Kesunyian masih menyelimuti kebersamaan di tengah rasa dingin yang makin lama makin menusuk. Bahkan meski di sana tak ada mesin pendingin, kenyataan waktu yang sudah dini hari, memang membuat suhu udara makin dingin. Baik Arkana maupun Lita masih duduk tak bersemangat di bangku tunggu yang ada di depan ruang rawat Lilyn. Keduanya masih terjaga, dan pandangan mereka sama-sama kosong ke depan. “Aku benci kalau harus duduk begini,” sergah Arkana memecah keheningan. Ia beranjak berdiri dengan kasar, tapi ia gagal dan malah kembali duduk dengan terbanting. “Sssttt!” “Kana ...?” Lita segera memastikan. Ia agak jongkok dan tak lagi berdiri. Setelah ia amati, suaminya terlihat menahan sakit di kedua kakinya. “Kaki kamu kenapa?” Lita memastikan kaki Arkana. “Kesemutan ih, sakit banget. Kan aku