Sandiwara Di Mulai

1226 Words
“Saat bertemu nenek nanti, ada beberapa peraturan yang harus kamu patuhi, Hazira. Dan ini berlaku untuk seterusnya.” Suara Rayyan terdengar, manakala mobil yang keduanya tumpangi sudah sampai di rumah sakit. Terparkir di amatir mobil mewah lain dan Hazira hanya mengangguki. Biar suasananya menjadi hening seperti ini saja. Biar Rayyan yang mengatur dan mengendalikan semuanya dan dia cukup menjadi boneka. “Kamu tidak boleh menjawab apa pun ketika nenek bertanya perihal hubungan kita. Kamu cukup mengatakan jika semuanya baik-baik saja.” Rayyan memulai dengan pandangan lurus ke depan. Seolah tak sudi melihat Hazira yang duduk di sampingnya dengan tubuh mengerucut—ketakutan. “kamu harus bersikap baik dan membuat nenekku senang. Kesehatan nenekku menjadi tanggung jawabmu dan apa pun yang terjadi, nenekku tidak boleh mengetahui rahasia ini. Di depan nenek, kita harus bersandiwara selayaknya suami istri yang bahagia. Paham?” Sekali lagi Hazira hanya mengangguki perintah Rayyan tetapi, laki-laki itu justru membentak seraya menatap Hazira tajam. “Kenapa hanya diam? Apa kamu bisu sekarang?” Hazira yang tersentak sampai gemetar telapak tangannya, sontak saja menjawab, “Paham, Tuan. Saya memahami peraturannya dan akan terus mengingatnya.” Ada perasaan sedih yang hinggap. Ada perasaan terluka yang terasa, manakala Rayyan selalu memperlakukannya dengan kasar. Tidak bisakah, pria itu memperlakukannya sedikit menusiawi? Tanpa sepatah kata, Rayyan keluar dari mobil. Meninggalkan Hazira yang masih menetralkan raut wajahnya serta mengendalikan diri untuk menguasai keadaan ini. Namun, di detik selanjutnya. Dia menjadi bingung sendiri karena tidak tahu, bagaimana caranya membuka pintu mobil ini? Apakah aku harus memanggil Rayyan? Belum sempat Hazira bersuara, Rayyan sudah menghampiri pintu di sampingnya. Dengan tangan kekarnya Rayyan membuka pintu dan dia pun bergegas keluar karena tidak mau memancing kemarahan pria itu. “Dasar kampungan! Membuka pintu mobil saja tidak bisa.” Lihat! Hal sekecil itu saja, Rayyan sudah memakinya. Bagaimana jika ada hal lain yang tidak bisa dia lakukan nanti? Hazira menghela napas berat. Siap tidak siap, dia memang harus memasang mental baja. Langkah lebar Rayyan memasuki rumah sakit dan Hazira pun mengekori. Tiba-tiba saja dia teringat pada Dirgantara yang saat ini berada di rumah seorang diri. Cukup terpaksa dia bohongi dengan dalih, dia mendapatkan pekerjaan baru dengan menjadi perawat pribadi. Namun, adanya Bi Sumi yang mulai hari ini tinggal di rumah dan dia tugaskan menjaga Dirga, tentu tidak harus membebani. Langkah tergesa keduanya akhirnya sampai. Di depan ruangan bercat putih itu, Rayyan sempat mencegah langkah. Menatap Hazira dengan pandangan tajam seperti biasa, kemudian mencekal tangan Hazira tanpa Hazira duga sebelumnya. “Di depan Nenek kita harus terlihat rukun ‘kan?” Itulah yang Rayyan katakan sebelum membuka pintu kemudian menarik langkah Hazira dengan terburu. Mendekati nenek Ratna yang saat itu duduk bersandarkan tepi ranjang dan melihat kedatangan keduanya dengan raut wajah keheranan. “Kalian—“ “Kami berdua sudah menikah, Nek.” “Apa?!” jawaban spontan Rayyan, jelas membuat wanita tua itu tersentak sampai mengusap permukaan dadanya yang tertutup syal. Membuat tuan Malik yang juga berada di sana, lekas menenangkan sang ibu dengan memegang pundaknya. “lelucon apa ini? Tolong, Rayyan. Jangan bicara—“ Rayyan lekas mendekat kemudian meraih tangan tua itu dengan hangat. Sangat berbeda sekali saat tangan kekar itu memegang tangan Hazira dan meremasnya kuat. Seolah ingin menghancurkan dan saat ini pun, Hazira tengah menahan rasa sakitnya. “Siapa yang membuat lelucon? Aku dan Hazira memang sudah menikah dan kami bisa membuktikannya. Ayah pun turut hadir di pernikahan kami.” Rayyan menunjukkan buku nikah miliknya dan Hazira sebagai bukti dan pernyataan tuan Malik yang mendukung semua ini. “Mereka berdua memang sudah menikah, Bu. Baru beberapa jam yang lalu dan aku hadir di sana.” “Ya Tuhan ...,” nenek Ratna tidak bisa berkata-kata. Ekspresinya menunjukkan, betapa bahagia dan terharunya wanita tua itu sekarang sehingga Rayyan pun membawa tubuh ringkih nenek Ratna ke dalam pelukan. Inilah yang Rayyan inginkan sampai menghalalkan segala cara. Tak peduli risiko besar apa yang harus ditanggungnya nanti yang penting, rencananya berjalan dengan lancar untuk saat ini. Sedang Hazira? Hazira hanya bisa melihat pemandangan itu dengan senyuman tipis nan samar. Tidak tahu harus mengungkapkan perasaannya bagaimana karena melihat kebahagiaan nenek Ratna, seketika itu juga membuatnya ikut merasakan hal yang sama. Mendadak, dia memaklumi perbuatan jahat Rayyan yang sudah menipunya sampai seperti ini. Membayangkan nenek Ratna bersedih karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan sampai ajal menjemput nanti, dia pun akan merasa bersalah sekaligus menyesal diri. “Rayyan ... bagaimana bisa?” saking terkejutnya, nenek Ratna masih belum bisa melontarkan pertanyaan yang pas. Wanita tua itu menatap Rayyan dan Hazira bergantian kemudian tersenyum lebar dengan manik mata berkaca-kaca. “Aku memikirkan kata-kata nenek jadi aku mengambil keputusan ini. Cukup singkat memang, tetapi aku percaya jika Hazira akan menjadi istri sekaligus menantu yang baik. Lagi pula pernikahan ayah dan ibu atas dasar perjodohan dan terbukti mereka bahagia dalam pernikahannya karena ada kecocokan satu sama lain. Aku pun berpikir, jika aku bisa melakukannya juga. Jadi, tanpa berpikir panjang aku mengajak Hazira menikah.” Serigala berbulu domba Mungkin sebutan itulah yang pantas disematkan Hazira untuk pria tegap di depan sana yang saat ini tengah melempar senyuman ramah dan memesona. Sangat berbeda sekali dengan raut wajah Rayyan beberapa menit tadi dan sudah seharusnya, dia mawas diri. “Bukannya kamu—“ “Tidak ada, Nek. Hubungan kami sudah berakhir dan saat ini, Hazira adalah pilihan terbaik.” Pilihan terbaik untuk menjadi kantung bayimu dan menipu dua orang itu? Batin Hazira tersenyum kecil. Sama sekali tidak menyangka, jika Rayyan akan seprofesional ini memainkan sandiwaranya dan menipu semua orang. Lantas, sandiwara apa lagi yang akan Rayyan buat saat menjadikan Indah sebagai istri kedua? “Nenek jangan berpikir, jika aku melakukan semua ini dengan terpaksa. Ini memang sudah menjadi pilihanku dan anggap saja sebagai kejutan karena cucumu ini sudah membuka mata lebar-lebar dan mantap meraih masa depan. Hanya ... maaf saja jika nenek masih berencana membuat pesta pernikahan. Sungguh aku tidak menginginkannya dan Hazira pun sepakat. Bukan karena kami tidak ingin menunjukkan kabar bahagia ini pada semua orang melainkan kami ingin menikmati kebahagiaan ini dengan cara kami sendiri. Tanpa harus campur tangan publik dan aku rasa, Nenek bisa mengerti.” Nenek Ratna hanya tersenyum kecil lantas meminta Hazira untuk mendekat. Rayyan sudah berhasil menipunya dengan begitu cemerlang sehingga tidak ada sedikit pun kecurigaan. Wajah wanita tua itu begitu berbinar dan tak lama lagi, Rayyan akan membuatnya murka luar biasa saat semuanya terbongkar. “Apa Rayyan memaksamu?” Manik mata Hazira dan Rayyan bertemu. Membuat Hazira gugup luar biasa apalagi dalam jarak sedekat ini. Keberadaan pria itu, jelas membuatnya merasa terintimidasi apalagi saat tangan Rayyan tiba-tiba menyentuhnya. Melilit pinggangnya dengan begitu berani sehingga membuatnya tersentak kecil. Demi Tuhan, ini pertama kalinya dia bersentuhan dengan pria dewasa yang bukan muhrimnya dan Rayyan, tidak seharusnya berbuat sejauh ini. “Jawab, Hazira.” Bibir Hazira bergetar kecil. Di tengah perasaan dilema akan semua tindakan Rayyan ini, dia merasakan telapak tangan besar Rayyan yang semakin berani. Tangan kekar itu mengusap perutnya dengan gerakan lembut nan pelan yang entah mengapa, menimbulkan gelenyar aneh yang seketika itu juga membuat bulu kuduknya meremang. Tertekan. Hazira sedikit melonggarkan pelukan itu dengan berpindah tempat. Yakni duduk di tepi ranjang nenek Rahma kemudian mengangguk dengan raut wajah pias luar biasa. “Tidak, Nenek. Sama sekali tidak ada paksaan di sini dan aku bahagia atas pernikahan kami. Semoga, aku bisa menjadi istri yang baik dan pernikahan ini tetap baik-baik saja sampai kami menua nanti.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD