Chapter 8

1327 Words
Makan malam telah tersaji di atas meja makan. Freya dan Keenan saling terdiam dengan kegiatan mereka masing-masing. Freya menikmati makan malamnya dengan begitu anggun. Sementara Keenan makan malam sambil sesekali mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak perlu ditanya apa yang begitu menarik di ponsel Keenan, pasti Sandra. Bahkan saat mereka tinggal satu atap, Keenan dan Sandra selalu berkirim pesan layaknya orang yang tengah memadu kasih. Keenan akan mengabari Sandra apapun aktivitasnya, begitu juga sebaliknya. Meskipun mereka tinggal satu atap, setidaknya Sandra tahu betul siapa dirinya. Ia hanyalah wanita bayaran untuk memuaskan Keenan dalam urusan ranjang Karena itulah ia tidak berani keluar dari kamarnya. Takut menemui sang Nyonya Besar. Takut menghadapi kemarahan Freya. Karena Freya tetaplah istri sah dari pria yang kini ia cintai. Freya sebenarnya tak pernah mempermasalahkan apa yang terjadi antara Keenan dan Sandra. Toh, ia sendiri yang membawa Sandra masuk ke mansionnya. Hal yang sangat wajar bagi pria dan wanita untuk saling jatuh cinta. Hanya saja Freya tak menyukai skandal apapun yang nantinya akan menjadi bumerang untuknya. Karena itulah ia mengurus semuanya dan memastikan jika setiap hal berjalan sesuai rencana dan keinginannya. Sehingga tak terjadi hal-hal tak terprediksi nantinya. Freya meletakkan sendok dan garpunya lalu meneguk air putih dengan perlahan. Freya menatap tajam ke arah suaminya yang masih sibuk senyam-senyum sambil membalas pesan.  “Romantis sekali” sindir Freya dengan nada dingin.  Keenan meletakkan ponselnya lalu melanjutkan makan malamnya. “Selesaikanlah secepatnya, karena aku akan membawanya pergi. Kau tau kan aku tidak menyukai skandal apapun” ucap Freya dengan acuh tak acuh.  Ucapan Freya sukses membuat Keenan menatap istrinya.  “Kenapa kau terus mengatur hidupku”  Freya tersenyum penuh siasat sambil menggedikkan bahunya. Detik itu juga Keenan berdiri dan menggendong tubuh istrinya ke dalam kamar. Para pelayan yang melihat hal itu hanya bisa menunduk sambil mengulum senyum.  “Tidak bisakah aku melakukan apapun yang kuinginkan? Bisakah kau berhenti mengancamku sebelum aku bertindak jauh terhadapmu?” Freya hanya menyunggingkan senyum tipis karena tak peduli dengan ancaman suaminya. Merasa diabaikan, Keenan mendekati Freya. Freya yang melihat tatapan berbahaya di mata Keenan langsung bergerak mundur. Pergerakan Freya terhenti saat tubuhnya membentur tembok. Keenang langsung menyeringai ditambah kedua tangannya yang seketika mengurung Freya. Keenan mendekatkan wajahnya dan melumat bibir istrinya. Freya membulatkan matanya karena kaget. Freya memberontak namun tertahan oleh tangan Keenan yang memegangi tengkuknya. Lidah Keenan menerobos masuk ke dalam mulut Freya, kedua tangannya ia gunakan untuk mengunci pergerakan Freya agar tak memberontak lebih jauh. Pertama kalinya Keenan berhasil mengalahkan Freya. Freya takluk dalam kekuasaan suaminya. Keenan baru melepaskan Freya saat istrinya tak lagi memberontak. Freya menatap tajam suaminya.  “Pergilah, kau mungkin masih sempat berpamitan dengan gadis manismu” ucap Freya dengan nada dingin sambil melirik jam tangan mewah di pergelangan tangannya.  Keenan kembali menyeringai lalu menciumi istrinya lagi. Freya memberontak namun tenaganya kalah oleh tenaga Keenan. Bukan Freya namanya jika ia akan tunduk begitu saja. Freya mencekik leher Keenan dengan kedua tangannya hingga pria itu melepaskan ciumannya. Freya menatap nyalang pria itu. Freya bergerak maju seolah siap menerkam Keenan bulat-bulat. Freya mengayunkan lengannya dan telapak tangannya mendarat di pipi Keenan. PLAAAKK, tamparan telak di pipi kanan Keenan.  “Jangan bermain-main denganku atau kau akan mendapatkan berita mengerikan dari penjara.”  Kalimat bernada ancaman itu membuat Keenan mengusap wajahnya. Keenan tahu betul apa maksud Freya, siapa lagi kalau bukan Eriska. Keenan terdiam sementara Freya masih mendidih dengan emosinya.  “Berbaik-baiklah saat aku masih memperlakukanmu dengan baik” ucap Freya dengan nada dingin.  Setelah itu ia masuk ke ruang gantinya dan keluar sekitar 5 menit kemudian. Saat Freya marah atau memiliki masalah, tempat terbaik baginya untuk mendinginkan kepalanya adalah arena balap. Saat Freya keluar dari ruang gantinya Keenan masih terduduk dengan lemas di sofa sambil menunduk. Freya tak memperdulikan keberadaan pria itu sama sekali, ia keluar dari kamarnya. “Kupikir kalian sedang menikmati malam pertama yang tertunda”  Davina tidak memiliki maksud apa-apa ia hanya sedikit mengejek Freya saat mendengar dari pelayan bahwa Keenan menggendong istrinya masuk kamar. Freya menatap tajam ke arah Davina hingga membuat yang ditatap menelan ludahnya dengan susah payah. Davina merutuki dirinya yang sepertinya salah bicara.  “Apa dia sudah pergi?”  Davina segera mengangguk karena ia yang memastikan sendiri bahwa Sandra telah keluar dari mansion tersebut.  “Carilah penghuni baru untuk kamar kosong itu” ucap Freya dengan nada dingin lalu masuk ke garasinya. “Kalian bertengkar?”  Pertanyaan Davina membuat Freya mendecak kesal. Davina terlalu penasaran untuk membiarkan Freya begitu saja tanpa bertanya. Meskipun ekspresi Freya jelas-jelas menunjukkan kekesalan, Davina tak bisa menahan mulutnya untuk diam.  “Kalian bertengkar karena gadis itu?” tanya Davina ragu-ragu. "Kau cemburu?”  Davina mencoba memastikan rasa penasarannya saat Freya sudah membuka pintu mobilnya. Freya membanting pintu mobilnya yang baru saja ia buka. Freya berbalik menatap Davina.  “Kau semakin cerewet”  Freya melempar kunci mobilnya ke lantai karena kehilangan moodnya. Freya keluar dari garasinya dan gagal menuju arena balapan. Freya kembali ke kamarnya namun saat ia tiba di depan pintu ia teringat jika Keenan masih berada di dalam sana. Ia hanya malas melihat wajah pria itu. Mungkin saja pria itu masih di tempat yang sama. Freya berbalik dan naik tangga. Davina masih setia mengikuti kemanapun Freya melangkah. Saat Freya berbelok ke koridor menuju kamar Nerissa, Davina mengelus dadanya dengan lega. Davina berpikir Freya akan mengamuk di lantai 3. Tak perlu ditanya apa yang ada di lantai 3. Seisi lantai itu di huni oleh wanita-wanita sexy untuk memuaskan Keenan.  “Mau balapan denganku?” ucap Freya setelah membuka pintu kamar Nerissa. Nerissa yang sedang sibuk di depan komputernya langsung berdiri.  “Aku sedang bekerja”  Freya menghembuskan nafasnya dengan keras lalu kembali menutup pintu kamar Nerissa. Davina yang berdiri di hadapan Freya tersenyum kecut.  “Mau coba balapan denganku?” Davina segera menggeleng. Freya mendecak kesal.  “Kau tau sendiri aku tak jago soal balapan, aku bisa mengemudi tapi tak bisa balapan. Bagaimana jika aku kecelakaan dan mati?”  Makin kesallah Freya.  “Aku memang sedang ingin membunuh seseorang malam ini” ucap Freya dengan nada dingin.  Davina segera melarikan diri dengan turun ke lantai bawah. **** Sudah seminggu sejak kejadian Keenan mencium Freya dengan paksa. Sejak itu pula Freya terus menggila dengan menyiksa semua orang di mansion. Ia tidak mentolerir satu kesalahan kecil sekalipun. Para pelayan, tim keamanan, bahkan orang-orang kepercayaannya tak luput dari amukannya. Yang paling menderita adalah Davina dan Brandon karena dua orang itu yang paling sering menghabiskan waktu di sekitar Freya. “Apa yang terjadi dengannya?” tanya Brandon karena ia sudah mulai jengah terus mendapatkan omelan dari Freya meskipun sebenarnya ia tak melakukan kesalahan.  “Bertengkar dengan suaminya” ucap Davina sambil berbisik. Bisa bahaya jika Freya mendengarnya.  “Karena gadis itu?”  Davina hanya menggedikkan bahunya karena tak yakin. Seminggu mendapatkan amukan tak jelas dari Freya membuat Davina memberanikan diri untuk menemui Keenan. Setidaknya ia harus tahu apa yang terjadi agar bisa memperbaiki mood Freya. Davina mengetuk pintu kamar Keenan saat ia sudah memastikan Freya keluar dari mansion menuju arena balapan. Keenan membuka pintunya dengan wajah berantakan disertai pakaiannya yang urakan. Rambutnya bahkan awut-awutan dan terlihat jelas jika pria itu sedang frustasi berat. Hilanglah si rapi dan perfeksionis Keenan. Yang Davina lihat hanyalah pria gila yang berbau alkohol di hadapannya. “Maaf mengganggu anda Tuan, saya akan menemui anda besok. Silahkan beristirahat”  Setelah mendengar ucapan Davina, Keenan menutup pintu kamarnya. Davina menggelengkan kepalanya tak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi pada dua orang itu? Satu orang menggila dengan omelannya dan terus mengamuk. Sementara yang lainnya mabuk-mabukan tidak jelas. Sebenarnya bisa Davina pahami jika Keenan frustasi, yah kenapa lagi kalau bukan karena Sandra yang dibawa pergi. Davina bisa mengerti jika saat ini Keenan sedang mengalami sindrom patah hati, namun tak ia sangka jika akan separah itu. Lantas apa yang sebenarnya terjadi pada Freya? Kenapa Freya justru menggila setelah membawa pergi Sandra dari kehidupan suaminya? Selama Sandra berada di sisi Keenan, Freya justru tampak baik-baik saja. Davina tak habis pikir. Davina tak tahu cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk menghadapi Freya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD