Tidak terasa, sudah beberapa jam berlalu, sejak Ayra pulang dari rumah ayahnya. Dia kini sedang duduk di beranda rumah. Pikirannya melalang buana pada kejadian tadi. Ayra menghembuskan nafasnya panjang, “Kenapa ada dua hal yang menurutku sulit untuk dimengerti, hari ini.” Ayra memijit pelipisnya sendiri. Dia berpikir, jika hari ini, dia memiliki dua masalah yg janggal. “Pertama, saat aku membeli sayur di tukang sayur keliling. Kenapa ibu-ibu di sana menatapku dengan sinis, dan juga mengatakan bahwa aku tidak pernah berbelanja. Bangun siang? Sepertinya aku selalu bangun paling awal, daripada orang-orang yang berada di rumah ini,” monolog Ayra. “Dan lucunya, aku juga dilarang bertemu dengan ayah kandungku.” Ayra tersenyum miris, dia menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. “Kok