Daylon meringis saat Zalikha meremas miliknya di bawah sana. Dia sudah memperingatkan tapi Zalikha memberi ijin untuk Daylon bertindak lebih jauh lagi, terlebih gadis itu juga yang menginginkan.
Membuka ritsleting belakang gaun yang Zalikha kenakan dan melepas gaun itu dari tubuhnya. Gaun berwarna peach itu langsung terlepas dari tubuh Zalikha. Tersisa Bra dan celana dalam yang senada dan berenda. Lekukan tubuh Zalikha menjadi pemandangan yang sangat indah di mata Daylon. Pria matang itu sudah beberapa kali melihat tubuh wanita tapi tidak ada yang semolek tubuh Zalikha. Kulit putih dan mulus menambah pesona setiap lekukan, dua bukit kembar yang memiliki ukuran yang pas membuat Daylon tidak sabar untuk menjelajahinya.
Daylon terus memberikan sentuhan yang memabukan, sentuhan yang belum pernah Zalikha terima dari manapun, Hugo sekalipun belum pernah menyentuhnya.
"Ahhh ...." Zalikha tidak dapat menahan, desahan itu spontan keluar begitu saja dari bibir mungilnya.
Sementara Daylon sibuk menghisap kedua bukit kembar Zalikha bergantian. Dan kini satu tangannya mulai bergerilya menyusup kebagian bawah tubuh sang gadis, jari besar itu mengusap bagian tengah mencari gundukan mungil yang dapat membawa sang empunya menjerit jika dimainkan.
Pinggul Zalikha bergerak mengikuti permainan jari Daylon di bawah sana yang sudah keluar masuk begitu cepat dan konsisten.
"Ahhh ... Uncle Daylon... a-aku mau ... Ahhh ...," teriakan Zalikha bersamaan dengan keluarnya cairan hangat dari bawah tubuhnya membasahi tangan Daylon hingga lantai.
Tubuh mungil Zalikha bergetar, saraf-saraf tubuhnya beraksi ketika dia sampai klimaks.
Kalau saja tidak berpegangan dengan leher Daylon dan pria itu tidak merangkul pinggangnya mungkin Zalikha sudah jatuh karena kakinya lemas.
Daylon membopong Zalikha, membawanya ke kasur, nafas gadis itu masih terengah tapi Daylon tidak perduli. Dia membuka semua pakaian yang masih melekat pada tubuhnya. Adik kecil pria itu kini sudah membesar dan mengeluarkan urat-urat keperkasaannya, mengacung tepat di depan Zalikha seolah meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah gadis itu lakukan.
Zalikha menelan kasar salivanya, dia tidak menyangka kalau milik Daylon akan sebesar itu. Daylon menyusul naik ke atas kasur. Entah keberanian dari mana Zalikha mendekat dan menggenggam pusat kebanggaan pria yang dia panggil dengan sebutan Uncle itu. Memberikan sentuhan lembut naik turun dan seperti ada dorongan dari tubuhnya untuk mencicipi batang berurat itu.
"Ohhh ...." Daylon mengerang.
Lumatan yang Zalikha berikan di miliknya itu memberikan rasa nikmat yang luar biasa.
Daylon merangkum semua rambut Zalikha, sementara bibir mungil Zalikha penuh dan sibuk dengan benda pusaka milik Daylon.
"Sudah cukup," ujar Daylon, menarik Zalikha dan melebarkan kedua kaki jenjang gadis itu, lubang surga dunia yang sebentar lagi Daylon masuki terpampang jelas menggoda seakan mengajak masuk ke dalam. Tapi Daylon tidak ingin langsung ke inti permainan. Pria itu masih ingin melakukan pemanasan.
Daylon langsung membenamkan wajahnya di antara paha mulus Zalikha. Indra pengecapan Daylon membasuh lipatan tengah milik Zalikha.
"Ahhh ...," rintih Zalikha. Dia terus melenguh nikmat karena bukan hanya indra pengecapan Daylon yang bermain di area sensitifnya melainkan satu jari pria itu sudah menyusup ke dalam kembali mengacak-acak dalamnya.
Zalikha mengerang meminta Daylon menghentikan permainannya karena dia sudah tidak tahan lagi dan kembali ingin meledak. Tubuhnya menggelinjang.
Daylon menyeringai, dia tahu kalau Zalikha akan kembali mencapai klimaks untuk kedua kalinya. Bukannya berhenti, pria itu mempercepat gerakan jarinya di bawah sana. Hingga akhirnya ...
'Currr ....'
Tubuh Zalikha melengking, terangkat keatas dan dia memuncratkan cairan hangat dari dalam. Tubuhnya mengejang merasakan sisa-sisa pencapaiannya.
Belum normal nafas Zalikha, Daylon langsung membenamkan kejantanannya masuk ke dalam.
'Jleb!'
Seperti tombak yang langsung menghujam membuat kedua mata indah Zalikha membola dan dia berteriak ...
"AKH!!! SAKIT!!!"
Teriakan Zalikha menyadarkan Daylon kalau wanita yang tengah berada di kukungannya itu baru pertama kali melakukannya. Dan dia adalah pria pertama.
"Kamu?”
Zalikha meremas seprai dengan sudut mata berair. Dia tidak menyangka kalau malam ini akan menyerahkan kesuciannya kepada pria yang baru saja dia kenal.
"Maaf, aku kira kamu—”
"Jangan katakan itu, Uncle. Aku yang meminta, jadi teruskan," sela Zalikha.
"Ini akan terasa sakit, tapi aku pastikan rasa sakit ini akan sebentar dan berganti dengan rasa nikmat yang tidak pernah kamu rasakan," janji Daylon.
Perlahan dia mulai menggerakan pinggulnya. Sampai saraf-saraf kewanitaan Zalikha dapat menerima benda asing yang memenuhinya di bawah saja, sebuah desahan meluncur dari bibir mungilnya.
"Ahhh ... Uncle Daylon."
"Ya, Sayang. Sebut namaku."
Kamar mewah itu menggema suara menyatuan dan lenguhan yang saling sahut menyahut.
Kembali Zalikha merasa ada yang mau meledak di bawah sana begitu juga dengan Daylon, dia merasa miliknya di cengkram kuat didalam sana. Milik Zalikha yang masih sempit membuat Daylon menggila. Ini juga pertama kali pria itu merasakan yang namanya perawan. Dua wanita terdahulu yang menjadi istrinya sudah tidak utuh lagi saat dia masuki.
Semakin cepat, hentakan demi hentakan Daylon berikan membuat Zalikha terus menyebut nama Daylon dalam desahannya.
"Bersama, Sayang," bisik Daylon. Keringat membahas tubuhnya, begitu juga Zalikha. Pendingin ruangan serasa tidak berfungsi di sana.
"Daylon ...."
"Likha ...."
Keduanya mencapai puncak kenikmatan itu bersama.
Daylon ambruk disebelah Zalikha, dia pun langsung menarik tubuh mungil itu dalam dekapannya. Tidak lama karena kelelahan usai pergulatan panas keduanya pun tertidur.
Baru saja rasanya Daylon memejamkan matanya, bunyi ponsel membuatnya terbangun.
"Anak nakal! Di mana kamu dan Zalikha? Pesta sudah hampir usai tapi kalian belum datang juga."
***
"Astaga kepalaku." Zalikha meremas rambutnya, sakit kepala yang sangat teramat dia rasakan ketika bangun.
Bukan hanya sakit kepala yang dia rasakan tapi juga bagian bawah tubuhnya terasa ngilu. Padahal menurut Zalikha mereka tidak bermain lama dan tidak kasar juga. Tapi mengapa sesakit ini, pikirnya. Apa memang seperti ini jika pertama?
"Likha, minum ini." Daylon memberikan satu pil dan segelas air pada Zalikha.
"Ini apa?" tanya Zalikha sebelum meminumnya.
"Obat untuk menetralkan efek samping dari minuman itu, ini juga akan menghilangkan sakit kepala kamu dan sakit di ...." Daylon tidak melanjutkan ucapannya ketika melihat mata Zalikha melotot.
"Papi barusan menelpon, pestanya hampir selesai. Mereka menunggu kita."
"Ya Tuhan apa yang sudah kita lakukan, Uncle?” pekik Zalikha melihat kamar mewah yang sudah seperti terkena badai. Kasur yang berantakan dan bercak merah yang tidak jauh dari tempat yang Zalikha tiduri menceritakan semuanya.
"Kamu sendiri yang menyerahkan diri," beber Daylon.
"Tapi kan Uncle bisa menolak!"
Daylon ternganga. "Saya pria normal, Likha!" balasnya enteng.
"UNCLE!!!”
"Cepat bersiap karena mereka sudah menunggu di pesta itu," titah Daylon.