan tepat, jika sampai terpeleset atau salah lompat, dia akan tenggelam di aliran lava, dan tentu saja nyawa Stev berakhir di situ. Sungguh berbahaya, tapi mungkin hanya itu pilihan terbaik. Stev sangat fokus memperhatikan batu bergerak, sekian detik kemudian ... "Sekarang! Hoaaa!!" teriaknya lalu melompat sebaik mungkin. "Tap!" Stev berhasil mendarat di batu tersebut, kemudian langsung melompat lagi ke altar tempat pedang legendaris. "Tap! Whoaaa!" Stev hampir terjatuh ke belakang karena dia mendarat di tepi altar, dia berusaha menjaga keseimbangan, lalu memilih untuk mendorong tubuhnya ke depan sehingga dia terjatuh ke depan, tapi segera menahan dengan kedua telapak tangan. "Huh, hah! Hampir saja aku terjatuh di lava. Kalau sampai jatuh, mampus sudah hidupku," ucapnya dengan jantung berdebar kencang, itu karena nyawa Stev hampir melayang. Tapi untung saja berhasil melewati aliran lava. "Pedang legendaris, yuhuuu!" Stev teringat pedang itu hingga membuat hatinya langsung berubah bahagia, dia segera bangkit dan mendekat pada pedang suci legendaris di depannya. "Wow, ini keren sekali!" lanjutnya saat sudah di dekat pedang suci legendaris dan ingin mencabutnya. *** Di tempat Chely berada, dia sedang memasuki gua yang berada di tebing curam, dia terlihat waspada karena bisa jadi ada penghalang atau binatang lain yang berbahaya. "Gua ini sungguh menarik, sepertinya sangat dalam," ucap Chely sambil berjalan perlahan, karena gua ini sangat gelap, dia mengaktifkan kedua matanya agar bisa melihat di kegelapan gua. Chely terus menelusuri arah gua, ternyata memang cukup dalam. Sesaat kemudian, dia mendapati sesuatu yang bercahaya cukup terang, namun banyak dan kecil-kecil. "Apa itu?" ucap Chely penasaran, dia mendekati cahaya-cahaya kecil tersebut, ternyata setelah dekat. "Oh, jadi kunang-kunang, indah sekali. Tunggu, apa mereka berbahaya?" Chely merasa waspada karena kunang-kunang adalah serangga, bisa jadi berbahaya seperti kupu-kupu atau binatang babi rusa itu. Akan tetapi setelah ditunggu sekian detik, tidak terjadi sesuatu yang membahayakan. "Sepertinya aman," pikir Chely kemudian mendekat dengan beberapa kunang-kunang di sampingnya. "Keren, cahaya serangga ini sangat istimewa. Serangga yang mempunyai keunikan tersendiri," gumamnya merasa takjub. Ternyata kunang-kunang itu memang tidak berbahaya, mereka semua terdiam tenang tanpa menunjukkan sesuatu yang berbahaya, Chely tersenyum melihat itu. Setelah itu melanjutkan perjalanan, ternyata semua kunang-kunang itu menerangi semua jalan di gua ini, tampak berbaris di seluruh dinding gua, sungguh pemandangan yang menakjubkan. Chely bagaikan tuan putri yang sedang disambut oleh puluhan atau bahkan ratusan kunang-kunang, tempat yang sungguh spesial, berbeda dengan tempat Stev berada. Sekitar 1 menit perjalanan, Chely menemukan cahaya terang di ujung gua. Sepertinya itu adalah pedang suci legendaris yang diselimuti cahaya putih dan hitam. Akan tetapi ada sebuah penghalang yang menghalangi jalan menuju ujung gua, yaitu dinding batu yang berbentuk mirip penjara, namun dengan jeruji yang lebih tebal dan terbuat dari batu. Melihat itu, Chely memusatkan energi miliknya agar bisa melihat situasi lebih jelas. Agar lebih jelas, dia mendekati dinding penghalang tersebut, lalu mengintip ke dalamnya. "Itu dia! Pedang suci legendaris! Wah, akhirnya ketemu juga," ucap Chely merasa bahagia. Pedang itu juga memiliki sisi warna yang berbeda, yaitu warna putih di kanan dan warna hitam di kiri, gagangnya sama-sama emas dan terdapat bola berlian dengan warna putih dan hitam di tengah gagang. "Tapi ... aku harus bisa mengatasi penghalang ini," lanjutnya sedikit kesulitan dalam melewati penjara dari batu tersebut. Chely mencoba cara dengan mencari sela-sela penjara batu, siapa tahu ada yang lebih lebar dan bisa muat untuk masuk tubuhnya, akan tetapi sepertinya tidak ada, itu berarti satu-satunya cara harus menghancurkan salah 1 tiang penjara. Namun, apakah itu tidak berbahaya? jika ada salah 1 tiang yang hancur, apakah gua tidak akan runtuh? Apalagi saat menghancurkan pasti ada guncangan yang terjadi, sepertinya sangat berbahaya. Jika sampai gua runtuh, Chely bisa berakhir di sini, tentu saja Chely akan tertimbun reruntuhan gua dan nyawanya tidak akan selamat. Chely mencoba berpikir dan mengira-ira apa yang akan terjadi. "Apa yang harus aku lakukan? Jika aku menghancurkan ini, apakah gua akan runtuh? Semoga saja tidak." Chely harus mengambil resiko ini, apa pun yang terjadi, dia tidak punya pilihan yang lebih baik. Mungkin dia harus pelan-pelan dalam menghancurkan 1 tiang penjara batu, hal itu agar gua tidak runtuh dan membunuhnya, pilihan yang beresiko.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD