Bagian 1

603 Words
Hana membersihkan roknya setelah berhasil melompati pagar belakang sekolah. "Sekarang kita mau ke mana?" tanya Hana pada sahabatnya yang sedang mengikat tali sepatu. Rea berdiri lalu merapikan rambutnya."Kantor daddy gue." "Hah? Lo gila. Kita ini lagi bolos Re, masa iya ke kantor daddy lo. Yang ada kita malah dimarahin." ucap Hana kesal. Untuk apa mereka bolos hanya untuk pergi ke kantor daddynya Rea. "Ck! Nggak akan. Lagian daddy nggak mungkin marahin gue kalau datangnya sama lo." sahut Rea santai membuat Hana mengenyit. Apa hubungannya? "Kok gitu?"tanya Hana tak mengerti. Rea menggidikkan bahunya."Lo tanya aja nanti sama daddy gue." ucap Rea tenang lalu melangkah menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri. Ia memang sudah menelpon sopir untuk menunggu di belakang sekolah. Hana hanya menghela napas lalu mengikuti langkah sahabatnya. Kedua gadis yang masih berseragam SMA itupun masuk ke dalam mobil. "Kantor daddy ya pak Rahmat." ucap Rea pada pria paruh baya yang duduk di kursi kemudi. "Siap non." Mobilpun melaju dengan tenang meninggalkan area sekolah. "Nanti gue turun didekat warung makan Maktum ya." ucap Hana. Ia tidak mau ikut ke kantor daddynya Rea. Lagipula mau apa dia di sana. "Kok gitu? Kalau nggak dateng sama lo nanti gue dimarahin." ucap Rea tak terima membuat Hana mendesah pelan. "Mending lo jawab jujur deh Re, kenapa daddy lo marah kalau datengnya nggak sama gue. Terus nih ya, lo juga belum jawab pertanyaan gue yang kemarin." ucap Hana membuat Rea terdiam lalu mulai berpikir mencari jawaban. "Itu.. ya daddy bakal marah lah kalau gue bolos sendirian. Kalau ada lo kan daddy jadinya nggak marah." jawab Rea sekenanya. Hana menatap curiga. "Nggak masuk akal banget alasan lo. Yang ada nih ya_ daddy lo harusnya tetap marah, mau lo bolos sendiri atau ada temannya. Namanya bolos mana ada sih orang tua yang nggak marah." Rea mendadak gagu membuat Hana semakin curiga. "Atau ada yang lo sembunyiin dari gue. Ayo ngaku!" tuduh Hana membuat Rea menahan napas. 'Aduh.. Masa iya gue jawab kalau daddy gue suka sama lo Han. Duh gimana nih.' batin Rea. Mana otaknya buntu, nggak bisa diajak mikir. "Re_ kok lo diam. Jangan-jangan beneran ada yang lo sembunyiin dari gue." ucap Hana kesal membuat Rea segera menggeleng. "Nggak ada Han. Lagian lo curigaan banget sih. Kata orang zaman dulu kalau jadi orang nggak boleh curigaan entar jodohnya duda." ucap Rea membuat Hana melotot lalu memukul pelan lengan sahabatnya itu. "Ya udah. Terus pulsa dua ratus ribu kemarin, itu lo yang kirim kan?" tanya Hana membuat Rea diam lalu mengangguk pelan. "Tapi kok banyak banget." ucap Hana membuat Rea berdehem. "Nggak banyak kok. Kan cuma dua ratus ribu." ucap Rea sembari menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Hana mendelik. "Bukan cuma dua ratus ribunya Re. Tapi lo ngirim dua ratus ribu tiap minggu." "Hah?" kaget Rea membuat Hana kembali menatap curiga. "Kok lo kaget?" Rea segera menggeleng dengan senyum dipaksakan. "Nggak kok, gue nggak kaget." ucap Rea membela diri lalu mengalihkan pandangannya ke samping. E_busyit daddy royal banget sama Hana. Ini sih udah fix daddy cinta mati sama sahabat gue, batin Rea. Sedang Hana hanya diam. Berpikir alasan apa yang membuat sahabatnya itu bersikap sangat royal. Bukan berarti selama ini Rea pelit hanya saja sekarang jauh lebih royal. Setiap pagi bawa dua bekal enak. Kadang ngasih uang jajan. Kemarin bayarin uang kontrakan. Dan sudah dua bulan ini ngirimin pulsa dua ratus ribu dan itupun tiap minggu. 'Mencurigakan' batin Hana melirik sahabatnya. Sedang Rea hanya diam tak berani mengatakan apapun lagi takut jika sahabatnya akan semakin curiga. 'Duh.. Daddy kenapa nggak bisa nahan diri. Main gas aja. Gimana kalau Hana curiga.' batin Rea lelah lalu menghela napas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD