"Oh, Will. Faster! Faster!"
"Miss Hanna Rosendale?"
Hanna sontak tersentak mendengar panggilan itu. Suara bariton yang baru saja menegurnya, membuat semua bayangan menyakitkan yang telah ia lihat semalam di kamar William, kakak angkatnya, seketika menguap ke udara.
Seminggu yang lalu kedua orang tua mereka baru saja dimakamkan setelah dikabarkan meninggal dalam kecelakaan kereta cepat. Dan tepat seminggu kemudian, William justru melakukan sesuatu yang tidak senonoh di Rosendale House yang juga sangat menyakiti hati Hanna.
William berusia enam tahun saat pertama kali dibawa oleh ayah dan ibunya ke Rosendale House, bangunan mewah bak istana yang telah ditinggali oleh keluarga Hanna selama tujuh generasi.
Satu tahun setelahnya, Hanna pun lahir. Ayah dan ibunya hanya memiliki satu anak, yaitu dirinya. Oleh sebab itu kedua orang tuanya mengukuhkan William sebagai anak mereka dengan memberi pria itu gelar Rosendale di belakang namanya.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui darimana William berasal, bahkan kedua orang tua Hanna melarang Hanna untuk membahas tentang masa lalu saudara angkatnya itu. Sialnya, selama mereka menjalani kehidupan sebagai saudara, Hanna justru diam-diam jatuh cinta pada William.
William dingin, tapi terkadang juga sangat panas dan mampu membakar Hanna dari dalam. Hanna kerap mendengar teriakan seorang wanita dari dalam kamar saudara lelakinya itu satu tahun belakangan ini apabila kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis.
Tidak hanya itu, semalam, tanpa sengaja Hanna justru melihatnya dengan mata kepalanya sendiri apa yang William lakukan di dalam kamarnya bersama kekasihnya di sela pintu kamar saudaranya itu yang sedikit terbuka. Tubuh William 189 sentimeter, kekar dan tegap dengan b****g yang keras. b****g yang semalam bergerak maju mundur dengan cepat seiring jeritan nyaman seorang wanita terus terlontar memenuhi kamar kakak lelakinya itu.
Rasanya Hanna ingin melempar wanita itu keluar melalui balkon kamar William dan menggantikan tempatnya. Tetapi Hanna tahu, sejak dulu William tidak pernah menganggapnya lebih dari sekedar adik kecil yang harus pria itu lindungi.
"Miss Rosendale! Apa Anda telah mendengar semua penjelasan saya tadi?" ulang pria yang sebelumnya telah menegur Hanna.
Hanna menghembuskan napas lelah lalu mengangguk pada pria itu. Dia Gibson, Pengacara kepercayaan kedua orang tuanya. Hari ini pria itu datang ke Rosendale House demi membacakan surat wasiat peninggalan kedua orang tuanya.
"Walau Anda sekarang sudah berusia 20 tahun, tetapi selama Anda belum menikah, semua harta yang akan diwariskan pada Anda akan diserahkan kepada Tuan William dulu untuk mengurusnya. Jadi, jika Anda menginginkan bagian Anda, maka Anda harus secepatnya mencari seorang suami."
Di samping Hanna, duduk dengan tangan bersidekap di d**a dan tatapan dingin, William hanya tersenyum smirk. Ia sudah mendengar semua keputusan dari Pengacara sialan itu bahwa ia hanya mewarisi 40 persen dari harta peninggalan kedua orang tua angkatnya. Sementara Istana ini, Rosendale House, dan 60 persen bagian harta itu kelak akan menjadi milik Hanna setelah adik angkatnya itu menikahi seseorang.
Well, tidak masalah. William telah memiliki Perusahaannya sendiri selain Nottingham Corporation milik keluarga Hanna yang sedang ia tangani selama tiga tahun belakangan ini. Perusahaan itu memang besar, namun jika diserahkan pada Hanna, gadis manja yang hanya tahu bersenang-senang saja, William jamin Nottingham Corporation pasti akan jatuh bangkrut. Ia tidak ingin hal itu terjadi. William menghormati kedua orang tua angkatnya, dan ia tidak ingin jerih payah mereka hancur di tangan putri mereka sendiri.
"Apa itu artinya aku harus meminta uang saku padanya?" tunjuk Hanna pada William. Baiklah, ia memang sangat mencintai pria itu, oke? Namun egonya sebagai putri bangsawan membuat Hanna jarang memperlihatkan rasa sukanya terhadap William. Meski begitu, William sudah mengetahuinya. Dan satu lagi, karena William adalah pria m***m. Jika hanya padanya, Hanna tidak akan peduli. Tetapi William terkadang juga bersikap m***m pada beberapa teman wanitanya. Dan kekasih saudara angkatnya itu, bahkan sama gilanya dengan William sendiri. Menyebalkan!
"Kalau kau ingin menangani warisanmu sendiri, maka cepatlah menikah!" ujar William santai sambil melirik Hanna.
Hanna menoleh ke arah saudara lelakinya itu kemudian menyipitkan matanya. "Bagaimana jika denganmu? Agar harta keluarga ini tidak terpecah?" sinisnya.
William terkekeh pelan, "Never! Kau adalah adikku, jadi jangan pernah berharap!"
"Tapi kita tidak memiliki hubungan darah! Dan hampir sebagian warisan Ayah dan Ibu jatuh ke tanganmu, aku tidak ingin kau menghabiskannya hanya untuk Kekasihmu yang gila itu!" tukas Hanna geram.
"Hmm, aku lihat kau tertarik pada Cecil." William menarik salah satu sudut bibirnya ke belakang dengan satu alisnya yang juga ikut terangkat naik. Memperhatikan ke arah bibir Hanna yang tampak setengah terbuka, merah merekah bak kelopak mawar. Membuat ia mengerang dalam hati saat ia melihatnya. Sudah lama ia menyukai Hanna, namun statusnya sebagai anak angkat yang menghalanginya untuk memiliki gadis cantik nan jelita itu.
William tahu diri, selama 21 tahun ini ia telah dibesarkan dengan penuh kasih oleh kedua orang tua Hanna. Ia juga telah berjanji pada kedua orang tua angkatnya itu untuk selalu menjaga Hanna dengan baik, sebagai adik kecilnya yang harus ia lindungi. Sang Nona Pemilik Rosendale House.
"Aku tidak tertarik, tapi teriakannya sangat mengganggu."
"Ehem!" dengan cepat Gibson menengahi sebelum percakapan kedua kakak beradik itu menjadi semakin memanas dan ia harus mendengar sepak terjang William dari bibir Hanna yang mungil. "Miss Rosendale, jaga ucapan Anda, kita sedang berbicara tentang sesuatu yang sangat serius di sini," imbuhnya, mencoba menasehati Hanna.
"Gibson benar, sebaiknya jaga ucapanmu di hadapan orang luar. Dan jika kau merasa tidak puas padaku, kau bisa menemuiku di dalam kamarku." Meski cara bicaranya seolah menggoda Hanna, nyatanya William sangat takut jika Hanna masuk ke dalam kamarnya. Ia takut jika kendali dirinya yang selalu ia pertahankan selama ini akan luruh hingga membuatnya melakukan satu kesalahan yang tidak akan termaafkan nantinya.
"Seperti kau berani saja," gerutu Hanna.
William menggeram dalam diam. Huft, jika ia tidak ingat akan janjinya pada kedua orang tua angkatnya, ia pasti akan membuat Hanna menjerit meneriakkan namanya sebagai hukuman karena Hanna terkadang menggodanya secara tidak ataupun disengaja. Adik angkatnya yang cantik ini seakan tahu jika William kerap memperhatikan dirinya secara diam-diam. Dan Hanna justru sengaja mengangkat dressnya dan memperlihatkan betisnya yang putih bak pualam.
"Hei, hei, ini masalah yang tabu untuk dibicarakan oleh Kakak Adik." Gibson kembali menegur Hanna, ia kini bahkan melirik ke arah William. Gibson sudah tahu bahwa William hanyalah putra angkat dari Mr. Aroon Rosendale. Ia mendengarnya pertama kali dari mulut Hanna, seminggu yang lalu di pemakaman. Gadis cantik ini tampak sedang memarahi William yang telat menghadiri pemakaman kedua orang tua mereka.
Saat itu, Hanna tanpa sengaja melontarkan rahasia William ketika gadis itu menarik saudara lelakinya itu untuk berbicara berdua usai pemakaman. Namun sebagai Pengacara yang telah dipercaya oleh kedua orang tua Hanna untuk mengurus keluarganya, Gibson tentu saja harus menyimpan rahasia itu di dalam hatinya.
"Miss Rosendale." Gibson kembali berpaling pada Hanna dan menatap gadis itu dengan intens, "Meskipun kedua orang tua Anda meminta Anda untuk menikah, tetapi bukan berarti Anda boleh menikahi saudara Anda sendiri!"