Semua keluarga berkumpul di luar kamar, tak terkecuali ketiga orang yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Hugo tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh ke arah Zalikha yang duduk bersama Daylon.
Benar kata orang jika perempuan akan terlihat lebih cantik ketika dia sudah bersama orang lain.
“Hugo, apa kamu mendengarkan Kakek?”
Hugo pun tersentak mendengar teguran langsung dari Alfredo, dia menoleh pada pria tua yang masih terlihat gagah dan berwibawa itu.
“Ya, Kakek!” sahutnya seraya cepat menundukkan wajahnya, menelan saliva. Takut jika perbuatannya barusan ketahuan oleh orang lain.
Alfredo menggeleng kesal melihat kelakuan cucunya itu, memalukan sekali melihat Hugo malah memandangi Zalikha yang sekarang sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya.
Daylon pun mendengus tawa sinis melihat kelakuan Hugo yang barusan.
“Sepertinya kamu memang harus tinggal di kamar bersama istrimu, Hugo, daripada kamu tidak bisa menjaga pandangan dari calon istri orang lain!” tegurnya berterus terang.
Zalikha juga hanya mampu terdiam, dia pun tahu jika Hugo sejak tadi menatapnya dan membuatnya salah tingkah, merasa canggung karena mereka saat ini berada di tengah-tengah keluarga besar.
Hugo yang mendapat teguran dari 2 laki-laki utama di keluarga besarnya itu hanya bisa terdiam, sambil menahan amarah serta rasa malu karenanya.
“Sudah, Hugo. Sebaiknya kamu kembali ke kamar menemani istrimu, daripada membuat masalah di sini!” tegur salah satu kerabat yang kemudian disambut dengan tawa pelan yang lainnya.
Hugo jelas tersinggung karenanya, semakin geram ketika mendengar Daylon ikut tertawa bersama mereka. Sementara Zalikha tampak diam dengan ekspresi terlihat tidak nyaman dan Hugo merasa berterima kasih untuk itu.
“Yang sudah, ya sudahlah. Kamu tidak bisa memutar kembali waktu meskipun kamu menyesali semuanya!” kata kerabat itu lagi yang tampaknya memihak penuh pada Daylon dan Zalikha untuk cepat menikah.
Hugo pun tak tahan lagi, dia segera beranjak dari kursinya daripada emosinya meledak di sini dan semakin mempermalukan dirinya.
“Baiklah, selamat malam semuanya!” katanya seraya mengangguk hanya pada Alfredo saja. Namun sebentar dia melirik ke arah Zalikha sebelum kemudian permisi pergi sepenuhnya dari ruangan itu.
Daylon pun berdecih sinis melihatnya, dia melirik pada Zalikha kemudian meraih tangan perempuan itu dan menggenggamnya dengan hangat.
Zalikha yang sedang memikirkan sikap Hugo barusan terhadapnya, terperanjat dan menoleh pada Daylon. Pria itu pun terlihat tersenyum lalu mencium tangannya dengan mesra, jelas sekali jika Daylon berusaha menunjukkan kemesraan mereka di hadapan semua orang.
“Sepertinya kalian memang cocok bersama!” komentar salah satu kerabat lagi, yang lain terlihat mengangguk membenarkan sambil tertawa setuju.
“Makanya, ya sudahlah abaikan saja. Si Hugo itu, biar dia tahu rasa. Salah sendiri kenapa malah tergoda sama orang lain daripada mempertahankan hubungannya dengan gadis sebaik Zalikha!”
Alfredo diam tak berkomentar apa-apa, namun dari wajahnya pun sudah terlihat jika dia ikut membenarkan apa yang mereka katakan.
Sementara itu Daylon merasa gerah jika Zalikha masih saja dikaitkan dengan Hugo, keponakannya.
“Tidak ada lagi bahasan tentang Hugo dan Zalikha, karena sekarang dia adalah milikku!” kata Daylon menginterupsi suasana riang di antara mereka.
Zalikha mengerjap mendengarnya, seketika wajahnya pun memanas menahan malu dan canggung.
Sontak saja suasana pun mendadak dingin karenanya. Mereka semua bungkam, enggan bicara lagi jika Daylon sudah buka suara, apalagi dia sepertinya terdengar kesal karena situasi ini.
“Tidak perlu tersinggung, mereka memang mengatakan yang sebenarnya!” ucap Alfredo mengerti dengan sikap tegas Daylon.
Daylon menoleh pada ayahnya itu sambil tersenyum tipis.
“Kamu juga sebaiknya istirahat, antar Zalikha ke kamarnya!” kata Alfredo, mengerti jika suasana ini akan terus bertahan menegangkan jika Daylon masih bersama mereka.
Tentu saja itu membuat Daylon senang, dia pun segera meraih tangan Zalikha dan mengajaknya pergi dari situ.
Tapi sebelum pergi, Zalikha pun mengangguk hormat berpamitan dulu pada Alfredo dan juga yang lainnya.
***
Zalikha diantar ke kamarnya oleh Daylon, tapi kemudian pria itu ikut masuk, membuat Zalikha mendelik pada pria itu.
“Aku lelah, Uncle, aku mau tidur malam ini … sendirian!” kata Zalikha menekankan kata terakhir di kalimatnya.
Daylon menghela nafas dalam-dalam, dia sudah sepenuhnya terikat pada Zalikha dan merasa jika dia sudah berhak atas perempuan itu sepenuhnya.
“Aku juga tidak akan melakukan apa-apa, kita bisa tidur bersama-sama di dalam!” kata Daylon seraya hendak bergegas masuk.
Tapi Zalikha menahan dadanya dan menghalangi jalan masuk, membuat pria itu pun membelalak tidak senang karenanya.
“Kenapa kamu tiba-tiba begini? Apa kamu juga terusik karena sikap Hugo tadi?” tukasnya skeptis.
Di awal pertemuan Zalikha boleh saja merasa gentar melihat sosok Daylon yang begitu tampan namun dingin dan menggoda di saat bersamaan, tapi saat ini dia memang benar-benar ingin sendiri memikirkan semua hal yang terjadi.
“Tolong mengerti aku, bagaimanapun semua ini terjadi begitu cepat!” kata Zalikha dengan lemah lembut menatap Daylon.
Daylon seketika terdiam, emosinya yang sempat terusik barusan pun luluh melihat wajah cantik Zalikha terlihat lelah dan suaranya yang memelas.
Daylon menghela nafas, dia segera maju menyentuh wajah perempuan itu dengan lembut.
“Aku hanya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memiliki seorang wanita cantik sepertimu, Likha, tolong mengerti!” ucapnya dengan suara rendah.
Zalikha pun memegang tangan Daylon di pipinya.
“Ya, aku tahu. Tapi tolong beri aku waktu untuk sendiri saat ini,” ucap Zalikha, “percayalah tidak mungkin aku memikirkan apalagi berharap Hugo akan kembali sama aku, itu tidak mungkin!” katanya menegaskan.
Daylon terdiam menatap kedua bola mata Zalikha lekat-lekat, seolah ingin melihat jika memang perempuan itu berkata yang sesungguhnya, dan memang itu yang terjadi.
“Baiklah!” ucapnya kemudian menarik nafas panjang.
Zalikha pun merasa lega karenanya. “Terima kasih!” ucapnya.
“Anytime, Sayangku!” ucap Daylon kemudian mencium tangan Zalikha.
Zalikha pun tersenyum tapi kemudian dia kaget ketika Daylon serta merta meraih dagunya kemudian mempertemukan kan bibir mereka dengan penuh kelembutan.
Dia ingin menolak namun pagutan lembut Daylon membuatnya terbuai, kakinya pun lemas seketika dalam lingkup hangat tubuh pria itu.
“Sebelum pergi, setidaknya izinkan aku untuk memberikan ciuman selamat malam seperti ini!” ucap Daylon di sudut bibir Zalikha, melanjutkan ciuman mereka kali ini sedikit lebih basah dan perlahan lebih dalam dan menuntut.
Zalikha pun melenguh lirih, merasakan percikan gairah di sela pagutan bibir mereka berdua. Ditambah Daylon yang menariknya merapat pada laki-laki itu, menghimpit dua benda kenyal di dadanya. Gairahnya semakin naik merasakan ada gundukan keras di bawah sana.
“Uncle ….“
“Ya, Baby …,“ sahut Daylon berbisik di sela kuluman bibirnya.
Zalikha pun hanya bisa pasrah dan mengerang ketika tangan Daylon bergerak lembut ke seluruh tubuhnya. Tangannya pun ikut beraksi dan berpegangan pada bagian depan baju Daylon dan mulai membalas ciuman pria itu dengan tak kalah mesranya.
Daylon tersenyum senang karenanya, dia pun semakin bersemangat menggerakkan tangannya di punggung Zalikha dan meremas bongkahan bulat nan padat di tubuh bagian bawah Zalikha di belakang sana. Membuat perempuan itu pun merintih dan mencengkeram baju Daylon lebih erat lagi.