Seorang pria duduk dengan santai di ruang kerjanya ditemani seorang gadis yang hanya menggunakan bikini. Wanita itu adalah model yang akan menjadi bintang iklan dari bisnisnya dan setiap ada model yang akan mendaftar untuk di kontrak mereka akan diminta ke ruangan Levin dan menunjukkan kebolehan mereka sehingga membuat Levin terarik dan meminta sekertarisnya untuk memberikan kontrak kepada model tersebut, dan hanya beberapa model saja yang bisa membuat Levin mengajaknya untuk berkencan dalam satu pekan atau yang paling singkat satu malam menghabiskan waktu bersama di ranjang hotel mewah yang akan dia bayar.
Levin masih sangat tampan dan gagah meski usianya terbilang sudah menginjak empat puluh tujuh tahun dan bulan depan dia akan berulang tahun dan umurnya akan bertambah menjadi empat puluh delapan. Dia memiliki satu anak perempuan bernama Emma Howard dan mantan istrinya yang cantik dan seksi bernama Miranda. Mereka bercerai setelah tiga tahun menikah karena Miranda ketahuan berselingkuh dengan rekan bisnis Levin menjadikan Levin yang malang hidup dalam kesepian karena Miranda ternyata membawa putrinya yang masih berusia dua tahun saat itu bersamanya. Levin hanya pernah menemui putrinya dua kali dalam satu tahun disaat putrinya itu ulang tahun dan malam ini Levin harus datang ke pesta ulang tahun putrinya yang sudah beranjak dewasa itu.
Di luar ruangan Levin sang sekertaris merasa jengah mendengar suara erangan kepuasan dari Levin dan sang model, sepertinya karena nanti malam akan ada acara Levin tidak ingin menyia-nyiakan kehilangan tubuh seksi didepannya.
Suara wanita dengan rambut pirang di depan Levin terus mendesah nikmat akibat perbuatan Levin. Mereka melakukannya di meja kerja Levin dan tidak ada masalah bagi keduanya mereka benar-benar menikmati bercinta disana. Levin sudah selesai dengan kenikmatan yang dia raih namun sang wanita sepertinya tidak ingin lepas dari kurungannya, membuat Levin seketika mengusir wanita malang itu.
Setelah melihat model itu keluar terburu-buru sekertarisnya pun memberikan jeda sedikit untuk Levin barulah dia masuk ke ruangan bosnya itu.
“Kau sudah bos ?” tanya Liam dengan senyuman mengejeknya.
“Ya sudah, rasanya biasa saja.” Liam tertawa mendengar ucapan bos sekaligus sahabatnya itu. Levin dan Liam sudah bersahabat lama namun kehidupan mereka berdua jauh berbeda. Liam memiliki hubungan yang harmonis dengan sang istri dan juga anak-anaknya namun tidak begitu dengan Levin.
“Kau sudah membelikan kado yang ku minta untuk Emma ?” tanya Levin sambil menutup laptopnya dan merapikan kemeja yang baru dia kenakan.
“Sudah aku sangat yakin Emma akan sangat menyukainya.”
“Tentu dia akan suka, dia mirip dengan ibunya.”
Mendengar jawaban Levin sahabatnya itu hanya terdiam, dia tahu Levin sangat menyayangi putrinya namun mungkin tidak dengan sang anak. Perceraian Levin dan Miranda membuat jarak yang sangat jauh antara dia dan putrinya, Emma seolah hanya memanfaatkan kekayaan Levin dan nama besar sang ayah kandungnya namun Emma tidak terlalu perduli dengan Levin itu sangat jelas dapat Liam lihat.
****
Sebuah dress yang terlihat sangat indah di sebuah patung membuat Anne tidak bisa berhenti berkedip menatapnya. Dia sedang menemani sahabatnya Loise membeli gaun pesta untuk menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman sekelasnya, dan Loise mengajak Anne untuk menemaninya pergi kesana karena mereka berdua sama-sama tidak memiliki pacar. Loise adalah anak dari sahabat ibunya sehingga mereka juga bersahabat sedari kecil, dan keluarga Loise jauh berbeda dari Anne. Ibu dan ayah Loise bercerai dan ayahnya adalah pemabuk yang parah sehingga ibu Loise terpaksa menjauhkan Loise dari ayahnya namun pekerjaan ibunya membuat kasih sayang ibu di diri Loise kurang sehingga Loise tumbuh menjadi anak yang pemberontak dan bergaul dengan pergaulan malam yang bebas.
Tapi tidak dengan Anne, meski dia dan adiknya tidak memiliki ayah lagi ibunya masih terus bersama mereka meski mereka kesulitan ekonomi karena ibunya hanya bisa membuat kue dan menjualnya ke toko-toko atau sekedar menyetrika baju para tetangga dan mencucinya tapi kehangatan di keluarga mereka masih ada membuat Anne juga tumbuh menjadi wanita yang baik dan tidak terpengaruh lingkungan sekitarnya.
“Kau akan membeli gaun itu ? tanya Anne ketika Loise bersiap masuk.
“Kenapa tidak, itu adalah gaun yang sangat indah bukan ?” tanya Loise balik.
Lalu saat dia melihat Loise membayar di kasir dengan sebuah kartu kredit Anne bertanya darimana Loise mendapatkan uang sebanyak itu. “Aku tidak ingin kau bertengkar dengan ibu mu karena sudah menggunakan kartunya dan gaun itu sangat mahal.” Anne menarik lengan Loise saat ingin memberikan pin kartunya namun Loise menarik tangannya dengan keras dan tatapan yang tidak suka kepada Anne. Dia menyelesaikan transaksi belanja lalu setelah semua beres dia berbicara kepada Anne.
“Aku tidak memakai kartu milik wanita itu, uang ini milik kekasih ku dan aku bebas menggunakannya.” Loise tersenyum bangga namun Anne kembali bingung karena setahunya Loise tidak memiliki kekasih dan jika memiliki kekasih kenapa Loise meminta ditemani ke pesta olehnya. “Kau tidak mengenalkan kekasih mu kepada ku ?” tanya Anne kali ini dengan senyuman bahagia, bagaimana pun juga Loise adalah sahabatnya yang selalu ada untuknya jadi dia ikut bahagia jika Loise sudah memiliki kekasih.
“Aku bertemu dengannya dalam sebuah pesta malam yang luar biasa mewah dan salah satu teman ku mengenalkannya lalu kami menghabiskan malam bersama dan dia mengatakan sangat tertarik dengan ku dan ingin aku menjadi kekasihnya. Aku akan mengenalkan dia kepada mu saat dia tidak sibuk,” kata Loise terlihat sangat bahagia.
“Hem sepertinya dia sangat banyak pekerjaan, apa dia kaya raya ?”
“Sepertinya begitu melihat kartu yang dia berikan kepada ku.” Mereka berdua tertawa bersama lalu kembali ke rumah karena hari mulai gelap.
****
“Anne,” panggil Rose ibu dari Anne.
“Ya mom,” jawab Anne dari dalam kamarnya masih menyemprotkan parfume murah yang dia miliki.
“Keluarlah Loise sudah datang menjemput mu.” Segera setelah mendengar hal itu Anne turun dari tangga dengan cepat dan mengecup pipi ibunya namun Rose menghentikan putrinya itu saat ingin keluar dari dalam rumah.
Rose mengamati dress yang digunakan Anne dan dia merasa sangat bersalah. Anne yang tahu pikiran ibunya segera tersenyum “Dress ini masih sangat bagus mom kau tenang saja, aku hanya menami Loise saja.” Klakson mobil sudah dapat di dengar Anne dan segera dia mencium pipi ibunya lalu pergi. “Jangan pulang terlalu larut Anne,” kata Rose lalu memperhatikan mobil yang membawa putrinya itu pergi.
Di dalam hatinya Rose merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan putrinya dress yang baru untuk dikenakan, sudah empat tahun ini mereka tidak membeli barang-barang baru termasuk baju agar bisa menghemat. Mereka hanya bergantung hidup dari uang asuransi suaminya dan juga pekerjaan apa saja yang bisa dia kerjakan
Bersambung...