Identity 13 - Meninggalnya Ibu Amelia
Baru saja kemarin Amelia merasakan kebahagiaan yang luar biasa, karena ia bisa memiliki kekasih seperti Remon. Namun, hari ini Amelia mendapatkan kabar. Bahwa mobil yang dikendarai oleh orang tuanya mengalami kecelakaan. Hal itu membuat Alika, ibunya Amelia meninggal dunia di tempat. Posisi Alika memang terancam. Mobil bagian kiri mereka rusak parah karena membentur pembatas jalan. Alika memang berada diposisi sebelah kiri. Menurut saksi mata, ada mobil truck bermuatan pasir dari arah berlawanan. Saat itu memang kondisinya sedang hujan. Jalanan menjadi licin, sehingga membuat truk itu menabrak mobil Andre dan Alika. Menyeret mereka sampai pembatas jalan tol. Supir truk itu bilang, kalau rem truk yang dikendarainya blong. Saat ini supir truk itu sudah menjadi tersangka, karena kelalaiannya dalam berkendara. Kecelakaan itu menewaskan Alika dan membuat Andre memgalami luka-luka. Beruntungnya Andre masih selamat dalam kecelakaan itu. Meski harus mendapatkan perawatan intensif di ruang ICU. Andre masih dalam kondisi kritis. Semoga saja Andre masih bisa terselamatkan.
"Halo saya polisi. Mau mengabarkan, bahwa keluarga anda yang bernama Andre dan Alika mengalami kecelakaan di jalan tol menuju Bandung. Kedua korban sudah di larikan ke rumah sakit. Korban bernama Alika sudah meninggal di tempat. Sedangkan korban yang bernama Andre masih dalam kondisi kritis," lapor polisi dalam sambungan telepon rumah Amelia. Betapa terkejutnya Amelia mendengarkan kabar ini. Bagaikan petir di siang bolong.
Amelia terduduk lemas mendengarkan kabar buruk tentang orang tuanya. Amelia benar-benar lemas. Amelia masih mencerna kata-kata polisi yang diucapkan tadi. Apa ini sebuah prank? Amelia berharap itu benar-benar prank. Atau mimpi buruk saja, sehingga ia bisa buru-buru bangun. Dan memeluk Andre dan Alika.
Setelah merasa tenang. Amelia meminta supirnya untuk mengantarnya menuju rumah sakit, dimana Andre dan Alika di bawa. Dalam perjalanan menuju rumah sakit. Air mata Amelia tidak berhenti menetes. Maish berharap semua itu hanya mimpi buruk bagi Amelia.
"La, tolong bilang semua ini hanya mimpi, La. Gue enggak mau ini terjadi," ucap Amelia dalam sambungan teleponnya dengan Najla. Yang diingat Amelia hanyalah Najla. Najla orang pertama yang Amelia kabarkan tentang kabar duka yang menimpa orang tuanya.
"Sebentar, sebentar. Elo tarik napas dulu. Apa yang sebenarnya terjadi, Mel. Sepagi ini elo telepon gue sambil nangis. Apa ada hal buruk yang menimpa elo?" Tanya Najla. Karena memang Amelia langsung telepon Najla sambil nangis.
"Papa sama Mama, La. Papa.. Mama.. mengalami kecelakaan. Kata polisi papa dalam keadaan kritis. Sementara mama.. mama.. mama.. meninggal, La," tangis Amelia semakin pecah.
Najla yang mendengarkan kabar itu juga ikut menangis. Najla sangat dekat dengan Andre dan Alika. Najla sudah menganggap Andre dan Alika sebagai orang tua kedua bagi Najla.
"Elo serius, Mel? Please jangan ngeprank gue!" Najla masih tidak percaya dengan kabar yang baru saja diucapkan Amelia.
"Gue harap gue ngeprank elo, La. Sayangnya semua ini nyata," ucap Amelia dengan berat. Hati Najla seperti teriris-iris. Najla telah kehilangan orang tua keduanya. Yang lebih sayang pada Najla dibandingkan orang tuanya sendiri.
"Elo ke rumah sakit mana? Biar gue susul, Mel. Elo tenang ya, gue sama sedih dan kagetnya kayak elo. Mereka juga orang tua gue, elo tenang ya, Mel," Najla berusaha menenangkan sahabatnya. Meskipun sebetulnya air mata Najla juga sangat deras menetes.
"Reyas Hospital, La. Ketemu di sana ya, temenin gue," ucap Amelia. Setelah itu meteka mengakhiri teleponnya. Karena memang Amelia sudah tidak sanggup untuk berkata-kata lagi.
Najla bersiap-siap untuk pergi ke Reyas Hospital. Sebelum itu, Najla menelpon Remon. Mengabarkan kabar yang menimpa orang tua Amelia. Remon perlu tahu, Amelia perlu dukungan saat ia mengalami musibah seperti ini. Bagaimanapun juga saat ini adalah Remon adalah orang yang terdekat dengan Amelia selain Najla. Setidaknya kalau ada Remon dan Najla di sisinya. Amelia akan sedikit lebih tenang.
"Mon, elo cepet ke Reyas Hospital. Orang tuanya Amelia mengalami kecelakaan. Mamanya meninggal, ayahnya kritis," ucap Najla dalam sambungan teleponnya dengan Remon.
Remon cukup terkejut mendapatkan telpon dari Najla. Kabar buruk pula yang dia kabarkan. Kalau mengalami musibah seperti ini. Pasti rencananya akan mengalami keterlambatan. Namun, Remon tidak bisa berbuat apa-apa. Semua ini memang harus ia jalani.
"Baiklah, gue akan ke sana," sahut Remon singkat. Kemudian Remon menutup telepon dari Najla.
Mendengar hal itu Remon dengan setia menemani Amelia. Remon berusaha menghapus kesedihannya. Semua hanya bisa mengandai-andai. Seseorang yang tengah dalam kondisi sekarat karena sakit, bisa saja sembuh dengan tiba-tiba. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang tampak sehat atau biasa saja bisa saja mendadak mati.
Padahal rencana Remon sudah hampir berhasil. Sudah di depan mata. Mereka tinggal menentukan tanggal baik untuk pernikahan mereka.
"Sial! Kenapa pake acara kecelakaan segala lagi. Gue enggak jadi nikah nih sama Amelia," rutuk Remon kesal.
Remon segera pergi ke Reyas Hospital. Sesampainya di sana, Amelia sedang berpelukan dengan Najla. Wajahnya basah dengan air matanya yang terus menetes tanpa henti. Bagaimana tidak sedih, kehilangan orang tua yang Amelia sayangi. Pasti semua ini pukulan sangat berat bagi Amelia.
Berbeda dengan Remon, karena ayahnya selalu bekerja. Meskipun sebagai OB. Yusuf memang tidak ada waktu memberikan kasih sayang pada Remon. Maka saat Yusuf meninggal. Remon tidak meneteskan air mata sama sekali. Tidak raut kesedihan di wajah Remon. Lebih tepatnya wajah kekesalan yang terlukis di wajah Remon. Kesal karena Yusuf harus meninggal dunia, di saat hutangnya semakin membengkak. Mau tidak mau Remon yang harus menanggung beban semua ini. Yusuf yang berhutang, Remon yang harus membayarnya.
Memang Yusuf berhutang juga bukan untuk yang tidak-tidak. Yusuf berhutang untuk bisaya pengobatannya. Yang Remon kesal, Yusuf tidak pernah membicarakan hal itu dengan Remon. Mungkin jika Yusuf membicarakan hal itu dengan Remon. Akan ada solusi terbaik yang bisa mereka bicarakan.
"Re.. Remon. Mama, Remon. Mama udah enggak ada," ucap Amelia sambil terisak tangis. Remon memeluk Amelia yang tengah berduka. Remon harus melakukan hal itu. Agar Najla percaya kalau Remon mencintai Amelia. Sebetulnya Remon enggan berpelukan dengan Amelia. Ya, terpaksa demi semua rencananya.
Jenazah Alika sudah di mandikan dan sudah beres semuanya. Tinggal menunggu untuk di makamkan. Sementara Andre juga sudah masuk ruang ICU. Untuk mendapatkan perawatan intensif.
Berat sekali rasanya harus mengantarkan orang tua kita ke pemakaman. Alika masih sangat muda. Namun, yang namanya ajal. Tidak memandang tua atau muda. Bayi yang baru lahir sekalipun ada yang langsung meninggal. Tidak ada yang siap untuk kehilangan. Namun, siap tidak siap kita harus siap menunggu giliran untuk dipanggil. Itu saja yang perlu diingat.
Maka hikmah yang harus dipetik dari kejadian kecelakaan orang tuanya Amelia ini. Yaitu kita harus melakukan hal apapun hari ini. Karena hari esok masih ada atau mungkin telah tiada. Kematian itu rahasia Tuhan, kita tidak bisa meminta atau tidak diminta. Cepat atau lambat semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Entah itu cepat atau lambat. Dalam keadaan sakit ataupun sehat. Orang yang sakit lama bisa saja sembuh dan berumur panjang. Sedangkan orang yang sehat bisa saja mendadak meinggal kecelakaan seperti orang tuanya Amelia. Padahal sebelum kecelakaan Amelia sempat teleponan dengan orang tuanya.