Bagian 7

1206 Words
"NATHANIEL ARYA SANDAWA!" Teriak Raisa menggelegar di dalam ruangan Niel. Brakk "Aduh!" ringis Sanora. Bahkan Sanora yang baru ingin duduk di kursinya tersentak jatuh. "Suara apa itu?" gumam Sanora. Dengan cepat-cepat dia berdiri dari lantai dan menerjang masuk ke ruangan bosnya, takut jika terjadi apa-apa di sana. Pahlawan si Sanora ini. "Mama!" seru Niel. "Kau benar-benar nakal yah, kalau mau nikah bilang saja sama mama tidak usah menghamili anak orang, nanti mama yang atur, kau tidak usah takut hanya karena dia pengantar bunga, kau ini ck!" ucap Raisa panjang lebar. "Mam--," ucapan Niel terpotong. "Tidak perlu penjelasanmu, pokoknya nanti malam bawa gadis itu ke rumah, mama tidak mau tahu, kalau sampai kau tidak bawa gadis itu awas saja kau, akan ku potong tititmu!" lanjut Raisa. Niel dan Taufan yang mendengar ucapan ancaman dari Raisa meringis ngilu sedangkan Sanora bergidik ngeri dan langsung pingsan seketika mendengar kalau titit bosnya akan di potong oleh ibunya. Bruukk "Kau ini--," ucapan Raisa mengudara karena melihat sekretaris anaknya jatuh pingsan tepat di depan pintu masuk ruangan Niel. Niel dan Taufan menoleh dan melihat Sanora tersungkur tidak sadarkan diri. "Astaga..." desis Taufan. Lalu cepat-cepat di angkatnya tubuh Sanora ke sofa. "Ma, apa yang mama lakukan..." ucap Niel frustasi. "Dia pingsan Niel, kau lihat dia bahkan tidak merespon remasanku--," belum selesai ucapan Taufan, sepatu kiri Raisa bersarang di kepalanya. Plok "Awh..." ringis Taufan. "Remasan apa yang kau maksud? Lihat dimana tanganmu bersarang? Ck! Lepaskan tanganmu!" decak Raisa. Lalu Taufan buru-buru melepaskan tangannya dari bahu dan tangan kiri Sanora. "Ck! Cari kesempatan saja," lanjut Raisa. Taufan menggaruk kepala. "Bawa dia yah, gosip kamu menghamili gadis pengantar bunga itu sudah beredar seantero kantor, mama nggak mau nanti sampai di luar, mama mau pulang!" ucap Raisa. Tadinya dia berniat ingin membabat habis anak sulungnya ini, tapi berhubung sekretaris anaknya pingsan karena ucapannya, Raisa mengurungkan niatnya. Pikirnya biarkanlah di rumah saja baru di babat, lagian ini di kantor dia tidak mau mengundang para karyawan melihatnya memarahi anaknya. "Ma..." panggil Niel. "Sstt...jangan banyak bicara, cepat selesaikan pekerjaanmu mama tunggu di rumah dan jangan lupa bawa pesanan mama!" perintah Raisa ke anaknya. Lalu Raisa berjalan keluar dari ruangan anaknya itu dan pulang. "Ck! Aarrgghhh..." frustasi Niel. Taufan menyipitkan matanya. "Jadi benar berita itu?" tanya Taufan. "Berita apa yang kau maksud? Aku saja tak tahu berita apa yang sedang tenar di kantorku saat ini ck!" jawab Niel dengan muka masam. Taufan berfikir jika Niel tak tahu berita yang sedang hangat sekarang di kantornya, dia berinisiatif untuk memberitahukan Niel. "Biar kau tahu aku saja yang bilang, tadi waktu aku masuk pintu kantormu, para pegawaimu sedang mengerumuni seorang wanita berkacamata, dan ku dengar dari mereka bahwa kau menghamilinya." Jelas Taufan. Niel yang mendengar penjelasan Taufan dibuat dongkol setengah mati. "Siapa yang menghamili siapa? Kau ini ada-ada saja, lagipula kenapa kau percaya dengan gosip murahan itu?" ucap Niel kesal. Taufan menaikkan bahunya. "Aku mendengar dari gadisnya!" balas Taufan. "Hah!? Gadis siapa yang kau maksud?" tanya Niel. "Yah gadis yang terlibat gosip denganmu, memang gadis siapa lagi?" jawab Taufan. "Tunggu-tunggu... kau bilang kau bertemu dengan gadisnya langsung?" tanya Niel. Taufan mengangguk. "Berkacamata tebal?" tanya Niel. Taufan mengangguk. "Punya lebam di rahang bawah?" tanya Niel lagi. Taufan mengangguk. "Ck! Astaga SAVANNA!" teriak Niel. Taufan menutup telinganya, takut kalau-kalau dia akan tuli. "Jadi benar kau menganiaya gadis itu? Tak ku sangka kau yang paling alim dari kita ber-empat yang duluan buat kasus, astaga...belum nikah saja sudah main tangan apalagi sudah nikah? Kaki mungkin?!" ceplos Taufan. Niel memandangi Taufan dengan tajam. "Mana mungkin aku seperti itu? Astaga... " frustasi Niel. Lalu Taufan sadar akan kehadiran sekretaris Niel yang masih pingsan. "Bagaimana dengan dia?" unjuk Taufan. Niel tak mengubris dan menjawab asal. "Terserah kau mau apakan," sahut Niel. "Benarkah? Bagaimana kalau ku bawa saja dia." Celetuk Taufan. Tangannya hendak meraih Sanora dalam gendonganya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Niel dongkol. "Membawanya," jawab Taufan. "Kemana? Dia sedang pingsan Taufan!" seru Niel. "Justru dia sedang pingsan, aku akan membawanya ke ruang kesehatan, aku baik kan?!" puji Taufan pada diri sendiri. "Aakk...bapak ngapain? Aduh," tanya Sanora tiba-tiba bangun dari pingsannya. Taufan berjinggat kaget karena teriakan Sanora tak sengaja melepaskan rangkulannya dari Sanora, dan untuk kedua kalinya Sanora jatuh di lantai. "Maaf..." sesal Taufan. Sanora hanya mengangguk dengan muka masam. "Tadi kau pingsan jadi ingin kubawa di ruang kesehatan." Jawab Taufan. "Oh...ya sudah," respon Sanora. "Hah? Ya sudah apa?" tanya Taufan bingung. "Bukan apa-apa pak, saya sudah sadar tidak perlu di bawa lagi ke ruang kesehatan, maaf merepotkan anda." Jawab Sanora. Taufan manggut-manggut. "Benar?" tanya Taufan. Sanora mengangguk. "Permisi pak saya mau ke ruangan saya." Ucap Sanora sambil berjalan keluar ruangan Niel. Taufan dan Niel hanya mengangguk. "Sekretarismu imut," ucap Taufan. "Sudah punya tunangan," sahut Niel. "Siapa yang tanya dia sudah punya tunangan? Aku kan hanya bilang dia imut," elak Taufan. "Hanya mengingatkan." Balas Niel. Lalu mereka menghabiskan sisa waktu sampai jam makan siang dan berpisah. ............... Savanna duduk santai di kantin dan sedang melahap soto ayamnya. "Enak sekali siang begini makan Soto..." ucap Savanna. "Yah begitulah," sahut Sumitra yang sedang makan nasi goreng. "Lebih enak makan mie ayam," timpal Kezia. "Mie ayam terus lama-lama jadi ayam kau," sahut Savanna asal. "Ish masa sih? Kamu juga makan soto ayam, berarti kamu jadi ayam juga dong," celutuk Kezia. "Ah nggak tuh, ni buktinya aku nggak jadi ayam," balas Savanna. "Hm masa?" cibir Kezia. Savanna mengangguk. "Coba aku tanya, suara ayam tuh kaya gimana?" tanya Savanna. "Yang jantan apa betina?" tanya Kezia. "Yang mana aja ah yang betina aja deh," jawab Savanna. "Kalau yang betina suara gini ni koteek koteek koteek," praktik Kezia. "Nah itu tuh..." ucap Savanna. "Itu apa? Tanya Kezia. "Kamu ayam, barusan nunjukin jati diri," jawab Savanna. "Iihh Savanna!" kesal Kezia. "Pfftt hahaahahaha!" tawa Savanna dan Sumitra. "Awas kamu yah..." ucap Kezia. "Udah ah gitu aja di ambil hati, ayam aja di ketawain, ketawa balik." Cibir Savanna. "Hiii itu kan ayam, aku kan manusia kamu gimana sih," kesal Kezia. "Hahahaahaha!" tawa Savanna dan Sumitra. ........................ Menjelang jam 7 malam Niel tiba di rumahnya. "Assalamualaikum," salam Niel. "Waalaikumsalam," balas mbok Ati, pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah Niel. "Eh den Niel..." ucap mbok Ati. "Mama mana mbok?" tanya Niel sambil masuk dan berjalan ke dalam rumah. "Ada di dapur lagi potong semangka." Jawab mbok Ati. "Oh...kalau papa sama Thalia?" tanya Niel lagi. "Kalau bapak sama neng Thalia di meja makan den," jawab mbok Ati. "Oh..." sahut Niel, bukan berjalan ke arah kamar malah langsung meleset ke ruang makan. "Hai papa, oh adikku," sapa Niel. "Hai juga kak." Balas Thalia. Sedangkan Risky hanya mengangguk. Mbok Ati kedapur dan menemui majikannya. "Siapa yang datang mbok?" tanya Raisa. "Oh itu bu den Niel udah datang," jawab mbok Atik. "Ah yang bener?" tanya Raisa memastikan. Mbok Ati mengangguk. "Yes! Pasti bawa perempuan!" batin Raisa girang. Lalu cepat-cepat Raisa meleset ke ruang makan tanpa menaruh pisau yang sedang di genggamnya. "Eh udah datang kamu Than?" tanya Raisa girang. Niel mengangguk dan menjawab dengan tak kalah girang. "Iya dong ma..." jawab Niel. "Mana pesenen mama?" tanya Raisa masih dengan ekpresi yang sama. "Hah?!" bingung Niel. "Pesenen mama? Yang mana yah?" tanya Niel. "Kamu datang dengan siapa?" tanya Raisa masih dengan senyuman manis. "Sendiri aja," jawab Niel. Lalu lunturlah sudah senyum manis yang bertengger di bibir Raisa, di gantikan dengan raut wajah datar. "Hem sendiri aja?" tanya Raisa memastikan pendengarannya. Niel mengangguk. "Nggak dengan siapa-siapa?" tanya Raisa lagi menekan pertanyaannya. Niel akan menjawab dengan senyum manis, tapi lama-kelamaan luntur juga senyumnya. "Iya ma nggak dengan siapa-siapa," jawab Niel pelan. "Astaga kenapa aku bisa lupa permintaan mama tadi? Aish," rutuk Niel dalam hati. "Nggak dengan siapa-siapa yah, oh ok," ucap Raisa tenang seperti desisan. Risky dan Thalia yang melihat perubahan ekspresi Raisa, mengerutkan kening mereka. "Ma...muka mama kenapa git--," belum selesai ucapan Thalia. Raisa memulai aksinya mengangkat pisau di tangan kanannya dan mengancungkannya pada Niel. "DASAR NAKAL SUDAH MAMA BILANG BAWA DIA, KAU...!!!" teriak Raisa. "Aaaaaaaaaaa!!!" teriak susulan Niel dan Thalia. Risky yang melihat perubahan dan kelakuan istrinya itu panik setengah mati. "Mama! " panik Risky. "Ma!" teriak Niel menghindar dari mamanya. "MAMA POTONG TITIT KAMU!" teriak Raisa lagi. "Aaaaammpuuunn!/mama!/pa mama!" teriak Niel, Risky dan Thalia bersamaan. ..................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD