Identity 10 - Kencan Pertama

1221 Words
Identity 10 - Kencan Pertama Berhubung hari ini adalah hari kencan pertama Amelia. Najla harus membantu kesuksesan kencan Amelia. Amelia memang selalu berusaha untuk dandan secantik mungkin. Menutupi tanda lahirnya yang memang dipandang jelek oleh semua orang yang melihatnya. Namun, sepertinya baju yang dikenakan Amelia juga kurang pas untuk kencan pertamanya. Maklum Amelia belum pengalaman berkenan. Najla mengobrak abrik lemari pakaiannya. Ia juga mengeluarkan kotak kosmetik miliknya. "Sini biar gue make over. Remon bakalan kabur lihat dandanan elo kacau kayak gini," ucap Najla. Amelia hanya nyengir kuda. Padahal tadi pagi ia di rumah sudah sangat berusaha untuk dandan secantik mungkin. Malah sampai nonton tutorial make up. Namun, memang dasarnya tidak bisa dandan. Bukannya bagus malah kesannya memaksakan. Untungnya Amelia punya sahabat seperti Najla, yang bisa diandalkan di saat seperti ini. Amelia malah merasa malu karena dulu sempat bersikap tidak baik pada Najla. Tahunya Najla benar-benar tulus pada Amelia. Najla benar-benar ingin beteman dengan Amelia. Saat itu, Amelia memang sedang tidak mau beteman dengan siapapun. Lukanya atas penghianatan yang dilakukan ketua OSIS dan Enrico cukup membekas di hatinya. Makan Amelia bertekad untuk menutup pintu pertemanan di hatinya. Yang Amelia perlu lakukan adalah kuliah dengan baik dan benar. Tidak perlu ada teman dekat. Amelia tidak mau dimanfaatkan lagi. Amelia harus lenih selektif dalam memilih teman lagi. Jangan sampai kepolosannya dimanfaatkan lagi. Suatu hari, Amelia yang sedang sendirian di kelasnya. Arini dan teman-temannya lainnya menghampiri Amelia. "Eh itik! Gue pinjem bahan tugas elo dong! Elo pasti udah ngumpulin bahan buat tugas kan?" Todong Arini saat itu. "Ma.. maaf. Aku ada perlu." Amelia mencoba untuk menghindari Arini. Amelia mulai mencium niat busuk Arini. Namun, belum sempat Amelia pergi. Amelia menahannya. "Somong banget sih elo itik! Pinjam bahan buat tugas aja enggak boleh! Meresa jago elo? Merasa elo paling pintar karena elo selalu di puji sama dosen? Berlagak banget sih elo!" Ejek Arini. Arini memang selalu mencari gara-gara dengan Amelia. Sejak awal masuk kampus sampai sekarang ini. "Ma.. maaf aku tidak bermaksud seperti itu... Aku.. aku.." Amelia mulai tergagap. Amelia memang paling takut kalau di bully. "Sini!" Arini merebut semua buku dan tugas yang di pegang Amelia. Semua buku yang menjadi bahan tugasnya diambil oleh teman-temannya Arini. Dengan kejamnya Arini menyobek-nyobek tugas yang telah di kerjakan Amelia. Padahal tugasnya hampir selesai. Tinggal bab akhir Amelia kerjakan. Tapi malah disobek-sobek oleh Arini. "Selamat mengulang kembali. Makasih buat bahan tugasnya!" Ucap Arini tanpa belas kasihan. Mata Amelia mulai berkaca-kaca. Sepertinya memang tidak ada orang yang tulus mau berteman dengan Amelia. "Enak banget elo main rebut-rebut tugas orang! Ngakunya aja mahasiswa, tapi pikiran elo semu picik. Pake curi-curi bahan tugas orang lagi!" Najla datang dengan merebut semua buku milik Amelia. "Heh elo enggak usah ikut campur ya! Mau jadi sok pahlawan?" Tantang Arini. Najla mengeluarkan ponselnya. Dia memutar satu video di dalam ponselnya. Video itu ternyata saat Arini mengancam dan mengambil bahan tugas Amelia. Bahkan adegan saat Arini merobek-robek tugas Amelia juga ikut terekam. Mereka semua terbelalak melihat video itu. "Kalau kalian semua tidak mau sampai video ini sampai di lihat dosen. Cepat minta maaf sama Amelia, kemudian pergi! Yang menjijikan itu justru kalian. Kalian lah sampah masyarakat yang sebenarnya. Tidak mau berusaha dulu, main rampas-rampas kerjaan orang saja!" Sindir Najla. Sungguh menohok ulu hati Arini dan teman-temannya. Arini dan teman-temannya tidak punya pilihan lain, selain pergi. Arini dan teman-temannya pergi tanpa meminta maaf pada Amelia. Gengsi kali harus minta maaf pada Amelia. "Kamu enggak apa-apa kan, Mel?" Tanya Najla. Dia memang mencemaskan Amelia. Dari awal ketemu Najla memang selalu memperhatikan Amelia. Najla mencari cela agar bisa berteman dengan Amelia. Najla iba melihat Amelia yang terus-menerus di pandang rendah oleh teman-temannya di kampusnya. Najla perlu bertindak untuk melindungi Amelia. "Ma.. makasih," setelah itu Amelia mengambil buku bahan tugas dari tangan Najla. Kemudian Amelia pergi dengan berlinang air mata. "Hei tunggu!" Teriak Najla. Najla mengejar Amelia. Namun, ternyata Amelia berlari menuju parkiran. Dia langsung masuk ke dalam sebuah mobil. Mobil itu melesat pergi dengan cepat. Najla gagal mengejar Amelia. Najla sangat mengerti perasaan Amelia sekarang. Lagi-lagi Najla harus memberikan waktu untuk Amelia. Setidaknya Najla sudah bisa menolong Amelia. Bukan untuk jadi sok pahlawan, seperti yang Arini tuduhkan. Najla hanya ingin membela yang benar. Itu saja, karena kalau dibiarkan saja. Arini nantinya akan keenakan. Dan Amelia akan terus jadi bahan bullyan Arini. Semoga saja dengan tindakan Najla ini. Membuat Amelia menggubah persepsinya tentang Najla. Najla sungguh ingin beteman dengan Amelia. ********** Kencan pertama itu penting. Pasalnya, kita harus bisa memberi kesan pertama kepada pasangan. Jika kesan baik yang ditangkap pasangan, maka bisa jadi hubungan kalian bakal berjalan mulus. Maka dari itu, kita perlu mengenakan busana yang nyaman sekaligus memikat hatinya. "Tara!" Ujar Najla mengakhiri make over yang di lakukan pada Amelia. Amelia yang tadi menutup matanya sekarang perlahan membuka matanya. Ia mematut dirinya di depan cermin. "Wah cantik banget, tanda lahir gue sedikit tersamarkan. Makasih banget Najla. Elo emang sahabat terbaik gue!" Puji Amelia sambil memeluk Najla. Najla membalas pelukan Amelia. Najla tahu ini adalah acara penting bagi sahabatnya. Jangan sampai kencan pertamanya gagal karena banyak orang yang memandang sebelah mata pada Amelia. Remon memang tidak akan mempermasalahkan hal itu. Namun, Najla tahu. Amelia paling sensitif soal itu. Ia tidak mau ada orang yang menjelek-jelekkan Remon karena berkencan dengan dirinya yang jelek. "Bahagia terus ya, Mel. Gue seneng lihat elo seneng. Ingat pesan gue! Jangan terburu-buru. Gue sebagai sahabat elo, perlu menyelidiki dia juga!" Tegas Najla. "Kok kesannya Remon kayak tersangka. Hahaha siap ibu detektif. Elo tenang aja, gue juga lebih selektif dalam memilih teman sekarang. Apalagi pasangan," timpal Amelia. Amelia mematut dirinya di depan cermin. Terjadi perubahan yang cukup banyak. Tanda lahir di wajahnya memang sudah tersamarkan oleh sapuan make up Najla. Najla memang selalu banyak membantu Amelia. Najla selalu bisa diandalkan dalam berbagai macam hal. Amelia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Najla. Makanya saat Najla bercerita tentang keluarganya yang kurang memperhatikannya. Amelia menyambut Najla di rumahnya. Bahkan membagi kasih sayang mama dan papanya pada Najla. Amelia memang sengaja bilang pada Andre dan Alika. Untuk menganggap Najla sebagai anaknya juga. "Gitu loh mah, pah. Aku kasian sama Najla. Dia benar-benar kesepian." Amelia mengakhiri ceritanya saat itu. Amelia menceritakan Najla. Tentang orang tuanya yang terlalu sibuk bekerja sampai lupa pulang. Mungkin sampai lupa pada anaknya sendiri. "Iya, sayang. Papa dan mama senang kok, kamu berpikiran seperti itu. Najla juga udah baik banget sama kamu. Papa setuju kan kalau kita menganggap Najla sebagai anak kita juga?" Tanya Alika. "Setuju dong. Anggap aja kita punya anak kembar. Oke, sebagai bukti kasih sayang kita. Akhir pekan ini kita akan pergi jalan-jalan. Ajak Najla juga," ucap Andre. "Asssiikkk! Kita mau pergi ke mana pah?" Tanya Amelia senang. "Ada deh, yang penting happy. Pokoknya selalu ajak Najla kalau kita pergi jalan-jalan. Seperti yang kamu bilang. Papa dan mama akan menganggap Najla sebagai anak kita. Jadi kamu perlakukan Najla seperti saudara kamu sendiri. Oke?" Nasihat dari Andre. Betapa bahagianya mendengarkan ucapan bijak dari seorang ayah. Amelia benar-benar bersyukur karena sudah terlahir dari rahim Alika. Menjadi anak Andre dan Alika. Mereka berdua adalah orang tua yang hebat. Yang sangat mengerti anaknya. Meskipun mereka sibuk bekerja. Namun, mereka selalu mencari waktu untuk quality time bersama anak. Tidak seperti orang tua Najla yang lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan anaknya sendiri. Mereka berdua tidak tahu, bahwa harta saja tidak cukup. Najla kesepian, dia juga perlu pelukan dan kasih sayang dari orang tuanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD