14- Over-Protektif

1058 Words
Karina yang baru saja berjalan menuju kelasnya melihat dua orang sahabat yang tengah berjalan meninggalkan kelasnya. Jena dan Jun melangkah bersisian sembari mengobrolkan sesuatu yang tak terdengar dari tempatnya berdiri kini. Mereka berdua tampak hendak pergi ke suatu tempat. Karina mempercepat langkahnya menuju kelasnya, dan akhirnya menjumpai Fina dan Rehan yang kebetulan ke luar dari kelas. Fina melambai tangannya begitu melihat Karina. "Udah?" tanya Fina basa-basi. Ia menatap Karina yang mendekap lembaran kertas itu. Karina mengangguk. "Udah." Selanjutnya gadis itu menunjuk ke arah Jena dan Jun yang melangkah menuju arah lain. "Mereka berdua mau ke mana?" tanya Karina tanpa menatap Fina. Fina mengikuti arah yang ditunjuk Karina. "Oh mereka mau ke aula." Karina sontak menatap Fina. "Mau ngapain?" tanyanya bingung. Fina menjawab, "Jena mau ada kumpul sama anak-anak Teater." Karina mengernyit. "Terus Jun?" Ia bingung karena setahunya Jun tidak mengikuti ekstrakurikuler yang sama dengan Jena itu. Lalu mengapa harus sampai ikut? Fina kembali mengacungkan tangannya hendak menyambung kalimatnya, "Terus-" "Terus Jun biasa lagi over protektif." Dan Rehan menyela ucapan Fina begitu saja. Yang membuat Fina langsung memberi cowok itu dengan pelototan. Over protektif? Karina mengangguk- angguk saja begitu mendengar jawaban kedua temannya itu. Meskipun ia ingin bertanya lagi, namun tidak jadi karena takut menyalahi privasi. Entah mengapa ia takut bertanya langsung ketika berhadapan langsung dengan orang yang ingin ia cari informasinya. "Udah, yuk, buruan!" Rehan melangkah lebih dulu dan menyela kedua gadis di dekatnya itu. "Nanti keburu kehabisan seblaknya Bu Mimin." Setelah mengucap kalimat itu, cowok itu bergegas meninggalkan kedua gadis itu. Kemudian berjalan cepat setelah memeletkan lidahnya. Fina hendak meninju lengan Rehan tapi tidak jadi karena cowok itu melesat begitu saja. "Hei!" Karina terkekeh menatap interaksi kedua temannya itu. Lalu mengelus lengan Fina yang lebih tinggi darinya itu. "Udah, Pin." Ia masih terkekeh saat berjalan bersama Fina di sisinya. Fina mengelus dadanya sembari mengembuskan napasnya. "Untung ada lo. Coba kalau gak." Karina terkekeh, disusul oleh kekehan Fina di sampingnya. Lalu ia mendengarkan cerita panjang lebar Fina tentang bagaimana awal mula pertemanannya dengan Rehan yang menyebalkan baginya itu. Iya, seharusnya Karina tidak perlu menginginkan hal lebih lagi saat ini. Seharusnya ia merasa cukup saat ia mendapatkan teman-teman yang sangat baik padanya ini. *** Jena dan Jun memasuki ruang besar yang dapat menampung banyak siswa di sekolahnya, bahkan hampir seluruh siswa di sekolahnya itu. Aula itu adalah aula besar tempat adanya panggung besar yang biasanya diadakan pentas seni atau acara penampilan sekolah, termasuk digunakan untuk pementasan drama ekstrakuriler Teater. Kaki Jena melangkah dengan ringan begitu memasuki aula disusul Jun di belakangnya. Namun baru dua langkah, Jun berhasil menyamai langkah Jena dan berjalan di sisinya. "Lo sekarang jadi kek gini gara-gara gue pingsan 'kan minggu lalu?" Jena langsung menodongnya dengan pertanyaan begitu mereka berjalan memasuki ruang aula itu. Jun mengalihkan tatapannya dan memandang hal lain asal tidak menatap mata Jena. "Enggak." Ia tidak ingin ketahuan telah berbohong. Jena berdecih kesal lalu ikut mengalihkan tatapannya. "Gue gak apa-apa, Jun. Lain kali gak gue izinin lo ikut gue kumpul kek gini." Mendengar hal itu, Jun sontak menatap Jena yang lebih pendek darinya itu. "Gak boleh. Gue harus terus ikutin lo pokoknya." Jena sontak memberhentikan langkahnya, lalu mendongak menatap cowok itu. "Kok lo jadi over protektif gini, sih?" tanyanya kesal. "Terakhir kali gue pingsan lo juga gak gini amat." Kemudian gadis itu kembali melangkah memasuki area dalam aula dan berbelok ke sebuah ruang yang terhubung dengan belakang panggung. Dalam ruangan itu lah seluruh anggota ekstrakurikuler Teater berkumpul. "Terakhir kali gue juga kek gini kok." Jun memprotes ucapan Jena. Ia masih menatap Jena dengan memberengut. Meski begitu, ia terus mengikuti langkah Jena. Hingga akhirnya Jena menghentikan langkahnya begitu sampai di depan ruang itu, yang otomatis membuat Jun ikut berhenti melangkah. "Lo tunggu di sini." Jena membalik badan menatap Jun. Lalu melipat tangannya di depan d**a. "Lo gak mungkin 'kan ikut gue rapat?" Jun tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, dan dengan sekali hentak cowok itu sudah menyingkirkan Jena ke pinggir. Lalu tanpa punya rasa bersalah, cowok itu melangkah masuk begitu saja ke dalam ruangan. Jena hanya bisa menganga lebar melihat kelakuan Jun yang menyebalkan. Gadis itu akhirnya hanya pasrah ketika Jun ikut masuk ke dalam ruang. "Wih, ada Jun!" Suara itu terdengar begitu Jun memasuki ruang itu. Seorang siswa berbadan gempal langsung menyapa Jun. "Selamat datang, Bro!" Siswa ber-nametag Gilang itu menjabat tangan Jun lalu berpelukan dengan antusias. "Yoi, Bro." Jun tersenyum lebar. Lalu setelah ia melepas pelukan Gilang, cowok itu mengedarkan tatapannya menatap seluruh anggota Teater di sana. Ada belasan orang di sana yang Jun tidak tahu jumlah pastinya. Cowok itu tersenyum ramah. "Gue boleh ikut duduk di sini, 'kan?" tanya cowok itu dengan senyum lebih lebar lagi. "Gak boleh! Ini privasi anak-anak Teater!" Jena menjerit sebal di belakang cowok itu. Yang langsung mendapat pelototan dari Jun, em, dan seluruh anggota Teater itu. "Gue gak tanya sama lo," balas Jun dengan memasang wajah yang meledek Jena. Hal itu membuat beberapa anggota ekskul Teater itu terkekeh. Lalu Jun kembali bertanya pada orang-orang di dalam ruangan itu yang masih memandangnya itu. "Boleh 'kan gue ikut duduk di sini?" Pertanyaan dari Jun langsung mendapatkan balasan dari semua anggota Teater di sana. Terutama para anggota berjenis kelamin wanita itu. "Boleh!" "Di sini lama juga gak apa-apa, kok." "Boleh banget dong!" Tentu saja mereka tidak keberatan dengan kehadiran Jun itu. Mereka malah dengan senang hati menerima kehadiran cowok ganteng itu di tengah-tengah mereka. Mendengar hal itu membuat Jun senang bukan main, ia dengan segera menatap Jena yang mencebik bibir sejak tadi, dan menyeringai di depan Jena. Gilang, selaku Ketua Ekstrakurikuler Teater itu hanya bisa tersenyum canggung saat Jena memelototinya. Kemudian cowok itu menjawab pelototan Jena dengan kalimat, "Gak apa-apa, Jen. Jun 'kan anggota OSIS bidang Bakat Minat, jadi dia boleh tahu kegiatan tentang ekskul manapun. Bahkan kita minta dana lewat dia." Mendengar penjelasan dari Gilang itu membuat Jena tak bisa berkata apa- apa lagi. Ia mau tidak mau harus menerima keberadaan cowok itu di sana. "Ish!" Jena kesal dan menghentakkan kakinya sembari memasuki ruangan. Ia melangkah mendekati cewek yang duduk tak jauh dari pintu masuk. Cewek itu adalah cewek yang sama dengan cewek yang memanggil Jena tadi, Mia. Cewek itu dengan cepat mendekati Jena dan membisikkan sesuatu. "Jun tumben ikut?" Jena hanya dapat mengedik bahunya dan masih menatap Jun dengan kesal. Cowok itu bahkan dengan santainya duduk di kursi kosong di dekat Gilang. Lalu memeletkan lidah ke arahnya. Menyebalkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD