[HAGIA] . "Maaf mengganggu istirahat anda, Tuan Hagia," kata Fahrettin Oktay ketika aku menerima panggilan telepon darinya. "Ya, Oktay, silakan." Orang suruhanku itu tidak mungkin menelepon di larut malam jika tidak ada hal penting yang ingin dibicarakannya. Aku duduk di sofa tunggal yang digunakan Sophia beberapa kali ketika aku terbaring tak sadarkan diri. Cahaya kamar hanya berasal dari lampu kecil di lorong menuju kamar mandi. Sengaja kubiarkan gelap lebih mendominasî ruangan, dengan demikian, aku bisa bebas melakukan banyak hal, termasuk sesekali mengintai ke luar jendela. "Sudah tujuh puluh dua jam saya membayangi Fatih Shimshek, Tuan." "Good. Ada hal yang perlu kau laporkan padaku?" "Selama dua hari, dia tidak melakukan kegiatan di luar jadwal biasanya. Berangkat kerja tep