Dua bulan kemudian,
Sejak subuh keluarga Abimana sudah siap di rumah megah milik Aksa Abimana. Pengusaha jam tangan mewah itu hari ini akan menikahkan putri kandungnya yang bernama Zalikha Eleena Abimana. Putri satu-satunya Aksa dari pernikahan pertamanya. Leena—istri pertama Aksa—ibu kandung Zalikha meninggal ketika Zalikha berusia balita. Aksa menikah lagi ketika Zalikha duduk di bangku SMP.
Wanita bernama Sarah membawa satu anak perempuan dari pernikahannya yang terdahulu bernama Ara. Sarah bercerai dengan ayah Ara sejak Ara SD karena pria itu jatuh bangkrut. Tidak tahan hidup susah, Sarah mencari pria yang lebih kaya dan mapan. Perkenalan di Cafe dengan Aksa menyatukan janda anak satu itu dengan duda anak satu ke jenjang pernikahan hingga sekarang.
Dua anak perempuan dari pernikahan pertama masing-masing membuat keduanya seperti bersaing memperebutkan kasih sayang orangtua mereka. Terlebih Ara, dia tidak pernah mau mengalah terhadap Zalikha. Apa yang kakak tirinya miliki dia pun harus mendapatkan hal yang sama.
Zalikha menatap cermin besar di depannya. Wajahnya kini sudah cantik sempurna karena di poles make up begitu detail yang di kerjakan oleh MUA—penata rias ternama yang memiliki keahlian khusus merias para artis papan atas. Ditambah gaun pengantin yang begitu elegan membalut tubuh rampingnya menambah aura kecantikan Zalikha keluar memancar di hari istimewanya saat ini.
Dari ambang pintu sosok gagah dan tampan berdiri memandang ke arah putri yang dulu begitu mungil kini sudah beranjak dewasa dan siap menikah. Hati ayah mana yang tidak terharu melihat putri kandungnya sebentar lagi akan menikah, itu berarti gadis kecilnya akan di ambil alih oleh pria lain yang menggantikan perannya.
"Ayah," panggil Zalikha dari pantulan cermin.
Aksa berjalan mendekat, melihat kedatangan pria itu para MUA menyingkir dan memberi ruang untuk ayah dan putrinya itu.
Aksa merangkul Zalikha dari belakang dan mencium pelipis sang putri.
"Aku seperti melihat Leena dalam diri kamu. Kamu sangat mirip dengannya, cantik wajah dan hati kamu, Nak," ungkap Aksa.
Zalikha mengusap tangan yang saat ini tengah melilit tubuhnya. Tangan yang selama ini memberinya kehangatan dan kebahagiaan, tangan yang selalu melindunginya dan bekerja kerasa memenuhi kebutuhannya.
"Ayah, terimakasih," ucap Zalikha dengan suara tercekat ditenggorokannya karena rasa haru yang menyelimuti hatinya. Dia tidak menyangka akan memasuki fase seperti ini.
"Jangan katakan itu, Sayang. Sudah jadi tugas seorang ayah."
Zalikha berbalik dan memeluk Aksa. Keduanya berpelukan dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
Dari ambang pintu yang sama Ara memutar bola matanya, dia malas melihat suasana haru tersebut. Tidak ikut merasa terharu karena dia memiliki rencana yang akan membuat suasana berbalik.
***
Semua sudah berkumpul di ruang tamu, bersiap menyambut keluarga dari pihak mempelai pria.
Tapi tiba-tiba ...
"Likha, kamu tidak bisa menikah dengan Hugo!”
Semua mata tertuju pada Ara, suara gadis itu begitu lantang.
"Bicara apa kamu, Ara?” tegur Aksa, geram.
Sarah yang duduk di sebelah Aksa mengusap lengan sang suami, memberi tanda kalau dia harus menahan emosinya mengingat semua keluarga tengah berkumpul.
Ara memainkan perannya, drama queen beraksi. Dia menangis, terisak pilu. Kemudian mengeluarkan surat keterangan rumah sakit dan menyerahkan surat itu pada Zalikha.
Mempelai wanita itu membuka dan membacanya, di sana tertulis nama pasien dengan nama Ara dan hasil pemeriksaan dokter menyatakan kalau Adik tirinya itu positif hamil dengan usia kandungan 4 Minggu. Bukan hanya surat, di dalam amplop itu juga lengkap hasil USG.
"Aku hamil, a-aku hamil anaknya Hugo," teriak Ara histeris dalam isak tangisnya.
Tangan Zalikha gemetar, bersamaan dengan itu air matanya mengalir. Melihat itu Aksa merebut kertas itu dari tangan sang putri. Dia membacanya dan melihat hasil USG yang menunjukan kalau anak tirinya saat ini sedang mengandung.
Aksa perlahan mendekati Ara.
PLAK!
"Mas!” Sarah menghambur memeluk putri kandungnya yang di tampar oleh Aksa. Tangannya mengusap pipi Ara yang memerah bekas tangan Aksa.
"Bikin malu!” bentak Aksa dengan wajah murka.
Ara semakin tersedu dan dia bersujud di kaki ayah tirinya.
"Maafin aku, Ayah. Bukan keinginan aku dan salah aku, semua salah Zalikha yang tidak bisa melayani Hugo dengan benar sampai Hugo berpaling padaku dan memaksa aku melayani dia sampai aku hamil seperti ini," beber Ara tanpa malu di dengar oleh keluarga besar Abimana.
Pengakuan Ara juga mengejutkan semua keluarga khususnya Zalikha. Mengingatkan kejadian dua bulan lalu ketika Hugo memaksanya melakukan hubungan suami istri dan dia menolaknya, siapa sangka pria itu malah berpaling dan selingkuh bersama Ara. Lalu sekarang Ara menyalahkan Zalikha?
"Kamu tidak akan hamil kalau kamu juga menolak ajakan Hugo!” cecar Zalikha.
"Ibu ...," rengek Ara meminta bantuan ibunya. Tentu saja Sarah membela Ara yang sudah jelas darah dagingnya sendiri, putri kandungnya dari pada Zalikha—putri sambungnya.
"Mas, bagaimana ini? Ara hamil anaknya Hugo, Zalikha tidak bisa menikah dengan Ayah dari janin yang Ara kandung," ucap Sarah, mengabaikan kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Zalikha.
Nafas Aksa memburu karena emosi, jujur dia marah atas kejadian yang tak terduga ini. Satu sisi dia ingin putri kandungnya bahagia tapi sisi lain dia tidak bisa membiarkan satu putrinya menderita karena hamil di luar nikah lebih parahnya pria yang menghamilinya menikah dengan kakak tirinya.
"ARGHHH!!!” teriak Aksa sembari mengacak rambutnya. Pria paruhbaya itu melonggarkan dasinya. Nafasnya sesak. Dadanya naik turun menandakan dirinya tengah dilanda emosi tingkat tinggi. Pusing memikirkan drama yang sedang berlangsung ditengah yang seharusnya menjadi hari bahagia putri tersayangnya.
Sarah ikut menangis bersama Ara. Melihat Zalikha terduduk dia langsung bersimpuh memeluk lutut Zalikha. Bersimpuh dan mulai memainkan dramanya.
"Likha, Ibu mohon sama kamu, Nak. Sekali ini saja. Mengalah sama Ara. Dia saat ini tengah hamil anaknya Hugo. Mana mungkin kamu menikah sama pria yang sudah menghamili adik kamu," bujuk Sarah.
Seperti biasa, dia akan selalu meminta Zalikha mengalah pada adiknya. Sarah berharap kali ini Zalikha akan mengalah seperti yang sudah-sudah.
"Aksa, kamu harus cepat mengambil keputusan sebelum keluarga besar Takizaki datang," ucap salah satu keluarga, mengingatkan Aksa.
Sarah dan Ara seperti mendapat angin segar karena banyak keluarganya yang mendukung dirinya dan memaksa Aksa untuk mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya dan putri kesayangannya.
Aksa berpikir keras, saat ini dia diposisi yang serba salah. Akan tetapi, keputusan harus di buat. Sang ayah menatap pilu putri kandung, putri kesayangannya, hatinya tidak tega tapi dia harus mengambil keputusan.
"Zalikha, maafkan ayah. Kamu harus membatalkan pernikahan kamu dengan Hugo, Nak.”
"Kenapa dibatalkan?”