Keesokan harinya setelah Rangga menanyai istrinya itu dengan rentetan pertanyaan, Ayra jadi kehilangan mood. Ia merasa badannya terasa pegal, selain itu dia juga merasa sedikit meriang pada tubuhnya. Ayra masih terbaring di atas kasurnya, Dia sangat enggan untuk sekedar duduk atau berdiri dari kasur itu. “Kamu kenapa, Sayang?” tanya Rangga, ketika melihat wajah dan bibir istrinya itu pucat. Setelah hubungannya dengan Rangga menghangat, memang Ayra yang tidur di kamar Vano selalu dihampiri oleh Rangga. Sebenarnya bisa saja mereka satu kamar, tapi Ayra lebih memilih sekamar dengan Vano. “Sepertinya aku sakit. Aku boleh minta tolong nggak, tolong bilang sama Ibu, jika dia yang harus mengantarkan Vano, karena aku sedang sakit.” Rangga menganggukkan kepalanya dia langsung mengelus ramb