Bagian 7

599 Words
"Daddy lama banget sih. Nggak tau apa orang udah pada lapar." dumel Rea lalu mengusap perutnya yang sudah berbunyi minta diisi. Sedang Hana hanya diam dan sesekali melirik jam tangannya. Kenapa om Andrew lama sekali. Padahal Hana dan Rea harus segera sarapan agar bisa berangkat ke sekolah. "Apa daddy masih tidur ya? Coba lo bangunin, Han!" suruh Rea membuat Hana mendelik. "Kok gue. Lo aja sana!" balas Hana cepat. Rea segera menunjuk kakinya yang sakit karena terjatuh di kamar mandi tadi. "Gue susah jalan, Han. Udah lo aja sana! Nggak papa kok. Buka aja pintu kamarnya." desak Rea membuat Hana melotot kaget. Bisa-bisanya Rea menyuruhnya bersikap kurang ajar seperti itu. "Ck! Lo gimana sih, Rea. Nggak mungkin dong gue main masuk aja." ucap Hana kesal. "Terserah sih. Gua bolos lagi hari ini juga nggak papa." ucap Rea santai membuat Hana menghela napas lalu berdiri. Hari ini ada ulangan matematika, ia tidak boleh bolos atau nilainya akan kosong. "Pintu kamarnya warna coklat, kan?" tanya Hana memastikan. Rea mengangguk. "Buruan, Han! Nanti kita telat." desak Rea membuat Hana melangkah menuju tangga. Begitu tiba di lantai dua, Hana segera melangkah menuju kamar om Andrew. Hana mengepalkan tangannya bersiap mengetuk pintu. Semoga om Andrew tidak marah, batin Hana. Tok tok "Om.. "panggil Hana setelah mengetuk pintu dua kali. "Masuk!" Eh? Kok disuruh masuk. "Sarapan udah siap, om." ucap Hana lagi. Lebih baik ia langsung menyampaikan tujuannya. "Hn, masuk Hana!" Hana diam lalu dengan tangan gemetar berusaha membuka pintu. "Om ngapain?" tanya Hana yang hanya memunculkan kepalanya saja dibalik pintu. "Saya sedang mengikat dasi." jawab Andrew namun yang Hana lihat, pria itu hanya sedang memutar-mutar dasi dengan gerakan tidak jelas. Hana memberanikan diri untuk melangkah masuk dan mendekati om Andrew. "Biar Hana bantu, om." ucap Hana membuat Andrew menoleh lalu tersenyum. "Terima kasih."Ucap Andrew lalu membiarkan Hana mengikat dasi yang ada di lehernya. 'Om Andrew wangi banget, pasti parfum mahal.' batin Hana lalu tanpa sadar menutup mata dan menikmati aroma dari pria di depannya. Andrew diam. Merasa aneh karena Hana malah menutup mata. Apa minta dicium? Batin Andrew berharap. Grepp Eh? Hana melotot saat ada sepasang lengan yang melingkari pinggangnya. "Om__" kaget Hana membuat Andrew menarik tangannya kembali. "Maaf, saya kira kamu pingsan."ucap Andrew beralasan membuat Hana mengangguk lalu merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia menutup mata di depan om Andrew. Hana segera menyelesaikan ikatan dasi di leher om Andrew lalu berkata. "Om wangi banget." puji Hana yang entah berasal dari mana keberanian itu. Andrew tersenyum tipis lalu melangkah mengambil parfum yang tadi ia pakai. "Kalau begitu, kamu harus mencobanya."ucap Andrew lalu menyemprot parfum ke seragam Hana. Hana tersenyum lalu mengendus seragamnya. Benar-benar wangi. "Terima kasih, om." ucap Hana. Andrew mengangguk lalu melangkah mengambil jas yang ada di atas tempat tidur. "Kalian bisa makan duluan." ucap Andrew membuat Hana mengangguk lalu segera pergi dari kamar itu. Andrew menatap pintu kamarnya lalu tersenyum tipis kemudian bergegas mengambil sepatu. Hana memasuki ruang makan lalu duduk di samping Rea. "Kata om Andrew, kita bisa makan duluan." ucap Hana membuat Rea mengernyit. "Hanya itu?" tanya Rea. Padahal sahabatnya itu cukup lama berada di atas. Masa iya tidak terjadi apapun. "Iya, Rea. Mending sekarang kita makan sebelum telat berangkat ke sekolah." ucap Hana lalu mengambil sepotong roti. Rea mengangguk lalu ikut mengambil roti, namun__ 'Tunggu! Ini aroma parfum daddy.' Rea segera menatap sahabatnya curiga. Hana tidak mungkin berani memakai parfum daddy nya. "Kenapa?" tanya Hana membuat Rea segera menggeleng dan lanjut sarapan. 'Meskipun sangat mahal, parfum daddy nggak mungkin nempel sekuat ini ke tubuh Hana kalau mereka cuma bicara.' batin Rea lalu tersenyum lebar. Fix. Daddy dan Hana pasti pelukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD