8 : Tukar Tambah Suami

1854 Words
“Aku mau—” “Aku sedang datang bulan.” “Yang datang bulan bukan bibir kamu, kan?” Kali ini Lita tak lagi menjawab, tapi tak lama setelah itu, Arkana menarik tubuhnya melalui kedua ketiaknya. Suaminya itu membuatnya tak lagi memakai gaun pengantin yang sempat membuat penampilannya sangat memukau. Arkana mendekap hangat tubuh Lita yang hanya memakai bikini hitam. Menyandarkan dagunya pada sebelah pundak Lita, senyum lepas terbit di wajah tampan Arkana. Pemuda itu tersenyum penuh kemenangan, menguasai tubuh ramping Lita yang tenggelam dalam dekapannya. “Akhirnya, ke depannya hidupku akan sangat berwarna bahkan berisik. Terima kasih banyak, Tuhan.” Arkana tersenyum ceria, dan detik berikutnya menjadi terbahak karena ia mendapatkan cubitan kesal dari Lita. Istrinya itu mencubitnya sekuat tenaga hingga menimbulkan rasa panas yang luar biasa di bekasnya. “Sudah sana ih, lepas. Aku mau mandi,” ujar Lita. “Mandi bareng, yuk?” sergah Arkana sengaja memotong ucapan Lita. Ia buru-buru membingkai wajah Lita, menatapnya dengan jarak yang begitu dekat, dan ia sengaja menggodanya melalui tatapan nakal. “Astaga ... kamu ya.” Jujur, ulah Arkana yang kembali jail membuat Lita kehilangan rasa tegang apalagi takutnya. Bergegas ia melepaskan diri tanpa peduli pada kenyataannya yang hanya memakai bikini. Bahkan meski di detik berikutnya, Arkana dengan jail menabok pantatnya dan bertahan menahan di sana. Arkana membiarkan tangan kanannya menampung p****t Lita yang terbilang berisi dan memiliki bentuk ideal. Setelah terpejam pasrah, Lita juga menghela napas dalam. Mengatur baik-baik napasnya sekaligus membentangkan kesabaran. “Kana, ... aku yakin, aku sedang mens—” Lita yang sampai menoleh, menatap tak habis pikir Arkana maupun tangan kanan suaminya itu, berangsur terpejam pasrah. Benar saja, telapak tangan kanan Arkana sampai dihiasi darah kehitaman dan itu darah mensnya. Namun, pemuda itu tampak nyaman-nyaman saja tanpa menunjukkan rasa jijik apalagi kesal yang mana ekspresi tersebut ia yakini harusnya ada. Bukankah selain jail, Arkana merupakan tipikal super bersih dan juga pemarah? Meski kesal, Lita meraih tangan kanan Arkana kemudian mencucinya di wastafel sebelah mereka. “Kamu tahu, saat enggak datang bulan saja, aku bisa lebih garang melebihi singa, apalagi kalau posisinya sedang seperti sekarang—” Lita tak kuasa melanjutkan ucapannya lantaran Arkana sudah langsung sibuk menciuminya. Arkana seperti kerasukan arwah kasmaran. Pemuda itu begitu hanyut mengabsen wajah, leher, dan berakhir di bibir Lita sekalipun Lita sudah sibuk menghindar, melalui ciuman. Fatalnya, ulah Arkana membuat sensasi liar lahir dan seketika menguasai diri Lita seiring aliran darah wanita itu yang juga menjadi memanas. Terlebih ketika akhirnya Arkana membopongnya dan membawanya masuk ke ruang kamar mandi bagian dalam dan di sana dihiasi bak rendam berukuran besar. Mau tidak mau, Lita mengalungkan kedua tangannya pada tengkuk Arkana. Ia membiarkan pemuda itu menenggelamkan wajah di lehernya di tengah kesibukan Arkana dalam mengabsen setiap inci milik Lita. “Kana, enggak usah gendong-gendong. Takutnya kamu khilaf dan malah banting aku. Iya kalau bantingnya cukup di lantai atau bak rendam, kalau kamu sampai buang aku ke luar kamar terus jatuh ke dasar luar sana?” omel Lita sambil membingkai wajah Arkana yang perlahan ia dorong agar pemuda itu berhenti melumat bibirnya maupun mengabsen bagian lainnya. Detik itu juga Arkana terdiam kesal, sementara di detik berikutnya, ia nekat melepas dekapannya terhadap tubuh Lita. Kedua mata Lita membelalak dan berakhir dengan terpejam pasrah disusul dengan tubuhnya yang terbanting akibat ulah Arkana. Walau tak sampai membuat tubuhnya langsung remuk, jujur saja ulah Arkana barusan makin membuat Lita kesakitan. Lita bahkan sampai tidak bisa berkata-kata termasuk itu merintih kesakitan, saking sakitnya. “Wah, Sayang ... kok kamu jatuh? Sepertinya aku benar-benar khilaf!” ucap Arkana syok dan tentu saja hanya pura-pura. Ia berangsur jongkok di hadapan Lita yang langsung berusaha bangun. “Benarkan itu tadi yang dinamakan khilaf?” Ia sengaja memasang wajah tak berdosa, seolah ia memang tidak tahu. “Tapi kan, aku enggak sampai lempar kamu ke luar, kan?” “Arkaanaaaaaaa!” Kali ini, Lita benar-benar berteriak. Andai dunia bisa mengalami dampak dari setiap ucapan khususnya teriakan, pasti gedung hotel mereka menginap sudah terguncang akibat teriakan barusan. *** Pagi yang melelahkan karena selain seharian kemarin sudah sangat sibuk, kini Lita juga terbangun dalam dekapan Arkana. Lita merasa dirinya tetap tidak baik-baik saja, sekalipun ia yakin Arkana tak sepenuhnya akan menyiksanya. Arkana hanya kesepian dan menginginkan sosok yang mampu memberinya kehangatan atau malah teman berdebat layaknya apa yang selama ini terjadi dalam hubungan mereka. “Kana, aku mau ke kamar mandi,” lirih Lita sambil menoleh ke belakang dan membuatnya mendapati wajah tampan Arkana yang langsung memenuhi pandangannya. “Popokmu sudah penuh?” ucap Arkana dengan kedua matanya yang masih terpejam. Lita tidak tahu bagaimana ceritanya ia bisa tidur dalam dekapan Arkana, padahal semalam ia memilih tidur di sofa sebelah. “Pacaran, yuk?” ucap Arkana kemudian dan berhasil menarik pikiran Lita ke alam kenyataan. Lita yang awalnya merenung kembali menatap Arkana. Kedua mata suaminya masih terpejam sempurna. “Kamu sudah bangun apa ngigo, sih?” Tanpa menjawab, Arkana membuka matanya, dan detik itu juga menjadi dipenuhi oleh wajah Lita. Masih ada sisa rias khususnya di sekitar mata dan bibir karena semalam sebelum tidur, Arkana memaksa Lita untuk merias wajah. “Aku serius. Mulai sekarang, kita pacaran?” ucap Arkana. Lita mendengkus kemudian menghela napas dalam. “Berani kamu macam-macam bahkan sekadar menyentuhku berlebihan, mati kamu!” Arkana mencibir sinis. “Kalau begini caranya, aku lebih suka kamu tidur daripada sudah bangun.” “Ya iya, kamu lebih suka aku tidur karena dengan begitu, kamu bisa menjajahku dengan leluasa. Ini bibirku kamu apakan semalam, kenapa rasanya jadi lebih tebal dari tempat tidur kita? Berasa jadi satu kuintal!” omel Lita, tapi Arkana malah menertawakannya. Tak lama setelah itu, kedua tangan Arkana berangsur membingkai wajah Lita. Jemarinya meraba bibir Lita yang memang menjadi bengkak karena semalaman penuh ia jajah. “Kamu kan tahu, lima tahun lebih aku menunggu untuk bisa melakukannya dengan bebas kepadamu. Dan apesnya, kamu malah mens di malam pertama kita. Ya mau bagaimana lagi?” ujar Arkana yang seketika diam karena Lita membenamkan bantal bekas wanita itu tidur, di wajah Arkana. Seperti yang Lita duga, hubungannya dan Arkana maupun pernikahan mereka, benar-benar menjadi hubungan paling tidak waras yang pernah ada di muka bumi ini. Sebab, setelah sibuk meledeknya, Arkana juga mau-maunya saja memijatnya sesaat setelah ia memintanya. “Kita ke dokter yah, soalnya aku khawatir, kok kamu jadi gampang jatuh,” ucap Arkana. Lita yang tengkurap di tengah-tengah tempat tidur, berangsur menggeleng. “Aku baik-baik saja. Kanna, jangan sekeras itu, nanti yang ada tulang-tulangku beneran remuk.” Arkana tetap memijat telapak kaki Lita sekuat tenaga menggunakan ujung jemari kedua tangannya. “Biasanya kalau dipijat begini hasilnya cepat enakan.” “Iya, sih. Tapi kamu mijatnya jangan pakai emosi!” “Salah siapa kamu belum kasih aku morning kiss!” Lita merasa geli mendengar permintaan Arkana barusan. Apalagi setelah akhirnya pemuda itu mendadak menindihnya kemudian mendekapnya. Arkana meletakan dagunya di sebelah dagu Lita. Tak pernah terbayang oleh Lita jika pada kenyataannya, laki-laki misterius yang menikahinya malah Arkana, pemuda berisik dengan sejuta kejailan dan sungguh tidak bisa diam jika sudah berurusan dengannya. “Kana, aku beneran enggak bisa napas kalau begini keadaannya. Kira-kira dong, tubuhmu dua kali-lipat lebih besar dari tubuhku!” bahkan Lita mulai kesulitan napas sebelum akhirnya Arkana agak geser dan tengkurap di sebelahnya. “Kana, ... memangnya kamu, cinta bahkan bucin banget, ke ... aku?” Lita menoleh dan menatap tak percaya Arkana. Pemuda itu mengabaikannya, tapi sebelah tangan Arkana sibuk mengelus lengannya yang terbungkus piama kimono warna hitam. Bagi Lita, kenyataan tersebut menegaskan bahwa Arkana memang sangat mencintai bahkan bucin kepadanya. Terlebih jika melihat pada rekam jejak hubungan mereka. “Dari dulu kamu bilang kalau kamu fans berat aku. Eh ternyata kamu kucing garong yang sudah mengatur semuanya sedemikian rupa.” Lita tersenyum getir, dan baru saja, Arkana menoleh padanya. Pemuda itu berusaha mencium bibirnya, tapi ia menolaknya. “Please,” lirih Arkana benar-benar memohon, mengemis ciuman bibir pada wanita yang sudah ia peristri. Lita tetap menggeleng. “Aku beneran enggak terbiasa melakukannya kalau belum gosok gigi.” Arkana yang terbawa emosi langsung membingkai wajah Lita menggunakan kedua tangannya, kemudian memaksa istrinya itu hingga ia mendapatkan ciuman yang ia inginkan. Tuhan, jangan sampai aku berubah jadi siluman harimau hanya karena kelakuan suamiku yang semenyebalkan ini! Batin Lita benar-benar kesal karena Arkana terus saja memperlakukannya bak boneka. Dari dicium, digelundungkan ke kanan kiri, dan kini dibopong ke kamar mandi. “Please jangan dibanting lagi. Tubuhku beneran sakit banget karena andai enggak, pasti aku sudah ngamuk ke kamu.” Lita sudah hampir menangis, kewalahan menghadapi kejailan Arkana yang telah membuat dunianya menjadi makin jungkir-balik. “Ya Tuhan, andai bisa tukar tambah suami, aku mau!” rintih Lita yang meringkuk pasrah setelah Arkana meletakannya di bak rendam. Suasana di sana sudah terbilang panas dan sepertinya Arkana sengaja mengajaknya untuk berjemur. Baru saja, suaminya itu juga membuka kaus yang dipakai. Dan seperti yang Lita duga, setelah sampai membuat tubuh bagian atasnya polos, Arkana juga meletakan kausnya itu di kepala Lita. Arkana sengaja jongkok di sebelah Lita dan membuatnya memunggungi keberadaan matahari. “Kamu pengin tukar tambah suami dengan sang seperti apa?” Ia menertawakan Lita yang langsung cemberut menatapnya sesaat setelah istrinya itu melempar tinggi kausnya dan berakhir dalam tangkapan tangan kanannya. Arkana menangkap lemparan kaus yang Lita lakukan sekalipun tatapannya masih fokus pada kedua bola mata lebar milik istrinya itu. Yang mana, ia juga menatap wajah Lita dengan jarak yang begitu dekat dan lagi-lagi membuatnya tidak bisa menganggurkan bibir manis istrinya. Sekuat tenaga Lita mendorong wajah Arkana menggunakan tangan kanannya. “Bibirku sudah jadi dower, mau kamu apakan lagi?!” omel Lita. “Aku suka!” ucap Arkana yang kemudian mengecup mesra bibir Lita. Kemudian, ia fokus dengan acara berjemur mereka, menatap langit luar dari hamparan jendela kaca di hadapannya yang terbilang luas. “Lepas piama kamu biar lebih merata jemurnya,” ucap Arkana sambil menoleh dan menatap sang istri yang tampaknya masih sangat kesal kepadanya. Lita bahkan langsung menghindari tatapannya. “Yakin, kamu aman kalau aku sampai lepas piama?” tiba-tiba saja, Lita melirik jail Arkana yang langsung panik ketika ia sungguh menarik kaitan ikatan piama di bagian pinggangnya. “Apa? Tadi kamu yang minta aku buat lepas piama, kan? Sudah, aku kan mau berjemur dengan benar juga, biar lebih merata jemurnya!” Lita tersenyum girang dan benar-benar membuat tubuhnya hanya memakai lingire warna hitam yang teramat transparan, sementara Arkana sudah langsung gelisah bahkan pucat pasi, tak lagi berani menatapnya. Karenanya, kini gilirannya membuang piamanya ke wajah suami menyebalkannya itu. “Cepat lakukan sesuatu karena kamu sudah membuat milikku bangun!” keluh Arkana sambil menatap memohon kepada Lita, sesaat setelah mengambil piama istrinya itu dari wajahnya. Tak disangka, bukannya sigap mengurusnya dan menjalani perannya sebagai seorang istri, Lita malah tertawa dan sibuk tebar pesona yang tentu saja membuatnya semakin tergoda sekaligus tersiksa. Buru-buru Arkana masuk dan mengambil alih apa yang tengah Lita lakukan. Dari membelai rambut hitam panjangnya yang begitu indah, juga mengabsen setiap inci tubuhnya yang sangat lembut dan sudah langsung menjadi candu untuknya, melalui ciuman. “Kana, Kana, Kana ... hei, yang benar saja!” Lita benar-benar sibuk menghindari Arkana, tapi suaminya itu benar-benar menjadi buas dan tak lagi memedulikannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD