5. Hey, Baby! Aku Menemukanmu.

1009 Words
Mereka pun bergelut di dapur mengolah bahan-bahan tersebut. Hingga kurang lebih 1 jam mereka sudah selesai. Tinggal menunggu cake nya dingin dan siap dihias.  Aretha tinggalkan Baby yang masih di dapur. Aretha segera mandi, karena merasa gerah dan lengket tubuhnya.  Tidak berselang lama, Aretha turun menuju dapur. Dan melihat Baby sedang menghias mocha cake nya.  "Cantik banget B!" Antusias Aretha. "Masa sih? Padahal hias simple gini doang loh," Baby. "Kamu belajar darimana hias kue?" Tanya Aretha. "Hmm, otodidak aja. Lihat youtube dan dipraktekkan deh. Bisa dibilang hobi si," Baby. "Hmm, hebat kamu B. Aku ikut kursus aja, enggak pernah bisa sebagus itu," Aretha. "Bisa karena terbiasa," Baby. "Okelah. Thanks B. Kakakku pasti suka lihat ini," Aretha dengan wajah berbinarnya. "Okay, aku ke paviliun ya. Mau mandi. Ini cake nya taruh di kulkas aja," Baby. "Oke. Thanks ya B," ucap Aretha sekali lagi. *** Setelah selesai mandi, Baby merasa lelah sekali. Selesai memakai hot pants dan tank top putihnya, Baby mengambil majalah dan duduk diranjangnya. Tak lama berselang, Baby pun terlelap. Tepatnya tengah malam, Baby terbangun dari tidurnya. Ia merasa haus. Ia mengambil gelas diatas nakasnya dan melihat gelasnya kosong. Segera ia bangun, mengikat rambutnya asal dan keluar dari kamarnya. Diruang tengah dan depan semua lampu mati, hanya ada lampu temaram saja. Memang sengaja tiap malam selalu dimatikan. Tak sengaja Baby mendengar suara pintu terbuka. Ia berjalan kearah ruang depan dan melihat pintu sudah terbuka.  Siapa yang masuk ? Atau keluar? Tapi tidak ditutup lagi. Baby berjalan perlahan, takutnya ada maling. Dia diam dan menajamkan pendengarannya. Terdengar suara berisik di dapur. Baby berjalan ke arah dapur perlahan. Ia taruh gelas dimeja dekat ruang depan.  Ia melihat bayang tubuh, sepertinya laki-laki. Sedang apa di dapur? Entahlah, dari siluet tubuh belakangnya sepertinya Baby tidak mengenalnya.  Dengan sigap, Baby mengarahkan tinju kanannya ke leher laki-laki itu. Tanpa terduga si laki-laki itu dapat dengan cepat menghindarinya. Baby langsung menendang dan ditangkis lagi oleh laki-laki itu.  Refleksnya bagus juga. Gumam Baby memuji lawannya. Baby melayangkan tendangan berputarnya, yes, kena juga kepalanya. Si laki-laki itu menarik tubuh Baby dibalikkan tubuh baby menghadap ke depan dan mempitingnya dengan lengan kekarnya.  'hmm....aroma ini? Vanilla' batin laki-laki itu Lalu laki-laki itu masih belum melepaskan kunciannya terhadap Baby dan membawa Baby kebelakang. Tangan laki-laki itu menekan sakelar lampu dengan tangan sebelahnya. Akhirnya lampu utama hidup semua. 'kok tahu sakelar lampu?' pikir Baby. Baby masih meronta, akhirnya ia menggigit lengan laki-laki itu. Dan terlepas. Baby membalikkan tubuhnya menghadap kearah laki-laki itu dan mengarahkan tendangan kuncian ke leher laki-laki itu dengan kaki kanannya. Sontak keduanya terkejut saat menatap wajah satu sama lain.  Baby masih belum melepaskan kuncian kakinya dileher pria itu. "Lo ngikutin gue ya?" Tuduh baby dengan mata melotot. Pria itu hanya tersenyum. Dan melepaskan kaki Baby dari lehernya dengan tangannya. Baby menekannya kembali, menunjukkan tidak akan memberikan kesempatan. "Santai Babe. Gue mau jelasin," ucap pria itu santai. Tak lama, penghuni paviliun lainnya berhamburan keluar karena mendengar suara berisik. Tidak semua. Hanya kira-kira ada sekitar empat orang saja. Yang lainnya sedang bertugas malam di gedung lain. "Loh Tu..." Marcel mengeluarkan suara namun berhenti.  Pria itu memberi kode di bawah dengan tangannya agar menghentikan ucapannya tanpa sepengetahuan Baby. "Lo kenal dia ,Marcel?" Tanya Baby masih dengan kuncian kakinya tanpa menoleh sedikitpun kearah Marcel. "Gue juga kerja sama tuan muda. Gue baru balik dari luar kota sama tuan muda," jelas pria asing itu. "Jadi lo pengawal tuan muda?" Baby bertanya dan segera melepaskan kuncian dileher pria itu. "Emm....iya." jawabnya. Dan si pria itu menyuruh yang lainnya masuk kamar, karena tidak ada masalah.  Tinggallah Baby didapur dengan si pria sexy itu.  Baby menatap pria itu dari atas sampai bawah. Pakaiannya sungguh berkelas. Seperti saat ia bertemu di Club. "Natapnya biasa aja dong Babe," goda pria itu. "Ck..." Baby hanya berdecak jengah mendengarnya. "Kamu enggak kangen sama aku?" Tanyanya to the point. Hoo....ternyata dia tidak melupakan kejadian panas itu. Ya Tuhan! "Apaan si?" Baby membuang mukanya dan mengambil gelas yang akan dia isi air. "Akhirnya, kita ketemu lagi. Dua minggu aku nyari jejak kamu. Tapi kamu hilang gitu aja. Tersinggung loh aku babe," ucap pria itu. "Enggak usah panggil Babe segala deh!" Baby masih jutek. Pria itu membalikkan tubuh Baby, dia menatap Baby intens. Dari sorot matanya, penuh kerinduan dan kelembutan. Baby bisa lihat itu. Baby terpesona dengan manik hitamnya. Menggoda. Hmm, aroma maskulinnya juga tercium dari jarak sedekat ini. Ahh, sexy. "Aroma vanilla huh?" Tanya pria itu. "Hah?" Baby jadi lemot. "Aroma tubuhmu vanilla kan? Aku merindukannya sayang," pria itu mendekatkan wajahnya keleher Baby dan menghirup aroma tubuh Baby dalam-dalam. "Lepasin!!" Baby pipinya merona. Akhirnya dilepaskan juga. Baby segera beranjak menuju kamarnya setelah mengisi air mineral.  "Nino.." ucap pria itu dan menghentikan langkah Baby. Baby menoleh kearahnya, " B. "  "No babe. Your real name? I don't want the code name," Ucap si Nino itu. "Baby," segera Baby menutup pintu kamarnya. "Hmm....ternyata panggilanku buat dia enggak salah. Emang namanya Baby," gumam Nino. Baby masih berdiri dibalik pintunya, bersandar disana. Dan menghela napas. "Orang yang tidur sama gue, ternyata orang dekat juga," Baby mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia bingung besok dan seterusnya berhadapan dengan si Nino itu harus seperti apa.? Padahal ia berusaha menghilang agar tidak bertemu pria itu. Tapi takdir berkata lain. Baby berjalan ke ranjangnya. Dia segera memejamkan matanya. **** Paginya, Baby masih merasa lelah. Dia tidak bisa tidur semalaman. Memikirkan si Nino itu.  Semoga ia tidak bertemu si Nino pagi ini. Baby sudah berpakaian rapi, sopan dan kasual. Karena pagi ini ia akan mengantar Aretha ke kampus dulu. Baby menunggu Aretha dekat mobil dan mengobrol ringan dengan Dodi. Tak lama Aretha keluar dan segera Dodi membukakan pintu penumpang untuk Aretha. Baby segera masuk lewat pintu sebelahnya. Mobilpun melaju keluar gerbang. Tanpa Baby sadari, sejak ia datang menunggu Aretha, Nino sudah memandanginya dari atas balkon kamarnya. Dia tersenyum melihat wanita itu. Terkadang wanita itu bisa seperti kucing manis, tapi waktu malam panas itu dia berubah jadi macan betina. Hmm, sungguh menarik. "Tidak akan kulepaskan Baby. Kamu yang pertama bagiku dan akupun yang pertama bagimu, Babe."  "Akan kujadikan yang terakhir," lanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD