Chapter 8

1241 Words
Felisa berjalan santai, ia tak peduli apapun di sekitarnya karena begitu senang di berikan ponsel baru. Jalanan Guangzhou sekarang sedang ramai karena akhir pekan. Felisa begitu senang sampai tak menyadari jika beberapa meter dari tempatnya berdiri sekarang seseorang tengah memperhatikan nya. “Aku terlalu meremehkanmu sampai kau bisa keluar dari tempatku adalah hal yang menakjubkan, lihat apa yang bisa aku lakukan padamu gadis kecil.” batin Rubin. “Bawa gadis itu ke ruang tahanan, akan aku beri dia sedikit kejutan yang menyakitkan.” ucap Rubin memerintahkan. Dunia memang kejam bagi Felisa, gadis itu tak menyangka jika hidup nya akan berubah kelam saat bertemu dengan Rubin. Felisa bisa melakukan gerakan beladiri seperti karate dan jiu jitsu tapi tidak begitu mahir, namun bisa di gunakan saat terdesak. Felisa lemah dengan emosinya yang bisa berubah ubah begitu cepat yang kadang marah, kadang sedih, kadang ceria, semua tak terkontrol dengan baik. Gadis itu berhenti mendadak laju langkah ketika beberapa orang berpakaian serba hitam yang ia kenal sebagai anggota pria yang menculik nya itu sudah berdiri beberapa meter di depannya. Felisa berbalik tapi di sana juga sama saja, dua orang berbaju hitam tengah berjalan ke arahnya. Tak ada jalan lain, felisa harus membelah jalanan di tengah padatnya lalu lintas dan orang berpakaian hitam tadi  langsung mengejarnya. Kali ini ia tak boleh tertangkap lagi. Felisa berlari sekuat tenaganya mengabaikan klakson mobil yang berbunyi mencoba memperingatinya. Felisa sudah tak peduli lagi, yang jelas ia harus lari secepat mungkin. Felisa sudah sampai di tepi jalan, ia akan melanjutkan larinya jika saja seseorang tak menariknya masuk ke dalam mobil. “Jalan.” Perintah Rubin. Felisa melotot, dirinya sudah berusaha lari sekuat tenaga menghindari para penjahat tadi tapi yang ia dapat justru malah bos dari si penjahat, Ini tidak benar. “Kau bagaimana bisa ada di sini?” “Kau pikir kau bisa lari kemana?” Rubin mencengkeram rahang Felisa, gadis itu kembali meronta merasakan perih di wajahnya. "You can never escape from me, you're mine" ucap Rubin penuh menekankan. Mobil terus bergerak membelah jalanan yang begitu padat, Rubin melepaskan tangannya dari rahang felisa. “Kali ini aku tak akan mengasihanimu lagi, kau akan tau sudah berurusan dengan siapa.” Felisa beringsut mundur melihat senyum mengerikan milik Rubin. Mobil tiba di rumah mewah tapi jangan terkecoh dengan rumah seperti itu, di luar memang terlihat seperti istana tapi di dalam? kau akan tau jika memasukinya. Rubin menarik paksa Felisa keluar dari mobil  membawa gadis itu naik lift menuju lantai bawah tanah yang begitu gelap dan lembab. Sampai di sana terdengar rintihan orang-orang kesakitan bahkan ada yang meminta tolong untuk di lepaskan. Felisa melihat beberapa orang memprihatinkan di dalam kandang layaknya hewan di sepanjang langkah yang ia ambil. Sungguh rumah ini memang benar-benar pantas di sebut penjara. Rubin ternyata suka menyiksa orang dan apakah itu yang di maksud psikopat? Tiba-tiba Felisa merinding. Tiba di bagian paling ujung ruangan yang luas hanya di d******i warna putih yang membosankan seakan kita ada di dimensi lain. Rubin membanting tangan Felisa sampai gadis itu tersungkur ke lantai. “Ini akibatnya kau tak mendengar apa yang ku katakan, kau masih memiliki satu kesempatan untuk memohon padaku agar aku membebaskanmu dari sini.” “Aku tidak akan melakukannya sampai aku mati sekalipun.” Plakk.! Tubuh Felisa terhuyung dan kembali tersungkur ke lantai saat Rubin menamparnya. “Keras kepala!” “Kau psikopat!” Maki Felisa. Rubin menggeram, ia mencengkeram rahang Felisa lagi. “Aku bahkan lebih kejam dari seorang psikopat.” Dilepaskannya rahang Felisa dengan kasar. “Bawa salah satu tahanan kesini, akan ku perlihatkan seberapa kejamnya aku di depan gadis ini.” perintah Rubin pada ajudannya, tak lama mereka membawa lelaki yang di paksa berjongkok di bawah kaki Rubin. “Kau ingin melihat kekejamanku? Kau pasti tidak sabar melihatnya, ini akan sangat menyenangkan.” Rubin menatap Felisa, tangannya terangkat dan ajudannya memberikan belati tajam di atasnya. Lelaki yang di paksa berjongkok tadi di jambak oleh Rubin sebelum memotong bagian kanan telinga lelaki itu, Ruangan yang serba putih jadi ternoda dengan darah. Felisa berteriak kaget, rasa mual tiba-tiba menggelitik perutnya melihat darah di depan nya yang cukup banyak. Rubin melemparkan belati penuh darah ke samping Felisa. Tak peduli dengan apa yang baru saja Rubin lakukan dengan lelaki itu hingga pada akhirnya pria yang di potong telinganya kini ambruk ke lantai tepat di depan Felisa mungkin tewas karna sebelumnya sudah terlihat jika kondisinya begitu lemah, Rubin memang tak tanggung-tanggung ketika menyiksa orang. Felisa menutup mulutnya menahan teriakan yang akan ia keluarkan ketika kedua bola mata yang terbuka dari lelaki korbannya Rubin menatapnya kosong. Rubin menjambak rambut Felisa, “Kau lihat, aku adalah lelaki yang amat berhati mulia sekaligus mengerikan bukan? Jadi jangan coba-coba melawanku atau kau akan bernasib sama dengannya.” Felisa terisak menahan rasa sakit di kepalanya dan rasa mual dari darah lelaki yang di Rubin siksa itu. “Aku lebih kejam dari seorang psikopat, aku suka membunuh tanpa takut hukum pidana karena tidak ada yang berani mempidanakan seorang Rubin Lee." Felisa merintih kesakitan saat Rubin masih menjambaknya seperti menarik hewan liar. Rubin menghempaskan Felisa hingga untuk kesekian kalinya Felisa tersungkur ke lantai. “Biarkan dia disini sampai dia sadar melawan seorang Rubin hanya akan sia-sia, Felisa Yin, selamat menikmati harimu.”  Rubin dan ajudannya keluar membiarkan Felisa di dalam bersama lelaki yang Rubin potong telingnya tadi. Jujur Felisa ngeri melihat cara Rubin memperlakukan orang seperti hewan, ia tak ingin bernasib sama seperti itu tapi dirinya juga tak mudah menyerah meskipun ia harus mati, Felisa tak akan pernah memohon kepada Rubin, mungkin jika bisa lelaki itulah yang harus memohon padanya. Felisa tak terlalu suka bau darah terlebih di depannya sekarang ini banyak darah yang berceceran membuat kepalanya menjadi berkunang kunang, beberapa saat kemudian ia sudah tak merasakan apapun, seakan dunianya kosong akan kegelapan. _____ Felisa kembali terbangun, kepalanya sangat berat untuk sekedar di gerakkan, tapi tunggu, bukannya dirinya masih ada di ruang penyiksaan, lalu di mana ini?. “Kau sudah dua hari pingsan, aku tak mau kau mati dengan mudah jadi aku dengan baik hati membawa dan mengobatimu.” Suara itu terdengar familiar, ia tau pasti suara Rubin, kepalanya terlalu sakit bahkan di pakai untuk menoleh pun tak mampu. “Kenapa kau tak langsung membunuhku bukankah itu lebih mempermudahmu?” “Aku belum puas menyiksamu, ini baru permulaan jadi cepatlah sembuh karna masih banyak siksaan yang menantimu.” Terdengar suara pematik api, ah ternyata lelaki sedang memakan chocolatosnya lagi. Pikir Felisa. Rubin menghembuskan asap rokoknya ke udara dengan nikmat lalu meminum wine langsung dari tutup botolnya. Lelaki itu berdiri berjalan menghampiri tempat felisa. “Jika aku mau kau sudah mati di tanganku saat ini juga tapi aku tak mau kehilangan mainanku begitu cepat, sangat di sayangkan jika mainan sepertimu aku biarkan mati dengan mudah.” ujar Rubin begitu dingin dan mengintimidasi. Felisa ingin marah, teriak dan memaki Rubin sampai semua isi di dalam pikiran nya sedikit berkurang namun disayangkan karena tubuhnya begitu lemas. "Kau menang, aku tak bisa melawanmu, tapi setelah aku bisa membayar hutang keluargaku, aku harap kamu tak lagi mengusikku seperti ini." ucap Felisa dengan lirih. Setelah delapan tahun berlalu kenapa baru sekarang ia tahu jika keluarga nya punya hutang sebanyak 10 juta yuan pada perusahaan mavens? Dari mana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat ini? Meminta uang pada Nathan pun ia tak bisa, biar bagaimana pun juga lelaki itu sudah berkorban banyak untuknya. Dan yang bisa Felisa lakukan hanyalah menghela nafas menatap Rubin yang asik menghembuskan asap ke udara dari bibirnya. **** Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD