Malam panjang yang membuat Freya berhasil membawa satu lagi koleksi mobil balap ke garasinya. Mobil balap itu ia menangkan dari salah satu lawannya. Freya ditantang oleh seorang pria muda, Freya tentu saja menerima tantangan itu dengan percaya diri. Sebagai imbalan atas kemenangannya, Freya membawa pulang mobil balap seharga ratusan ribu dolar milik Seamus.
“Makin hari makin banyak saja koleksimu”
Sebuah suara membuat Freya menghentikan langkahnya yang hendak naik ke kamarnya. Freya berbalik dan tersenyum tanpa dosa pada pria berumur sekitar 50 tahun itu. Carlos Mulin Fidell adalah asisten pribadi dari mendiang kakek Freya. Bahkan setelah kepergian kakek Freya, Carlos tetap tinggal di mansion itu.
Tujuannya adalah menjaga nona muda kesayangan tuannya. Selain menjaga Freya, Carlos juga mengurus seluruh bisnis keluarga Volker. Freya ikut bergabung dengan Carlos yang sedang duduk di sofa sambil membaca beberapa berkas.
“Sudah terlalu larut untuk bekerja, berbahaya bagi pria tua seperti Uncle.” Freya sedikit tertawa.
“Anak nakal, siapa yang lebih berbahaya? Pria tua yang duduk santai sampai larut malam atau gadis muda yang balapan liar di luar sana?”
Freya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya.
“Aku mencari uang Uncle” Carlos tertawa.
“Uncle juga mencari uang.” Keduanya saling tertawa.
“Uncle, apa kau akan seperti ini selamanya? Pergilah keluar, cari pacar. Mommy sudah tenang disana. Berbahagialah Uncle.”
Carlos sangat mencintai Alice. Karena rasa cintanya itulah, Carlos sudah menganggap Freya seperti anaknya sendiri. Meskipun Alice sudah meninggal belasan tahun yang lalu, Carlos tetap tidak bisa melupakannya.
“Ah, kapan yah aku bisa melihat Uncle memasuki altar pernikahan. Jangan menua sendirian Uncle.”
Carlos meletakkan berkas-berkas yang tadi ia baca.
“Harusnya kau yang menikah, Uncle sudah tidak sabar melihatmu memasuki altar pernikahanmu.” Freya mendecak kesal, Carlos memang selalu mengembalikan ucapannya.
“Haruskah aku menikah Uncle?” Carlos segera mengangguk.
“Pria seperti apa yang harus kunikahi?” tanya Freya lagi.
Carlos tampak berpikir sejenak. “Carilah pria yang mau memperjuangkanmu, yang mau berjuang bersamamu untuk mencapai tujuan kalian. Jangan menikahi pria seperti Uncle atau daddy-mu yang tidak bisa memperjuangkan mommy-mu.”
Merasa tak nyaman dengan ucapan serius Carlos, Freya hanya menghela nafas panjang. Sebenarnya dia hanya asal bicara, tapi arah pembicaraan Carlos malah menjadi serius. Freya naik ke kamarnya sambil berpikir, apakah dia harus menikah? Apakah menikah akan memberikan keuntungan baginya?
****
“Carikan aku suami”
Tiga kata itu meluncur begitu saja dari mulut Freya. Nerissa yang sedang meminum soda kalengan tersedak hingga wajahnya memerah. Berbeda dengan Nerissa yang kaget setengah mati, Davina malah tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan konyol Freya. Freya segera berdiri dan menepuk-nepuk punggung Nerissa yang hampir kehabisan nafas.
Nerissa adalah salah satu sahabat Freya. Jika Davina dan Freya bersahabat sejak kecil, berbeda dengan Nerissa. Freya dan Nerissa baru saling mengenal saat mereka bertemu di arena balapan. Sejak saat itu, keduanya menjadi dekat dan tak terpisahkan. Nerissa juga bekerja untuk Freya, lebih tepatnya menjadi ahli IT.
Nerissa adalah seorang hacker handal, meskipun demikian dia tidak pernah menunjukkan jati dirinya kepada dunia. Dia lebih suka menyendiri dan sibuk dengan dunianya sendiri. Namun, kemampuannya dalam bidang hacker-menghacker sungguh luar biasa. Karena itulah Freya mempekerjakannya untuk misi pentingnya.
“Sampai kapan kau akan tertawa huh?”
Freya menatap tajam ke Davina. Davina segera menghentikan tawanya setelah mendapatkan tatapan tajam itu. Yah, Freya terkadang sangat menakutkan. Freya sebenarnya terlihat sangat mengerikan, di beberapa sisi dia terkadang begitu anggun, terkadang menjadi urakan jika balapan, dan yang paling mengerikan adalah tatapan matanya. Freya mungkin sanggup membunuh orang dengan tatapan matanya.
“Kenapa kau ingin menikah?” tanya Davina.
Freya kembali duduk dan menyandarkan punggunya.
“Kalian kan sudah tau aku mau kemana, aku butuh suami untuk masuk ke White House. Aku tidak bisa masuk ke white house sendirian.”
Tujuan Freya adalah menjadi orang paling berkuasa di Amerika untuk menjatuhkan ibu tirinya.
“Menurutku sih…” Davina tampak ragu untuk melanjutkan ucapannya. “…Tidak ada pria di dunia ini yang cocok denganmu. Yah, jujur saja mana ada pria yang mau diatur dan dijadikan boneka olehmu. Jika kau mencari suami, pasti suamimulah yang mau mengaturmu, bukan sebaliknya.”
Freya tampak berpikir lalu dia menyunggingkan senyum tipis.
“Kau membuatku takut sekarang” ucap Davina.
“Pekerjaanmu hanyalah mencarikanku suami, carikan aku pria yang kaya dan memiliki kekuasaan, ah pastikan dia jauh dari skandal. Juga, carikan aku yang tampan.”
Davina meremas rambutnya sendiri.
“Tidak ada pria seperti itu di dunia. Jika pria itu kaya dan memiliki kekuasaan, mereka pasti punya banyak skandal. Yah, kau tau apa skandal pria-pria kaya, yup apa lagi kalau bukan dengan wanita. Semakin kaya seorang pria, maka makin banyak pula wanita yang dia miliki.”
Benar, pernyataan yang tak terbantahkan.
“Karena itulah aku membayarmu mahal-mahal, tugasmu mencarikanku pria seperti itu. Jika tidak ada di Amerika, carikan aku sampai Eropa atau kemana saja.”
Davina menghembuskan nafasnya dengan keras.
“Oke, oke, aku mengerti, setidaknya carikan aku yang minim skandal” ucap Freya dengan kesal.
****
Keesokan harinya, Davina membawakan permintaan Freya. Yah, pria-pria yang akan menjadi calon suami Freya. Freya yang sedang berada di ruang kerjanya terlihat menggaruk kepalanya dengan pria-pria yang diperlihatkan Davina melalui tabletnya.
“Kenapa banyak sekali?” Freya mendecak kesal.
“Aku membawakanmu data-data dari semua pria kaya dan berkuasa di negara ini.”
Freya menggulir layar tablet itu, dia bergidik ngeri melihat tampang pria di layar tablet itu. Freya menggelengkan kepalanya lalu kembali menggulir layar tabletnya.
“Ah, yang ini terlihat mengerikan.”
“Kau jauh lebih mengerikan, mungkin kau cocok dengannya. Dua orang mengerikan bersatu untuk menghancurkan White House.”
Freya mendorong tablet itu. “Aku tidak bisa membaca semuanya, pilihlah top three dari segi wajah, kekayaan dan kekuasaan, ah aku hamir lupa dan dari segi minim skandalnya.”
Davina mengambil tabletnya dan mengusap layarnya lalu kembali menyodorkannya pada Freya.
“Dia cucu ketiga Menteri Pertahanan” Freya manggut-manggut.
Davina menggesar layar tabletnya. “Kalau ini presdien direktur Euan Airlines” Freya manggut-manggut sambil tersenyum. “Terakhir, dia putra pertama Menteri Perdagangan, saat ini dia mengambil alih WF Group.”
“Jadi, yang mana yang kau rekomendasikan?” tanya Freya.
Freya belum yakin untuk memilih salah seorang dari tiga pria kaya dan tampan itu.
“Dari segi kekayaan aku merekomendasikan presdir Euan Airlines. Dari segi ketampanan dan kekuasaan aku merekomendasikan presdir WF Group?”
“Bagaimana dengan cucu ketiga Menteri Pertahanan?”
Freya sedikit penasaran karena Davina meninggalkan cucu ketiga Menteri Pertahanan dari pilihan.
“Ah dia emmm… dia tidak pernah terlibat dalam tindakan kriminal ataupun dengan wanita manapun.” Freya membulatkan matanya karena tak percaya.