"Lee .... "
"Jangan takut Alea, aku tahu apa yang kau rasakan."
"Kau tidak tahu, Lee. Kau tidak tahu!" Alea berusaha mendorong tubuh Lee agar menjauh darinya.
"Lea, aku tahu, sangat tahu. Aku pernah mengalami apa yang kamu alami. Aku sangat tahu, bagaimana perasaan sakit, saat kita merasa sudah menyakiti seseorang, bahkan sudah membuatnya kehilangan nyawa, aku tahu Lea, aku pernah mengalaminya," Lee menangkup wajah Alea dengan kedua tangannya. Alea menatap mata Lee, ia menemukan kejujuran di sana.
"Sore tadi, aku menelpon Bik Tumini, menanyakan tentang traumamu terhadap dapur. Aku tahu tidak mudah memaafkan diri sendiri. Aku tahu tidak mudah menghapus rasa sesal di dalam hati. Tapi, kita tidak boleh terbelenggu dalam penyesalan. Kita harus tetap melanjutkan hidup, yang pergi bisa kita doakan, agar tenang di sana. Penyesalan yang berlarut-larut, tidak akan membuat yang pergi hidup kembali."
Air mata jatuh di pipi Alea, Lee mendekap kepala Alea ke dadanya. Lee teringat akan masa lalunya sendiri. Ia tahu benar, tidak mudah bangkit dari rasa sedih, dan penyesalan yang terus membayangi.
"Aku akan membantumu ke luar dari rasa takut, dan rasa cemasmu, Alea." Lee merenggakan pelukannya. Alea menatap wajah Lee, Lee tersenyum.
"Percayalah padaku," Lee mengusap pipi Alea lembut. Diputarnya tubuh Alea, dibawanya bergeser mendekati tempat mencuci sayur, dan piring. Dituntunnya tangan Alea untuk mencuci sayur yang tadi jatuh di lantai.
"Kita masak sayur sop ya," bisik Lee. Lee menyerahkan pengupas kulit wortel, dan Kentang. Ia menuntun tangan Alea untuk mengupas kulit wortel.
"Kau memang supir kurang ajar Lee, majikanmu ingin kau suruh masak untukmu!" Alea menepiskan tangan Lee yang memegang tangannya.
"Kau jangan lupa Lea, sekarang statusku adalah suamimu. Aku sudah katakan, kau hebat menggoyang raja kecilku di atas ranjang. Tapi, kau belum terbukti mampu menggoyang lidahku juga," bisik Lee.
Lee menggulung rambut panjang Alea yang tergerai, lalu ia meraih sumpit di tempat sendok, dan menusukan sumpit itu untuk menahan gulungan rambut Alea. Satu kecupan mendarat di tengkuk Alea.
"Apa rasa takutmu sudah hilang pada dapur, Lea?" Lee menggeser tubuhnya, ia berniat menyalakan kompor untuk menggoreng ayam, dan merebus air untuk sop.
Api menyala, Alea tersentak melihatnya, tubuhnya bergetar hebat, alat kupas di tangannya terjatuh, keringat dingin ke luar dari pori-pori tubuhnya.
"Lea," Lee sigap mematikan kompor, lalu membawa Alea ke dalam pelukannya.
"Tenang Alea, tenangkan dirimu. Kau harus bisa mengendalikan rasa takutmu. Lihatlah aku, aku pernah menabrak orang hingga tewas, cukup lama aku mengalami trauma, sampai seseorang mengatakan padaku. Lawan rasa takutmu, jadikan hal yang menakutkan bagimu sebagi temanmu. Aku tahu, tidak mudah melakukan itu. Tapi lihatlah aku, aku mampu melakukannya dengan bantuan seseorang. Kau pasti bisa dengan bantuanku."
"Tidak sekarang Lee, aku merasa sangat lelah" sahut Alea lirih. Lee bisa merasakan tubuh Alea yang lemas di dalam pelukannya. Dibopongnya tubuh Alea, Alea melingkarkan kedua tangannya di leher Lee. Lee berusaha menahan kemesumannya, yang tergoda oleh tubuh Alea yang membayang di balik lingerie tipis yang membungkus tubuh Alea. Apa lagi paha Alea yang terlihat jelas tanpa terbungkus apa-apa. Namun Lee tahu, ini bukan saat yang tepat untuk menuruti pikiran mesumnya.
Tiba di kamar Alea, Lee membaringkan Alea di atas ranjang. Diselimutinya tubuh Alea. Lalu dikecup kening Alea lembut.
"Tidurlah, aku harus meneruskan memasak, sebelum cacing di dalam perutku berdemo," ujar Lee bercanda.
"Itu salahmu Lee, aku menawarimu ma ... hmppp" mata Alea melebar. Lee menindih tubuhnya, dan membungkam mulutnya dengan ciuman secara tiba-tiba. Alea menarik punggung baju Lee, ia berusaha melepaskan dirinya dari serangan Lee yang tidak sempat ia antisipasi.
"Sudah aku katakan padamu, Nyonya Alea, aku punya penyakit yang bisa kambuh dengan tiba-tiba." Lee tersenyum mengejek.
"Dasar supir kurang ajar!" tangan Alea terangkat, dan hampir melayang ke pipi Lee. Lee menangkap tangan Alea, dikecupnya lembut jemari itu. Alea berusaha menarik jemarinya. Tapi Lee menggenggamnya sambil melayangkan tatapan mesra, yang membuat wajah Alea merona.
"Supir kurang ajar, kau membuatku menghianati Mas Reno. Kau juga sudah menghianati kepercayaan Mas Reno padamu, Lee!" Alea membuang pandangannya.
"Tuan Reno memintaku menjagamu. Aku rasa, ini salah satu cara aku menjagamu. Aku kira tidak mudah bagimu menjadi janda muda, karena harus menahan hasrat yang menggelora. Aku halal bagimu, kau halal bagiku. Lalu kenapa kita harus menahan rasa yang sesungguhnya tidak dilarang."
"Kau memanfaatkan keadaan Lee, aku tidak mau jadi sasaran kemesumanmu, aku tidak mau menjadi b***k napsumu!"
Lee tertawa mendengar cetusan kemarahan Alea.
"Apa tidak terbalik? Kau yang awal mulanya memperkosa aku. Yah, aku akui, kalau aku bukan perjaka ting-ting. Aku akui juga kalau aku punya penyakit m***m. Tapi, aku bukan pria yang tidak bisa menahan kemesumanku. Raja kecilku tahu mana yang dosa, mana boleh aku nikmati. Soal b***k napsu, aku tidak yakin kalau aku sudah memperlalukanmu bagai b***k. Seingatku, kau selalu kumanjakan, sehingga selalu bisa mencapai o*****e yang paling kau inginkan. Aku benarkan, Nyonya Alea?" Lee menarik sumpit dari bawah kepala Alea.
Wajah Alea merah padam karena ucapan Lee. Meski hidupnya bisa dikatakan bebas, tapi hanya Reno yang pernah bercinta dengannya, itupun saat mereka masih sebagai sepasang suami istri. Alea selalu teringat pesan kakek, dan neneknya, agar menghindari dosa zina. Saat ia memasukan obat bius ke minuman Martin, ia hanya ingin membalas Martin, ia berencana meninggalkan Martin sendirian di dalam kamar hotel. Tapi, Lee sudah membuyarkan rencananya.
"Huhhh, perutku lapar Alea, aku harus memasak. Kunci pintu kamarmu, kalau kau tidak ingin aku jadikan hidangan penutup, setelah aku memakan santap malamku." Ancam Lee dengan nada bercanda. Begitu Lee ke luar dari kamarnya, Alea langsung turun dari atas ranjang, dan segera mengunci pintu kamarnya. Ia takut, Lee akan melaksanakan ancamannya, dan ia tidak mampu untuk melawan keinginan tubuhnya.
BERSAMBUNG