Yura menengok dengan cepat, sampai rasanya terlalu ajaib karena lehernya tak putus atau kesleo. Matanya terbelalak ngeri mendengar kalimat Ramada. "Ma-ma-maksud Abang a-apa? Aku nggak nge-ngerti." Suaranya bagaikan cicitan putus asa seekor tikus yang masuk dalam jebakan saat mencari makan untuk anak-anaknya. Di bawah sadarnya, dia tahu bahwa pertanyaannya itu hanya membuat kecurigaan Ramada akan asal usul Nael semakin jelas. Namun dia tak bisa hanya diam saja dan tidak melakukan apa pun. Jantungnya berpacu kencang menggedor rongga dadanya hingga membuatnya terasa sakit. "Kenapa, Yura?" "A-aku nggak ngerti ma-ma-maksud…." "Kamu pergi setelah sebulan sebelumnya aku bangun di kamar kamu tanpa sehelai benang pun." Astaga, astaga, astaga, Yura menyebut dalam hati. Kepanikan hampir mengua