3 :: Pertemuan Singkat ::

1053 Words
Suara dentuman music yang di dengar Anne sebenarnya membuat dia sangat ingin segera pergi dari tempat itu, namun apa daya dia disana mencari uang dan dia hanya bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik lalu setelah selesai baru dia bisa pergi. Di dalam bar itu ada seorang pria yang terus memperhatikannya namun tidak lama pria itu pergi bersama dengan temannya. Setelah waktu terus berputar jam kerjanya juga sudah habis dan dia memutuskan untuk segera kembali ke tempat dimana dia tinggal selama masih menjalani kuliah. Setelah ayahnya meninggal Anne memutuskan untuk mundur satu tahun mendaftar kuliah dan karena letak kampusnya yang lumayan jauh dari rumah Anne memilih untuk menginap di rumah yang memang bisa ditinggali untuk mahasiswa yang kuliah di tempatnya meski tidak gratis namun jika dibandingkan dia harus bolak-balik ke rumah dan kampusnya itu memakan waktu yang lama sehingga Anne memutuskan untuk tinggal di asrama kampusnya. Asrama yang dimaksud disini bukan seperti asrama bergedung besar dimana ditempati banyak orang namun ada satu rumah yang akan memiliki empat kamar dan masing-masing kamar di tempati oleh dua orang. Teman satu kamar Anne bernama Tesy dan begitu dia melihat Anne dia langsung memberitahukan Anne kalau temannya Loise menelpon meminta Anne untuk menjemputnya di sebuah club malam. Anne yang bingung karena ini sudah sangat malam menjadi tidak tenang lalu Tesy mengatakan akan membantun Anne ke tempat Loise. Tesy memang memiliki mobil dan mereka langsung ke tempat Loise. “Kau belum membeli ponsel juga An ?” tanya Tesy saat mereka dalam perjalanan. Anne memang belum membeli ponsel karena menurutnya itu tidak terlalu penting, jika keluarganya ingin mennelponnya mereka bisa menghubungi nomor telpon rumah asramanya atau seperti Loise yang menghubungi Tesy. “Aku tidak bermaksud apa-apa hanya saja kau sangat memerlukan ponsel untuk dirimu sendiri. Kau bisa membeli secara kredit jika tidak memiliki uang lebih saat ini,” kata Tesy dan Anne yang mengangguk mengerti. Begitu sampai di club malam itu Tesy dan Anne langsung masuk dan mencoba mencari-cari Loise di kerumunan banyak orang disana hingga akhirnya mereka melihat Loise sedang berdiri dan seorang pria menamparnya. “Loise,” teriak Anne dan dia langsung menggapai tubuh Loise dibantu Tesy yang juga memegang tubuh Loise. “Hei apa yang kau lakukan,” ujar Anne menatap pria tua di depannya ini tidak suka. “Katakan kepada teman bodoh mu ini untuk segera mengembalikan apa yang aku berikan.” Loise yang masih setengah sadar langsung memberontak membuat Tesy dan Anne segera membawanya pergi dari sana dengan susah payah. Di dalam mobil Anne melihat kebelang dimana Loise sedang duduk dan memejamkan mata, sudut bibirnya terdapat luka karena tamparan pria tadi. Tesy menatap Anne membuat Anne kembali mengucapkan terima kasih kepada Tesy. Anne lalu berpikir itukah pria yang menjadi kekasih Loise selama ini ? kenapa Loise mau berpacaran dengan pria yang pantas menjadi ayah untuknya itu. Setelah sampai di rumah asrama mereka Tesy dan Anne membantu Loise untuk masuk kedalam kamar mereka dan membaringkan Loise di ranjang milik Anne. “Aku ingin ke dapur sebentar, perut ku menjadi lapar.” Tesy lalu pergi setelah mengatakan hal itu. Anne menatap Loise yang sudah menutup rapat matanya dan memutuskan untuk mengganti pakaian yang dia gunakan lalu beranjak untuk tidur di lantai. *** Liam dan Levin sedang duduk di sebuah restoran pagi hari sebelum mereka memulai aktifitas mereka pagi itu. Liam memberitahu semua detail pekerjaan Levin dan dia mengerti. “Kau tidak ikut nanti malam ?” tanya Levin padahal dia sudah tahu jawabannya. “Kau bisa mengajak yang lainnya Lev, aku tidak ingin istriku marah.” Levin dan Liam tertawa dan mereka segera pergi dari sana, saat akan masuk kedalam mobil Levin tidak sengaja kembali melihat satu wanita yang sudah beberapa kali dia perhatikan. Wanita itu seperti memiliki magnet tersendiri untuk menarik perhatiannya. “Kau menyukainya ?” tanya Liam yang menepuk pundak Levin karena tidak bergerak sama sekali masuk kedalam mobil, dia hanya terus menatap wanita yang sedang memarkirkan sepeda dan sekarang sudah berjalan masuk ke dalam restoran tempat mereka masuk tadi. “Sepertinya dia adalah wanita baik-baik dan tidak tertarik kepada mu Lev, dia masih sangat muda.” Liam tertawa melihat rahang Levin yang mengeras. “Jika ada kesempatan aku pastikan dia akan menjadi milik ku.” Levin tersenyum bagaikan iblis yang siap mencabut nyawa seseorang sementara Liam hanya diam dan melajukan mobil mereka. Anne yang setelahnya keluar dari restoran itu membawa satu kantong plastic makanan, dia tentu tidak memiliki uang ini adalah uang dari Loise yang meminta Anne membelikannya sarapan di restoran itu. Begitu sampai di tempatnya Anne langsung memberikan bungkusan itu kepada Loise dan Tesy juga ikut mendekat dan mereka menikmati sarapan pagi itu dengan nikmat tapi disaat mereka makan Loise tahu Anne menginginkan penjelasan darinya sehingga dia menarik napas dan menatap Anne. “Baiklah aku akan menceritakan semuanya,” kata Loise dan Anne memberikan senyuman. “Nama pria itu David, dia menjadikan ku sebagai kekasih gelapnya namun karena aku menemukan pria yang lebih kaya darinya aku lalu memutuskan hubungan dengannya.” Anne terdiam dan matanya sempurna melebar, dia tidak menyangka Loise akan memilih jalan menjadi wanita simpanan pria tua semalam. Tesy yang juga mengetahui hal itu dibuat terkejut dengan apa yang Loise katakan. “Kau gila Loise,” ujar Anne kembali mengunyah makanannya. “Aku hanya mencoba realistis An, tidak ada salahnya menjadi kekasih para pria tua itu dan setelah merasa cukup aku akan berhenti dan membuka usaha ku sendiri. Daripada menghabiskan waktu berpacaran dengan pria muda dan tidak memiliki apa-apa aku hanya menyia-nyiakan waktu ku saja.” Tesy sepertinya mulai setuju dengan apa yang Loise katakan terlihat dia tersenyum dan dengan santai menanggapinya. “Kalian harus ikut aku nanti malam, akan banyak pria kaya raya di pesta nanti malam.” Loise mengajak dua temannya itu dan Tesy terlihat antusias namun tidak dengan Anne. “Aku harus bekerja,” katanya dan Loise menggelengkan kepala. “Nanti malam kau libur aku tahu jadwal mu sayang,” katanya dan Anne menghembuskan napasnya. “Ayolah Anne, apa yang Tesy katakan ada benarnya juga.” “Aku tidak mau.” “Maka kau bisa menemani kami saja, lumayan kita bisa makan enak nanti malam.” Loise masih membujuk sahabatnya itu “Ayolah Anne sekali saja,” ujar Loise lagi dan Anne kali ini mengiyakan ajakan sahabatnya itu. Anne berpikir dia hanya pergi kesana dan bukan untuk ikut menjadi seperti yang Loise lakukan, entah dengan Tesy. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD