Pelampiasan.

807 Words
Pesta ulang tahun berakhir, Hugo yang sedikit mabuk membawa calon istrinya ke sebuah kamar hotel yang sudah di pesan sehari sebelumnya. Hugo meminta Zalikha melayaninya malam ini. "Hentikan, Hugo!" sentak Zalikha ketika tunangannya memaksanya untuk menuruti nafsu bejatnya. "Ck! Ayo lah, Likha sayang. Toh sebentar lagi kita akan menikah. Apa bedanya melakukan sekarang atau nanti?" bujuk Hugo. Benar kata Hugo, keduanya memang sepasang kekasih yang dua bulan lagi akan melangsungkan pernikahan. Semua kebutuhan pernikahan sudah di siapkan oleh team WO yang di tunjuk oleh keluarga besar Takizaki. Malam ini ulang tahun Hugo, pria berdarah Jepang dan Indonesia itu mengadakan pesta di sebuah Club Malam sudah masuk agenda rutinnya. Karena kebanyakan minum pria itu menjadi b*******h dan memaksa tunangannya melayaninya malam ini. "Tidak, Hugo! Itu beda. Aku mau kasih sesuatu yang spesial nanti di saat malam pertama kita. Please, lepasin aku," mohon Zalikha dengan wajah polosnya. "Bagaimana kalau sesuatu itu aku bilang sebagai kado di hari ulang tahunku hari ini?” Hugo bersikeras memaksa gadis cantik itu. Hasaratnya harus tersalurkan. Zalikha menggeleng, "Kamu mabuk!” kemudian menarik tangannya, lepas dari genggaman Hugo, dia pergi keluar dari kamar hotel yang sudah di pesan sang tunangan untuk merayakan hari spesialnya. Hugo mendengus tawa, dia tidak percaya kalau tunangannya bisa berprinsip kuno seperti itu di jaman yang sudah maju seperti sekarang ini. Menjaga keperawanannya. Pria itu terduduk di pinggir kasur, mengusap kasar wajahnya. Kesal karena tidak bisa menyalurkan kebutuhan biologisnya malam ini. Tok! Tok! Tok! Tidak lama setelah Zalikha pergi. Pintu kamar itu berbunyi. Senyum Hugo merekah. "Aku tahu kamu hanya jual mahal, Likha. Buktinya kamu kembali untuk menyerahkan semuanya padaku malam ini," monolog Hugo begitu yakin kalau calon istrinya itu berubah pikiran. Berapa terkejutnya Hugo ketika membuka pintu bukan tunangannya di sana melainkan seorang wanita seksi. "Kamu?!” "Kalau Likha tidak bisa memberikannya padamu, aku yang akan memberikannya!” Wanita itu langsung mendorong tubuh Hugo masuk ke dalam. Tidak lupa dia menyematkan gantungan di gagang pintu bertuliskan ’Jangan diganggu’ dalam tulisan bahasa asing. Membungkam Hugo dengan ciuman yang begitu menuntut. Dalam keadaan setengah sadar karena efek minuman alkohol melenyapkan kewarasan Hugo yang sebentar lagi menikah dengan seorang gadis yang dia cintai, pria itu menerima saja wanita seksi yang tiba-tiba muncul di depan kamarnya. Entah sejak kapan keduanya sudah melepas pakaian masing-masing. Tanpa busana keduanya bergulat panas di atas ranjang berukuran besar dan empuk. Hugo sama sekali tidak melewatkan kesempatan ini. Tidak mendapatkan Zalikha, wanita manapun boleh lah. Hugo akui, Ara begitu mahir melayaninya. Bisa dipastikan ini bukan pertama untuk wanita itu. 'Likha bodoh melewati kesempatan nikmat seperti uni,' umpat Ara dalam hatinya. Hugo sudah begitu bergairahnya, dia mengakhiri pemanasan permainannya bersama Ara, mulai pada inti permainan. Tentu saja dia yang mendominasi lebih dahulu. Hugo mulai menggerakan pinggulnya memberikan gerakan yang membawa Ara terbang tinggi hingga langit ketujuh. Gelombang gairah yang Hugo berikan begitu dasyat hingga membuat Ara cepat mencapai puncaknya. Ara terus mendesah dan tubuhnya menggeliat, menerima hentakan demi hentakan yang Hugo berikan semakin cepat hingga membuat kedua bukit kembarnya ikut berayun. Hugo gemas melihatnya. "Setan kecil nakal! Bisa-bisanya kamu membuat aku kesetanan!" maki Hugo. Bukannya marah, Ara malah mendengus tawa. Bangga merasa dapat merayu dan membuat kekasih kakak tirinya jatuh dalam pelukannya. Keduanya saling pacu meraih kepuasan satu sama lain. Melupakan status kalau mereka akan menjadi ipar nantinya. Keduanya mengerang ketika mencapai kenikmatan surga dunia ala mereka. "Kenapa kamu baru datang sekarang?" tanya Hugo seraya mengecup pundak Ara yang berkilau karena keringat. Ara terkekeh genit. "Karena aku baru menyadari kalau kakak tiri aku itu bodoh sudah mensia-siakan calon suaminya yang tampan dan gagah ini," jawab Ara, nafasnya masih terengah. "Ternyata kamu lebih pintar dari dia," puji Hugo. "Dan lebih nikmat," tambahnya, berbisik di telinga wanita yang baru saja memuaskannya. "Apa yang terjadi jika dia tahu kalau calon suaminya sudah tidur dengan adik tirinya?" desis Ara bertanya pada calon kakak iparnya itu. "Dia tidak boleh tahu, tidak ada yang boleh tahu apa yang terjadi dengan kita saat ini, Ara. Karena aku masih ingin menikmatinya lagi dan lagi bersama kamu, Sayang." Tangan Hugo kembali bergerilya. Bermain di titik sensitif bagian bawah tubuh Ara. Keduanya melanjutkan pergulatan panas mereka di kamar hotel itu. *** Sementara itu di dalam mobil perjalanan pulang ke rumahnya, Zalikha mengusap kasar air mata yang menghalangi penglihatannya. Dia harus fokus menyetir tapi tidak bisa melupakan apa yang sudah Hugo lakukan padanya. Zalikha menggeridik, tubuhnya seakan horor mengingat sentuhan yang Hugo berikan tadi. Beruntung dia bisa mengendalikan diri, tidak terbuai dengan sentuhan Hugo yang liar. Pergi dari sana saat ini Zalikha anggap keputusan yang tepat. Tidak semua keinginan calon suaminya itu harus dia turuti bukan? Baru kali ini Zalikha mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pria itu. Seperti dilecehkan oleh calon suaminya sendiri. Bagaimana bisa pria itu berubah begitu agresifnya seperti tadi? Alkohol memang membawa pengaruh buruk bagi siapapun yang mengkonsumsinya. Zalikha hanya berharap Hugo segera menyadari kesalahannya malam ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD